Bab 48 : Yg Pertama

151 17 0
                                    

Caven terdiam menatap wajah Gei lekat, "Vampire tidak akan melukai sesuatu yg dia sukai atau sayangi" ucap nya dengan nada lembut,
     
Gei termangu, wajah nya pucat, saat tangan kanan Caven mulai menyingkirkan rambut di bahunya hingga terlihat jelas leher nya yg putih dan bersih.
     
Caven mulai mendekat, "Tidak.. tunggu, kalau kau pernah mengigit ku, kenapa tidak pernah ada bekas luka di sana" tahan Gei
     
Caven berhenti, wajah nya manyapu semua jarak, hidung mancung nya bersentuhan dengan pipi Gei yg sudah merona.
     
Tatapan nya sayu, "Untuk menghilangkan ingatan maka aku harus menghilangkan bekas gigitan itu juga" usai mengatakan itu, Gei bisa merasakan hidung mancung Caven bergeser dan menyapu pipi nya hingga sampai ke bagian leher tepat di bawah telinga.
     
Gei bergidik ngeri, mencoba menahan nafas nya agar tidak bergetar.
    
"Maaf..!" ucap Caven pelan, perlahan dia menjulurkan lidah nya lagi, membuat leher Gei basah.
    
"Sngggggg..!" kedua gigi taring panjang tiba-tiba muncul, pupil Caven berubah menjadi merah.
     
Nafas nya lebih cepat, "Tidak...!" Gei mendorong Caven karena begitu takut, Caven yg tidak seimbang perlahan goyah, memegang lengan Gei berharap agar dia tak terjatuh, tapi malah keduanya jatuh saling menindih.
     
Ekspresi pucat Gei berhasil membuat wajah Vampire Caven berubah menjadi biasa, dia tak lagi menunjukkan taring nya yg panjang.
     
Gei membuka kedua matanya perlahan, merasakan tubuh nya yg menimpa benda empuk di bawah nya.
     
Merasakan ada tangan melingkar di pinggang nya.
    
"Kau tidak apa-apa?" tanya Caven
     
Gei tersendak, wajah mereka tidak ada lagi jarak, yah Gei bisa merasakan mulut Caven sangat dekat bahkan bersentuhan dengan telinga kirinya. Hingga saat pria itu berbicara, Gei bisa merasakan sensasi merinding dan geli.
     
Keduanya segera bangkit, hingga berada di fase keadaan canggung.
    
"Maaf aku-"
    
"Maaf aku-" keduanya sama-sama mengatakan hal yg sama.
    
"Kau duluan saja"
    
"Kau saja" tolak Gei dengan ekspresi kikuk.
     
Hening untuk beberapa saat, tidak ada yg berani untuk menatap wajah satu sama lain.
    
"Aku mencintai mu"
    
"Glek...!" Gei menelan salivanya kasar, mengapa di saat seperti ini, Caven harus berkata seperti itu, bukan kah itu membuat suasana semakin canggung.
    
"Bagaimana?"
    
"Bagaimana apanya?" sambar Gei gugup
    
"Kau tidak ingin menjawab nya?"
    
"Me...menjawab apa?"
    
"Perasaan ku" jawab Caven seadanya. Gei ingin mati saja sekarang, kenapa anak itu kalau berbicara terlalu terang-terangan.
     
Ahk tidak, kalau gelap-gelapan itu malahan tidak baik juga.
    
"Ak..aku masih belum yakin, aku belum memikirkan hal seperti itu sekarang" jawab Gei membuang muka.
     
Caven terdiam, dia tidak ingin memaksa, "Ma..mau apa?" pekik Gei terkejut saat Caven tiba-tiba sudah tepat di hadapan nya.
    
"Tutup matamu"
    
"Tidak, kali ini aku tidak akan percaya padamu, kau akan melakukan hal gila lagi seperti saat itu" tolak Gei menggeleng
    
"Aku akan mengembalikan ingatan mu, jangan takut, aku tidak akan menyedot semua darah mu"
   
Gei segera menutup kedua matanya, sementara Caven kembali lagi berada di posisi meresahkan tadi.
    
"Harum sekali" bisik Caven, mulai menciumi leher jenjang Gei, Gei cukup aneh, ini seperti Caven mengambil kesempatan dalam kesempitan, lihat saja tangan yg tadi nya memegang kedua bahu Gei, kini malah memeluk nya erat.
    
"Ap..apa-"
    
"Kau bisa memikirkan kalau aku mengambil kesempatan, dengan begitu jangan berpikir kalau aku akan menggigit mu, agar kau tidak akan takut"  ucap Caven berbisik
    
"Gei...ini demi Silva, demi bunda, yakin lah, kali ini saja" batin Gei berusaha bertahan.
     
Setelah Caven tidak merasakan lagi detak jantung yg cepat, Caven perlahan berubah lagi, mengeluarkan kedua gigi taring nya. Dan sorot mata yg begitu menyeramkan.
    
"Ti..tidak, tunggu" tahan Gei membuat Caven cepat-cepat menghilangkan taring nya lagi.
    
"Kenapa?"
    
"Apa setelah kau mengigit ku, aku akan menjadi Vampire?"
     
Pertanyaan Gei membuat Caven mendelik aneh, "Kecuali kau mau aku menyedot semua darah mu, setelah kau mati, aku akan menggigit mu lagi, dan kau akan menjadi Vampire" jawaban Caven sukses membuat Gei bengong
    
"Tidak jangan lakukan itu"
    
"Kalau begitu jangan menghentikan ku lagi, aku bisa mengontrol nya, aku tidak akan membuat mu mati"
    
"Tapi-"
    
"Jangan berbicara lagi setelah ini" Caven mendekap tubuh Gei, menyingkirkan beberapa rambut yg tadinya menutupi leher Gei. Kembali lagi melakukan aktivitas yg membuat Gei menahan nafas.
    
"Apa harus kau melakukan itu" ucap Gei bergidik
   
"Apa aku harus membungkam mulut mu juga agar kau berhenti bicara, kau membuat ini semakin lama, aku bilang jangan memikirkan hal lain, tenang lah, jangan mengganggu konsentrasi ku, aku bisa salah gigit dan bukan nya ingatan mu kembali, malah ingatan mu yg lain akan hilang juga" ucap Caven berusaha sabar
   
"Hahhh, jadi kalau kau- ahk tidak aku tidak mau, aku tidak percaya padamu-mmbbb"
     
Kedua mata Gei melotot, bibir nya benar-benar di bungkam oleh Caven, dengan menggunakan mulut nya?
    
"First Kiss ku" umpat Gei dalam hati
     
Caven benar-benar frustasi, dia tak bisa fokus karena pusing, dia juga tengah menahan nafsu nya karena Gei terlalu berisik, bisa-bisa dia benar-benar akan menyedot semua darah Gei.
     
Dilihat dari pupil nya yg kadang berubah menjadi merah, dan hitam, membuat Gei tiba-tiba takut, Gei bukan apa-apa bagi Caven, jika dia melawan dia masih lah kalah jauh, Caven melumat bibir Gei dengan gerakan cepat.
    
"Hhhhhh...!" Gei menarik nafas panjang usai Caven melepaskan ciuman nya. "Tutup matamu" perintah Caven
     
Gei kali ini menurut dan segera menutup matanya, dia pikir Caven akan segera menggigit nya, tapi dia salah, Caven malah kembali mencium bibir nya, melumat dengan gerakan lembut, beberapa kali kepalanya miring ke kanan dan ke kiri. "Mmmphhh...!" Gei menahan sesak tangan nya masih mencoba mendorong dada bidang Caven, namun tetap saja, rasanya tangan nya tidak bertenaga lagi, hingga sekilas dia hanya seperti meraba-raba dada bidang Caven.
     
Bibir nya kembali di sedot-sedot dan di lumat, layak nya Caven tengah mengemut permen.
     
Gei menggeleng dan mengatupkan bibir nya rapat-rapat, berharap bisa selesai dari ciuman Caven saat Caven melepaskan sebentar untuk mengambil oksigen. Tatapan rumit terlihat jelas dari ekspresi Caven. "Hhhhhh.... aku tidak bisa sekarang, kau sudah menghancurkan isi pikiran ku" ucap Caven gusar, "Aku mencintaimu Gei, kapan kau akan mengerti" ungkap Caven secepatnya menarik tengkuk Gei, kembali mencium dan melumat bibir Gei.
     
Gei mendorong dada Caven perlahan, "Apa yg kau lakukan" umpat nya ingin menjauh dari Caven namun tidak bisa, Caven seperti besi yg tidak dapat di dorong oleh nya, "Hhh...kenapa kau membuat akal sehat ku hancur" tangan Caven merambat dan menangkup wajah Gei, kedua matanya setengah terpejam.
     
Caven kembali memiringkan kepalanya ke kanan, melakukan gerakan lembut, dan saling bertukar saliva, sementara Gei hanya terdiam mematung.
    
"Gei dimana yah, ini lagi, kenapa harus tumpah ke sepatu"
    
"Ceklek...!" pintu tiba-tiba terbuka
    
"Hentikan...!" ucap Gei terengah, dia tak bisa melakukan apapun, sesaat dia terlepas dari ciuman maut itu, Caven masih tetap memandangi wajah Gei. Gei menunduk dengan kepala yg bersender di dada Caven, dengan kedua tangan yg entah sejak kapan melingkar di leher Caven.
   
"Apa kau tidak bisa melupakan Calvin, aku tidak suka kau dekat dengan nya, dia masih menyukai mu, aku harap kau tidak lagi, apa kau tidak bisa sekali saja memikirkan ku" ucapan Caven sejenak membuat Gei termangu, keduanya belum sadar akan kehadiran seseorang di ambang pintu.
    
"Ka..kau berbicara apa" Gei menengadah menatap wajah Caven dan berpura-pura tak paham
   
"Kali ini saja, terima aku" Caven meraih tengkuk Gei, sebentar memejamkan matanya dan kembali melayangkan satu kecupan di bibir Gei.
     
Gei memejamkan matanya, dia hanya diam, benar-benar tak paham dengan perasaan nya.
    
"Brukkk...!" sepasang sepatu yg kotor di lumuri krim kue terjatuh.
     
Pasangan yg tadinya sibuk bertukar saliva itu reflek saling melepas
     
Wajah Gei di penuhi dengan kegusaran dan kegelisahan, bagaimana tidak, melihat seseorang yg kini berdiri di dekat wastafel adalah..
    
"Ib...ibu..!" gemetar mulut Gei
    
"Ka..ka..kalian...sedang...aishhh..
maaf ibu mengganggu yah" secepat kilat Rina keluar dan tak lupa menutup pintu.
     
Wajah nya memerah, malah dia yg malu usai melihat adegan panas itu.
    
"Astaga..Gei memiliki hubungan dengan pangeran Caven?" pekik nya mengusap dada nya yg begitu sesak nafas,  kamar mandi itu tak akan di kunci, karena jika masuk, akan menemukan tempat cuci tangan dan cermin yg lebar, sementara itu, akan ada dua pintu WC yg berbeda untuk pria dan wanita.
     
Kenapa pulak mereka harus memilih tempat ini untuk melakukan adegan seperti itu.
     
Rina masih melihat betul, bagaimana kedua mata Gei terpejam, seakan menikmati perlakuan manis dari Caven, sementara Caven begitu lihai bermain di area sana.
    
"Putri ku sudah dewasa" pelik Rina tersenyum geli lalu segera pergi menyelonong meninggalkan kamar mandi.
     
Wajah Gei memucat, dia benar-benar malu, dia melakukan itu di depan ibunya sendiri? oh astaga di sembunyikan dimana wajah ini.
     
Caven tak mampu berkutik, dia saja baru sadar apa yg dia lakukan tadi, kenapa dia begitu berani.
    
"Kau bisa meminta ku untuk menghapus ingatan mu, sejauh ini" ucap Caven gugup
    
"Kau ingin membuat ku tambah malu, ibu ku sudah melihat nya, ke..kenapa kau lakukan itu!" bentak Gei.
    
"Aku..aku tidak bisa menahan nya, kau terus bertanya, membuat fokus ku hilang, bagaimana kalau nanti saat aku menghisap darah mu, dan aku salah mengendalikan nya" sarkas Caven
      
Gei terbungkam, "Kalau begitu aku akan melakukan nya dengan cepat" Caven hendak mendekat lagi namun segera di tahan oleh Gei
     
"Tidak sekarang, kau akan membunuh ku nanti" tolak Gei lalu pergi meninggalkan Caven sendirian di kamar mandi.
    
"Brukkk!"
    
"Apa yg ku lakukan" umpat Caven memukul dinding dengan kasar.
    
"Dasar bodoh, kenapa kau begitu ceroboh" geram Caven menyungar rambut nya ke belakang.
     
Dia nampak frustasi, kembali mengingat kejadian barusan, dia benar-benar tidak tahan dengan kebodohan yg dia lakukan, itu sama saja dia akan membuat Gei semakin benci kepadanya.

   

QUEEN IMMORTAL WORLDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang