Pintu terbuka, orang-orang yg sibuk mengganggu dari tadi tiba-tiba menghilang dan menunjukkan sosok Mr. Carius
"Waktunya sudah selesai" usai kalimat itu di ucapkan, Gei menutup buku dengan kasar.
"Sialan" umpat nya geram
"Dasar Vampire menjengkelkan" sinis Caven menyugar rambut nya dengan ekspresi frustasi
"Kenapa mereka harus memaksa" Kesa Xavier
"Berhenti memarahi ku" suara Revan nampak tertahan emosi,
"Kenapa sudah berhenti, aku masih mau mendengar"
"Terserah kau saja" celetuk Laskar membanting pulpen.
Tanpa sadar mereka melakukan itu secara bersamaan membuat suasana seketika ribut, dan tiba-tiba hening.
Mr. Carius bertepuk tangan, "Saat kalian marah seperti ini, aku pastikan kalian sangat terganggu dan terusik, tapi kalian sudah sangat sabar" ucap
Mr. Carius
Mereka semuanya diam, tak percaya dengan apa yg sudah terjadi.
"Itu bukan halusinasi, tapi nyata meski nyata hanya dalam pikiran kalian"
"Aku ingin bertanya, tapi aku hanya butuh jawaban singkat saja, apa yg sudah terjadi?"
"Pengganggu" jawab Gei cepat,
Yg lain terbungkam karena memang jawaban mereka sama saja, kecuali Louis.
"Yah itu bagus, itu artinya kalian tengah di ajak berbicara oleh seseorang atau bahkan lebih, disini aku akan menanyakan beberapa hal, tapi dengan syarat, jika dia menyangkut seseorang, jangan sebutkan nama nya"
"Oke, kau pangeran Louis, apa yg sudah terjadi? cukup sebutkan keadaan nya, melakukan apa, tapi jangan menyebut kan nama nya, paham?"
Louis mengangguk, "Aku hanya sedang berangan-angan tadi, tapi tiba-tiba seseorang yg aku kenali, aku melihat nya duduk di sana dan memainkan sebuah seruling, dan menurut ku, aku tidak terganggu" jawab Louis
Mr. Carius mengangguk, "Bagaimana dengan mu pangeran Caven?"
Caven mendengus, "Vampire sialan itu, dia menyuruh ku untuk tidak mendekati seseorang, karena dia ingin, dia sendiri yg mendekati nya, kenapa harus melarang, seharus nya jika akan bersaing aku akan menerima" balas Caven emosi
"Kau terlalu terbawa suasana mungkin" sindir Louis terkekeh
Caven hanya berdecak kesal tidak menyahut enejekan Louis yg duduk di sebelah kanan nya.
"Nona Aurora?" Mr. Carius melanjut pertanyaan nya
"Dia...hmm..aku memang belum mengenal nya dengan jelas, tapi dia terus mengajak ku untuk keluar dari sini, dan menemui seseorang yg katanya membawa makanan untuk ku" jawab Gei ragu
"Tidak ada lagi?"
Gei menggeleng, "Tidak, dia hanya memaksa ku untuk keluar"
"Baik, kalau kau bagaimana pangeran?" Mr. Carius beralih pada Revan.
Revan bedecak kesal, "Aku hanya di marahi oleh satu orang, aku bahkan lupa dia bicara apa, tapi pelik sekali, di dunia nyata dia orang nya sangat pendiam, tapi kenapa tadi dia galak sekali, sangat cerewet" heran Revan
"Mereka melarang ku untuk mendekati seseorang, yah mereka berdua yg sudah banyak berperan dalam hidup ku, aku di larang oleh mereka untuk tidak mendekati seseorang yg mereka tidak suka" Xavier memberikan jawaban tanpa di suruh karena tatapan kakek nya kini tertuju padanya.
Dan yg terakhir adalah Laskar, semuanya melirik nya menunggu, Laskar juga tengah berpikir.
"Seseorang yg selama ini aku hormati, dia meminta ku untuk menerima kehadiran sosok lain di hidup ku, dia juga membandingkan ku dengan seseorang yg sangat tidak aku sukai"
Mr. Carius terdiam mencerna semua jawaban.
"Pangeran Louis hanya berurusan dengan satu orang saja, sementara pangeran Caven dia tengah di hadapakan dengan dua orang, yaitu dengan seseorang yg mengajak nya berbicara, dan seseorang yg mereka bicarakan, sama pulak dengan nona Aurora, sementara pangeran Xavier langsung berurusan dengan tiga orang sekaligus, pangeran Revan hanya memikirkan satu orang, sedangkan yg terakhir pangeran Laskar juga berhadapan dengan dua
orang"
"Hanya satu alasan yg membuat orang-orang itu datang kemari, kalian mau tau apa? karena elemen kalian ingin menunjukkan bahkan orang-orang itu lah yg akan membuat kehidupan kalian berubah"
Semuanya hening, "Maksud Mr.?" Revan tidak paham
"Seseorang yg tadi memarahi mu? mungkin saja di masa depan, dia yg akan menghancurkan hidup mu"
Revan tersendak, "Tidak mungkin!!"
"Mungkin saja pangeran, tapi mungkin sebaliknya, dia mungkin akan merubah cara pandang mu, atau bisa saja di kehidupan selanjutnya, dia akan menjadi sosok malaikat pelindung, atau seseorang yg akan menjatuhkan mu"
"Sama seperti kalian semua, orang-orang itu akan selalu mempengaruhi hidup kalian, baik itu menjadi lebih baik, atau bahkan lebih buruk"
Caven melirik Gei sekilas, apa mungkin di masa depan dia hanya akan terus berurusan dengan Gei.
"Aku tidak yakin, tapi sepertinya aku tidak terlalu berhubungan erat dengan nya" kilah Gei
"Mungkin sekarang tidak, bagaimana kalau nanti?"
Gei mematung, dia tak yakin ada hubungan dengan Mira, kalau ibu nya, yg jelas ada.
"Baik, kita selesai sampai di sini, kalian bisa kembali" ucap Mr. Carius santai.
Mereka membenahi barang-barang dan segera pergi dari dalam ruangan.
Selama berjalan di lorong dan menaiki anak tangga, mereka hanya diam, tidak ada yg berbicara, hanya sibuk dengan pikiran nya masing-masing.
Sampai di ruang makan untuk malan malam, kebetulan sekali sudah ada Fara, Hely dan Mira, mereka segera bergabung, entah lah mungkin kelima pangeran itu hanya mengikuti Gei saja.
"Kau dari kuil?" tanya Fara
Gei mengangguk, "Kenapa bisa bersama mereka?" bisik Fara lagi
"Tadi tak sengaja bertemu di depan" jawab Gei bersikap biasa.
"Oh ya Gei, besok hari minggu, kita jalan-jalan lagi mau, sekalian ke cafe ibu mu waktu itu!" ajak Hely bersemangat
"Hari minggu? yah terserah saja"
"Yeayyy...bisa makan gratis" ucapan Hely langsung saja membuat Fara dan Mira menepuk kening nya kompak
"Tidak tau malu" heran Mira berdecak kesal.
"Kami boleh ikut? kebetulan sekali kami juga pernah ke Cafe ibu nya Gei" seru Laskar yg di angguki oleh Louis
"Yah tentu boleh, bisa pasti bisa, ibu ku kan baik orang nya, sangat suka kalau cafe nya akan ramai" sambar Revan memicingkan matanya dan tersenyum sinis.
"Lama-lama kalian akan di tukar saja, kenapa tidak sekalian saja, Gei yg masuk ke kelas khusus bagian A, sementara Revan masuk kelas biasa bagian B" umpat Laskar
"Kenapa?" heran Hely
"Kau tidak lihat, setiap hari mereka bertengkar, dan saling ingin merebut keluarga satu sama lain, mungkin besok Gei yg akan tinggal di istana sementara Revan tinggal di Cafe" balas nya
Keduanya terdiam menatap Laskar dengan tatapan malas.
"Mau mereka bertukar tempat aku tak peduli, dua-duanya sama saja"
"SAMA SAMA BAGAIMANA?" bentak Gei dan Revan serentak, Caven langsung terlonjak kaget.
Namun dia berusaha untuk tetap menjaga image, "Sama-sama menyebalkan" lanjut nya dengan senyuman sinis
"Kauuu-" geram keduanya
"Sudah, jangan bertengkar lagi" tahan Xavier
"Bukan kah besok kita ber enam di undang ke klan Angel oleh yg mulia Victory Valicarua, kalian berdua juga lupa heh, apa kau tidak mendengar ucapan ayahanda mu" sindir Xavier mengejek kepada Revan
"Benar juga, aku lupa" pekik Revan
"Ini semua gara-gara Gei"
"Kenapa karena aku?" sinis Gei, keduanya beradu tatapan horor membuat ke empat pangeran mendesah lemas melihat kedua anak ini selalu bertengkar.
"Di undang dalam rangka apa?" tanya Fara penasaran
"Entah lah, kami juga tak tau" jawab Louis santai, "Kalian juga kenapa tidak ikut saja, semakin ramai semakin baik" ucap Louis
"Yah mungkin kehadiran kalian bisa berguna untuk menjaga Gei, siapa tau dia tiba-tiba berubah menjadi kucing anggora setelah bertemu yg mulia, ayahanda aku mau coklat" ucap Laskar meniru-niru gaya perempuan berbicara.
Semuanya tertawa gelak, kecuali Gei dan Caven, Gei kesal, sementara Caven hanya tersenyum geli.
"Kami boleh ikut?" tanya Mira menatap Revan dengan tatapan memelas, Hely juga Fara sama-sama tersenyum ke arah Revan agar mereka di ijinkan untuk ikut.
"Kenapa bertanya padaku, bukan kah putri kerajaan nya ada di sebelah kalian" kesal Revan
"Mulai lagi" lemas Xavier yg sudah tau ke mana arah perbincangan selanjutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
QUEEN IMMORTAL WORLD
FantasyImmortal Worl, dunia yg terletak di dimensi lain dari bagian bumi manusia, sesuai dengan namanya yaitu dunia abadi, dunia dimana banyak hal yg mungkin terjadi di luar nalar manusia, dan di luar kendali manusia biasa. kehidupan yg di penuhi dengan au...