Gei sudah menggunakan kaos biasa berwarna biru tua, di padukan dengan celana hitam panjang dan jaket tipis berwarna hitam sedikit transparan.
Dengan sepatu putih, dan ransel biru di punggung nya.
Gei menoleh ke belakang, dia sudah berada di gerbang Academy, "Semoga tidak ada halangan di perjalanan ku nanti" batin nya lirih
Gei segera melangkah, ini masih terlalu pagi, bahkan suasana masih seperti malam hari. Tidak ada yg menyangka kalau itu adalah pukul tiga dini hari.
Matahari mulai menunjukkan wujud nya, walau masih seberkas cahaya, jelas ini sudah pukul enam pagi, Revan tampak berlari di sebagian lorong untuk segera sampai di gerbang.
"Harus nya aku lebih pagi tadi, agar tidak lari-lari seperti ini" lengah Revan mencoba menetralkan nafas nya.
"Hehh dasar bodoh, kenapa tidak melesat saja tadi?" pekik Revan baru sadar, dia hanya bisa pasrah dan mulai duduk di bangku yg ada di dekat gerbang.
Waktu terus berjalan, sampai matahari terlihat jelas dengan langir yg cerah, penantian Revan tak kunjung terbalas kan, sudah lama dia menunggu tapi sosok yg dia tunggu belum ada juga.
"Aishhh dimana dia, aku sampai bolos kelas pertama tapi dia tidak ada?" pekik Revan frustasi
"Apa yg kau lakukan disini pangeran?" tanya Mr. Jo yg kebetulan lewat.
"Aku sedang menunggu Gei"
"Ehhh? menunggu dia pulang begitu?" serunya dengan ekspresi rumit, Revan mendelik aneh, "Bukan nya dia akan pergi hari ini, lalu kenapa dia belum datang dari tadi? apa dia tak jadi pergi?"
Mr. Jo semakin terkejut, "Kalau boleh tau, sejak kapan pangeran ada di sini, atau dari jam berapa?" Mr. Jo berusaha memastikan
"Dari jam enam pagi, dan ini sudah jam sembilan, apa Mr. Jo berbohong, Gei tidak benar-benar pergi, dan dia masuk kelas sekarang?" protes Revan
Mr. Jo tersenyum kecut, "Kau sepertinya kurang cepat pangeran, sesuai ijin nona Aurora, dia harus nya sudah pergi jam tiga pagi"
"APAAAAAA......?" pekik Revan dengan suara keras
"Ja..ja..jam tiga pagi?"
"Ya pangeran" jawab Mr. Jo seadanya.
Revan langsung terhuyung dan duduk di bangku, dia benar-benar pusing mendengarnya, itu artinya Gei sudah pergi selama 6 jam lamanya?
"Sebenarnya kemana dia pergi kenapa tidak mengajakku" lemas Revan
Mr. Jo sudah pergi usai pamit dari tadi, sementara Revan, anak itu sangat frustasi.
"Kau mau apa?" tanya Revan saat melihat Alve berjalan mendekati gerbang, ini sudah selesai waktu kelas pertama.
"Tidak aku hanya memastikan saja, gadis aneh itu benar-benar pergi atau tidak"
"Siapa yg kau sebut gadis aneh?"
"Itu gadis yg kalian suruh untuk aku awasi, kemarin dia berdoa pada dewa agar dia berharap kalau perjalanan nya tidak ada halangan, aku pikir, ini seperti dia akan melakukan perjalanan panjang" papar Alve jujur
Tubuh Revan semakin lemas, dia tidak tau harus apa sekarang, kepada siapa dia harus bertanya kemana Gei pergi?
"Saat berdoa dia tidak mengatakan kemana dia akan pergi?" tanya Revan
Alve menggeleng, "Tidak" jawab nya singkat.
Revan mendesah lemas, tanpa banyak bicara dia segera melesat untuk mencari seseorang yg bisa di tanyakan, seperti teman sekamar nya mungkin!!
Ketiganya sama-sama menggelengkan kepala, jawaban yg sama terdengar dari mereka, "Aku saja tidak tau kalau Gei pergi tadi pagi!" begitu kata mereka.
Revan semakin frustasi saja, dia bingung harus mencari kemana.
"Aku rasa dia sudah terlalu semena-mena, baru masuk kelas B saja, dia sudah bebas mau tidak masuk kelas" sinis Meera
"Kau selalu saja protes, dia tidak berbuat apapun padamu, kenapa kau selalu menjelekkan nya" seru Disyi
"Terserah ku, lagi pula dia tak pantas masuk kelas ini"
"Entah apa yg dia lakukan hingga bolos kelas pertama, atau jangan-jangan dia akan bolos satu hari" Meera bersama kedua teman nya tertawa.
"Dia bukan bolos, dia mengatakan kemarin kalau dia akan pergi dan sudah ijin, mungkin Mr. Jo belum memberitahu pada Mr. Renhat" bela Disyi
"Kau tau dia pergi kemana?" tanya Revan yg tiba-tiba muncul di sebelah Disyi membuat gadis itu terlonjak kaget, sedikit senang mungkin karena bisa sedekat itu dengan pangeran.
"Hemmm..aku sebenarnya tidak yakin aku pikir dia bercanda kemarin"
"Memang nya dia bilang apa?"
"Dia pergi ke klan Wolf" jawab Disyiu sukses membuat kelas hening.
"Yah dia mengatakan itu kemarin, tapi sambil tertawa, aku kira dia bercanda, dia juga menitip pesan padaku kalau teman-teman nya mencari nya aku haru mengatakan kalau dia ingin pergi bertemu dengan seseorang" jawab Disyi jujur.
"Dasar anak nakal kenapa tidak memberitahu ku, aku bisa mati di marahi nanti" umpat Revan tak sadar menggertak kesal
Segera dia melesat dengan kecepatan tinggi.
"Kau serius?" tanya Cirew tak percaya
"Yah kau bisa bertanya padanya" balas Disyi melirik saudara nya, yg masih tiduran dengan kepala telungkup di atas meja.
Meera hanya diam saja, dia sejenak berpikir keras, jika gadis itu benar-benar pergi, dia akan lama karena klan Wolf sangat jauh.
Mungkin sekitar dua hari dia baru sampai di sana. Tapi mengapa dia begitu berani pergi sejauh itu.
"Kau mau kemana?" tahan Louis yg melihat Revan melesat namun dia masih bisa menghentikan nya
Ke tiga pangeran itu menatap Revan heran
"Menyusul Gei, katanya dia pergi ke klan Wolf"
Hening, mereka diam berusaha mencerna kata yg baru keluar begitu saja dari mulut Revan.
"Kau bercanda?" pekik Laskar
"Tidak, bagaimana kalau dia dalam bahaya nanti"
"Dia akan baik-baik saja" suara itu membuat ke empat pangeran segera menoleh ke sumber suara, Mr. Carius datang dengan ekspresi tenang.
"Dia pergi sendirian, bagaimana akan baik-baik saja?" protes Revan
"Karena dia tidak akan sendirian?"
"Siapa teman nya, kenapa tidak memberitahu ku, dia juga pergi jam tiga tadi pagi" kesal Revan dengan ekspresi marah. Xavier, Laskar dan Louis cukup terkejut mendengar Gei pergi di jam seperti itu, dan sangat jelas Revan sangat serius kali ini, dia begitu marah dan gelisah.
"Kau percaya kepada mereka?" tanya Mr. Carius menatap Xavier, Laskar dan Louis bergantian, Revan kebingungan di buat nya.
"Maksud Mr.?"
"Dia bersama teman mu" sambung Mr. Carius
Ke empat nya hening, "CAVEN?" ucap mereka kompak, Mr. Carius tersenyum seraya mengangguk.***
"Maaf harus nya aku tidak mengikuti mu tadi, aku hanya takut kau kenapa-kenapa" ucapa Caven gugup
"Hmm" Gei berdeham datar
"Kau tidak kelelahan, dari tadi kau belum beristirahat sedikit pun, kau juga belum makan"
"Aku sudah makan buah, itu sudah cukup" Gei tak mau membuang waktu nya, entah mengapa dia snahat canggung bersama Caven, mereka bahkan sudah sampai di perbatasan klan Demon dan Klan Angel. Sengaja Gei tak mau menggunakan kereta karena dia ingin berjalan, sesekali melesat saja."Gei tunggu" Caven mencekal tangan Gei membuat gadis itu menghentikan langkah nya.
"Kita istirahat dulu, di rumah makan itu" tunjuk Caven
Gei hanya terdiam, Caven menarik nya dan dia tak berdaya untuk menolak, jadi dia hanya mengikuti nya saja.
Caven tersenyum kecil saja, dia merasa senang bisa mendapatkan tugas untuk menemani Gei, meski sebenarnya dia tak tau apa urusan Gei pergi ke klan Wolf.
"Sebenarnya-"
"Jangan tanya tujuan ku, karena aku tidak akan menjawab nya" sambar Gei dengan ekspresi datar
Caven langsung lemas, "Ya sudah" pasrah nya kembali diam menunggu pesanan mereka datang.
"Aku minta maaf soal kemarin" ucap Caven
"Aku tidak melihat mu kemarin, bagaimana kau melakukan kesalahan dan untuk apa meminta maaf sekarang"
Caven terbungkam, "Maksud nya kemarin lusa saat di kuil" ucap Caven memperjelas
Gei terdiam kikuk, ekspresi nya tiba-tiba menjadi kacau dan kalut.
Keduanya berada dalam mode hening untuk beberapa saat, Caven sangat gugup, "Kau benar-benar menyukai Calvin?" tanya Caven ragu
"Tidak" jawab Gei cepat
"Tidak sekarang, tapi dulu pernah? aku ingat betul kau pernah tiba-tiba memanggil nama Calvin saat kau menatap ku, apa kau pikir aku memiliki kesamaan dengan nya, aku ingin jujur sebenarnya dia itu-"
"Aku sudah tau" potong Gei
"Tau apa?"
"Tau kalau kalian berdua saudara tiri" singkat Gei membuat Caven cengo
"Itu sebab nya kau membela nya, aku memang belum tau siapa yg membunuh bunda ku, tapi suatu saat aku akan mengetahui nya"
"Aku minta maaf belum bisa menepati janji ku"
"Tapi aku ingin memastikan, apa kau benar-benar pernah menyukai Calvin?" pertanyaan itu terulang kembali
Gei terbungkam sejenak, "Tidak sekarang dan sampai kapanpun lagi" ucap Gei acuh
"Itu artinya pernah" imbuh Caven merasa lesu.
"Ini pesanan nya pangeran" seru pelayan tersenyum ramah
Caven mengangguk sekilas, melihat dua piring makanan dengan lauk lengkap dan sayuran.
"Makan lah" suruh Caven
Gei tanpa membuang waktu segera makan, tak sedikit pun mau menatap wajah Caven.
Caven segera bangkit, ber pindah duduk di sebelah Gei membuat Gei terkejut, "Lihat saja ke depan, aku sudah tidak ada disana" ucap Caven segera memulai acara makan nya.
Gei termangu, melirik Caven sekilas, sambil menggigit bibir nya karena dia tak tahan dengan ke adaan seperti ini.
Tapi setidaknya kegugupan nya hilang, dia bisa makan dengan tenang, tak perlu menoleh ke samping lagi.
Ekspresi Caven sedikit berubah, tadinya dia ingin terus memperhatikan wajah Gei namun sekarang tidak bisa lagi.
"Heeekkkk...!" Gei memuntahkan satu kunyahan dari mulut nya hingga mengenai sepatu Caven
"Kau kenapa?" cemas Caven terkejut
"Kenapa tidak bilang ada jamur" lemas Gei, terus memuntahkan air liur nya karena merasa sangat asing dengan makanan yg menjijikan itu
Caven membantu memijat tengkuk Gei.
"Maaf pangeran, ada apa?" seru pelayan khawatir, Caven menatap tajam membuat pelayan itu bergetar, "Cepat ganti makanan itu, pastikan tidak ada yg namanya sayur jamur" perintah Caven
"Ba..baik pangeran" jawab nya gugup laku segera membawa piring bekas Gei.
Gei masih membungkuk, wajah nya pucat, kepalanya masih bersender di dada Caven.
"Minum dulu" tawar Caven
Gei mendongkak dan menerima air putih untuk segera dia minum.
"Glek..!" satu gelas habis di minum oleh Gei
Tubuh nya bergidik mengingat benda kenyal itu masuk ke mulut nya, bahkan dia menggigit nya?
"Sudah baikan?" tanya Caven
Gei mengangguk, "Arghhh...aku tidak mau makan lagi" ucap Gei bergidik.
Caven tersenyum melihat ekspresi lucu dari Gei, "Kenapa kau tak suka jamur?" tanya Caven
"Kau memakan nya? ahk tidak itu menggelikan, aku membayangkan sedang memakan lintah saja, itu jamur kuping bukan?" Gei menatap piring Caven yg masih ada jamur nya.
Caven terkekeh, "Tapi aku rasa itu enak" balas Caven
Gei melotot, "Enak? kau sudah gila, jamur di katakan enak?" Gei geleng-geleng lemas.
Caven mencoba untuk makan jamur itu di hadapan Gei, yg benar aja Gei terfokus pada mulut nya, "Ishhhh...!" tubuh nya merinding, bahkan bulu halus di tangan nya berdiri.
Perlahan keadaan yg tadi canggung kini berubah menjadi hangat, Caven sesekali tertawa menjahili Gei, makanan baru untuk Gei sudah tiba, harus dan wajib tanpa jamur, bahkan Gei tidak berhenti menatap bagaimana Caven dengan lahap memakan makanan nya, sementara dia was-was meneliti di makanan nya apakah ada jamur atau tidak.
KAMU SEDANG MEMBACA
QUEEN IMMORTAL WORLD
FantasyImmortal Worl, dunia yg terletak di dimensi lain dari bagian bumi manusia, sesuai dengan namanya yaitu dunia abadi, dunia dimana banyak hal yg mungkin terjadi di luar nalar manusia, dan di luar kendali manusia biasa. kehidupan yg di penuhi dengan au...