Jam 11 malam lewat 45 menit, keduanya masih terdiam dengan pemikiran yg berbeda-beda.
Gei bangkit dari duduk nya, melangkah hendak meninggalkan Caven membuat Caven segera bangkit.
"Kembali lah"
"Apa?" ucap Gei menoleh ke belakang,
"Aku tidak mengatakan apapun?" balas Caven bingung,
"Kau tidak berbohong, aku jelas mendengar suara seseorang" ucap Gei dengan ekspresi curiga
Caven menggeleng, "Kau kenapa?" heran nya,
Gei berusaha mencari sumber suara tadi, suara yg sama persis saat dia dengar di kuil, apa dia!!
"GUANA!!" dalam satu kali lirikan, Gei berputar 180° untuk kedua kalinya salah satu tangan patung dewa itu bergerak, kali ini, adalah tangan yg memegang bola transparan.
"Dewa Guana Gei" ulang Caven mengingatkan
Gei tak mengubris, dia segera menuju ke kuil kecil yg tidak ada satu orang pun disana, Caven tentu segera mengikuti.
"Gei kau mau apa?"
"Gei hentikan" Caven melongo, begitu berani kah Gei merebut tombak milik dewa itu, dan ujung runcing itu ditodongkan ke arah leher patung dewa
Ini sudah larut, tak ada lagi orang yg berlalu di sini.
Yg membuat ramai hanya cahaya lampu yg begitu banyak, Gei menatap tajam ke arah patung Dewa.
Pupil nya kini berubah-ubah, terus menunjukkan warna-warni yg akan berganti meski dia tidak berkedip, Caven tidak menyadari nya karena dia mengatupkan kedua tangan nya juga menutup rapat kedua mata untuk meminta maaf atas kecerobohan Gei.
"Kau benar-benar dewa, katakan dimana saudara ku!" gertak Gei
"Untuk yg pertama kalinya, jika kau tidak menjawab nya, jika kau tidak memberikan jawaban dalam hal apapun, maka aku bersumpah, kau akan menjadi yg pertama yg aku hancurkan"
"Maka aku bertanya untuk yg terakhir kalinya, dimana saudara ku, apa di berada di klan ini?" Gei menunggu
Lima detik tidak ada jawaban, dia mengajukan pertanyaan lagi, "Klan Angel?"
"Witch?"
"Aku muak, apa dia di klan iblis?"
"Dia di dunia manusia?" Gei menunggu sedikit lama.
Tangan nya mengepal tombak dengan kuat-kuat. "Klan Vampire?"
"Krek...!" tombak Gei hentakkan ke bawah, menancap lantai membuat nya retak, "Kau membuat kesabaran ku habis, GUANA" tubuh Gei seakan terhuyung dan jatuh ke bawah
"Demon!"
"Ssssrrrrr..." semua kelopak bunga yg ada di atas terjatuh ke atas tubuh Caven, yah dia lah yg mengatakan kata klan terakhir yg belum di ucapkan oleh Gei.
Gei terdiam menatap Caven lama, pemuda itu mematung saat pertama kalinya dia mendapatkan berkat sebanyak itu dari dewa.
"Klan Demon?" Gei menatap patung dewa Guana dengan tatapan nanar.
"Ka..kalian sudah bertemu?" Gei mengingat kalimat itu, yah kalimat dengan suara yg sama.
"Dengan siapa aku bertemu? katakan apa aku sudah bertemu dengan nya, tapi aku tidak menyadari nya?"
Satu kelopak bunga terakhir jatuh di hadapan Gei, "Tidak mungkin" Gei menggeleng kan kepala nya, sambil berjalan menjauh.
Air matanya jatuh, tubuh nya seketika lemas dan akhirnya hanya bisa duduk selesehan di atas tanah.
"Dimana dia? apa aku harus menyebutkan satu persatu nama orang yg sudah ku temui, kau ingin mengujiku lagi, sudah cukup aku muak dengan semua ini" geram Gei memukul tanah dengan kuat-kuat hingga tangan nya sampai memar.
"Gei hentikan, kau harus nya senang, dewa sudah menjawab nya, kau hanya butuh mencari nya di klan Demon" tahan Caven menangkap kedua tangan Gei agar dia tidak melukai dirinya lagi.
"Aku harus segera menemukan nya"
"Aku harus segera menemukan nya" ucap Gei berulang-ulang.
"Aku masih punya hati dan ingin membalas semua kebaikan bunda, dengan menyelamatkan saudara ku, aku tidak mau dia terluka" Gei terus bergumam frustasi, wajah nya begitu pucat.
"Gei maafkan aku, maaf" Caven menutup matanya sejenak, dengan gerakan cepat dia menyibakkan rambut Gei, memperlihatkan leher jenjang nya, hanya ini satu-satunya cara agar Gei kembali tenang, tanpa berpikir banyak, Caven berubah drastis menjadi Vampire seutuh nya.
Menancap kan kedua gigi taring nya membuat Gei menjerit hiteris, darah nya di sedot, pandangan nya mulai kabur, sebelum akhirnya dia jatuh tak sadarkan diri.
"Maafkan aku, tapi aku berjanji akan menemukan saudara mu, maafkan aku Gei" lirih Caven segera menggendong Gei dan membawa nya melesat dengan kecepatan yg paling tinggi yg bisa dia lakukan.
***
Tubuh terbaring di atas kasur yg nyaman, entah lah sejak kapan Gei ada disini, kedua kelopak mata yg lentik itu mulai bergerak naik, perlahan mengerjab untuk menyesuaikan cahaya yg masuk.
Hal pertama yg dia temukan adalah seseorang yg tertidur di lantai dengan posisi duduk, dimana kepala nya di letakkan di tepi kasur.
"Mira?" pekik Gei menatap teman sekamar nya, ahk bukan hanya dia, tepat nya ada tiga orang karena dua lagi tidur di atas karpet dengan bantal dan selimut yg sudah berantakan.
Gei melirik jam di dinding, dia bangun terlalu pagi, karna ini masih jam empat pagi.
"Ahkk...!" Gei memegangi kepala nya yg begitu sakit, dia mulai perlahan duduk dan megingat-ingat apa yg terjadi padanya, kenapa dia pingsan?
"Kau gila, kenapa tidak ijin dulu, kau ingin membunuh ku"
"Maaf aku pikir jika kita tak sampai, kita harus mencari penginapan untuk istirahat, jadi lebih baik kita segera sampai sebelum sangat larut, kau tau kan bagaimana hutan klan Wolf kalau malam hari, itu sangat berbahaya"
"Kalau boleh tau, ada apa gerangan pangeran kemari?"
"Astaga? benarkah!! ehhh kenapa di Jo itu tidak mengatakan nama lengkap nya, aku pikir nama nya hanya Aurora"
"Itu bisa di mana-mana saja nona, apalagi tidak ada larangan lagi untuk seseorang yg ingin menikah dengan klan lain dan tinggal di klan manapun"
"Kau tidak punya petunjuk lain nona?"
"Aku hanya tau kalau di pergelangan tangan nya ada tanda lahir berbentuk lingkaran"
"Immortal world sangat luas nona, memang tanah lahir itu sangat spesifik, tapi tak mungkin kau memeriksa semua anak gadis dan melihat pergelangan tangan nya"
"Ahk aku ingat, dia punya riwayat penyakit pernafasan, jadi dia kadang-kadang sesak nafas kalau terlalu lelah"
"Apa benar seorang Vampire sangat penyendiri?"
"Kau bertanya seperti itu untuk apa?"
"Kau ingin memastikan kalau Calvin itu benar-benar Vampire atau tidak? atau aku ingin memastikan kalau aku dan Calvin itu sama?"
Gei menutup kedua matanya, suara-suara beberapa orang menggema di pikiran nya, dia hanya mengingat kejadian sampai disitu, lalu kenapa dia sudah ada disini saja, dan kenapa teman-teman nya juga ada disini?
"Kau sudah bangun?" sapa Hely dengan senyuman cerah
"Heyyy ayo bangun Gei sudah sadar" teriak Hely mengguncang tubuh Mira dan Fara membuat keduanya terlonjak bersamaan.
"Tidak usah teriak-teriak Hely" terka Fara yg mulai mengucek kedua matanya
"Kau baik-baik saja kan?" tanya Hely
"Ya..ta..tapi kenapa aku bisa di sini?" tanya Gei dengan nada lemas, wajah nya masih terlalu pucat.
"Semalam pangeran Caven datang kesini, katanya kau pingsan, dia tidak mengatakan apapun kenapa kau pingsan, memang nya kenapa? apa ada yg menyerang mu?" tanya Fara cepat
"Aku..aku tidak ingat" Gei memegang kepalanya yg terasa sakit.
"Kau serius? tapi kenapa bisa kau pingsan tapi kau tidak tau, atau mungkin kau terlalu kelelahan berjalan, atau sebenarnya kemana kau pergi kemarin, kau juga pergi tanpa pamit" cerocos Mira
"Aku hanya ada janji dengan seseorang, tapi aku memang sudah selesai bertemu dengan nya, yg aku ingat, aku dan pangeran Caven masih duduk di bangku yg ada di taman dekat air mancur, tapi setelah itu aku tak ingat apapun!" ucap Gei jujur
Ketiganya saling menatap satu sama lain? "Kenapa kau bisa bersama pangeran Caven?" tanya Hely
"Dia mengikuti ku, jadi aku membiarkan dia saja, oh ya dimana dia sekarang? dia pasti tau aku kenapa?" Gei hendak turun namun segera di cegah oleh Mira.
"Dia ada di ruang depan, bersama pangeran lain nya, aku akan panggil kan" balas Fara segera bangkit
Gei terduduk dengan perasaan lemas, dia berusaha mengingat lagi tapi kenapa dia tak tau juga.
"Aku jauh-jauh ke klan Wolf tapi aku tidak menemukan Silva, lalu kemana aku harus mencari nya" batin Gei menatap kosong.
Pintu segera terbuka, kelima pangeran itu menyerbu masuk membuat Fara heran, dia hanya mencoba membangun kan Revan karena dia tak mau menyentuh Caven, bisa-bisa Caven terbangun dan menatap nya dengan tatapan horor.
Tapi Revan yg kelewat bar-bar itu langsung membuat ke empat pangeran lainnya terbangun juga.
"Kau baik-baik saja?" tanya Revan
Gei tak menjawab, dia mencari sosok Caven, "Kenapa aku bisa pingsan?" tanya Gei
Caven terdiam lama, ekspresi dingin nya membuat orang tak yakin dia akan jujur atau berbohong, "Sudah berapa kali aku ajak kau untuk istirahat, kau tiba-tiba pingsan di jalan" jawab Caven datar.
Gei mendesah lemas, dia sepertinya tidak mendapatkan jawaban yg memuaskan.
"Dimana dia pingsan? apa dia pingsan di perjalanan, di perbatasan klan, atau di klan Angel?" celetuk Revan begitu penasaran.
"Di klan Wolf" jawab Caven
"Hehhhh lalu kau-"
"Berhenti bertanya, aku bisa terbang dan melesat hingga bisa sampai di sini dalam hitungan menit" potong Caven kesal dengan Revan yg banyak tanya.
Revan manggut-manggut mengerti
"Kau sendiri, kenapa pergi ke klan Wolf, kenapa tidak memberi tahu ku hah?"
"Aku ada urusan, dan jika kau tau, kau pasti akan merengek minta ikut, kau bisa memperlambat perjalanan ku, kau pasti akan meminta ini itu" kilah Gei
"Ya setidaknya aku bisa pastikan kau selamat, kalau tidak ibunda mu itu akan memarahi ku, cih" Revan berdecak kesal.
"Kau tidak salah sebut heh" sinis Gei
"Akhirnya aku bisa juga merebut keluarga mu, tenang saja, besok mungkin kau akan di sepak dan aku yg akan menjadi penerus klan Angel" balas Gei tersenyum miring
"Yasudah sana pergi, makan istana itu sekalian, aku pastikan jika kau menjadi ratu nanti, kau akan memakan semua rakyat mu" umpat Revan.
Revan berdesis, "Aku ragu kenapa raja klan Angel itu mau mengganggap mu sebagai putrinya, aku curiga kalau kau benar-benar sudah meracuni otak mereka dengan bisa mu, dasar king cobra"
KAMU SEDANG MEMBACA
QUEEN IMMORTAL WORLD
FantasyImmortal Worl, dunia yg terletak di dimensi lain dari bagian bumi manusia, sesuai dengan namanya yaitu dunia abadi, dunia dimana banyak hal yg mungkin terjadi di luar nalar manusia, dan di luar kendali manusia biasa. kehidupan yg di penuhi dengan au...