Bab 71 : Anthony

122 13 0
                                    

Xavier terduduk lemas, usai mendengar kan cerita dari ayahanda nya, hingga larut seperti ini membuat nya di penuhi dengan rasa kalut.
    
"Jika Nenek tidak memaksa ayahanda untuk menikah lagi, mungkin aku tidak ada sampai sekarang, dan dia tidak akan begitu terluka karena kehidupan yg begitu menyakitkan" lemas Xavier
    
"Ayahanda belum menjelaskan soal membunuh bayi kecil yg baru saja lahir, apa maksud nya itu?"
    
"Karena mengetahui kalau sudah waktunya bagi dia untuk melahirkan, tanpa sepengetahuan ayahanda, ibunda mu mengutus beberapa prajurit kerajaan untuk mencari nya, dan jika anak itu lahir harus segera di bunuh karena kalau tidak, ibunda mu pasti tidak akan mau jika anak itu hidup di tengah-tengah keluarga kerajaan, apalagi jika dia laki-laki, mungkin tahta kerajaan akan di teruskan padanya karena dia adalah keturunan dari permaisuri dan raja, sementara sebelum itu, ibunda mu masih seorang selir" papar Castor
    
"Ahk...apa itu artinya aku tidak pantas menjadi seorang raja?"
    
"Tidak...tidak seperti itu, kau tidak bisa berpikir hal seperti itu, kau sudah menjadi raja, maka jadilah raja yg adil dan bijaksana, jangan seperti ayah, karena hanya hasutan kecil membuat semuanya hancur" lirih Castor
    
"Apa lagi yg kurang dari nya ayahanda, dari segi kekuatan nya bahkan dia lebih kuat dari Iblis itu, dia bahkan memiliki banyak elemen, sedang kan aku"
    
"Sudah cukup, kau sudah menjadi raja dan akan tetap menjadi raja, dia tidak akan merebut apapun dari mu, dia hanya ingin ibunya di terima kembali oleh semua orang, maka dari itu, cobalah untuk menerima kehadiran nya kembali, seperti saat dulu kau merasa nyaman bersama nya, dan mungkin setelah ini, dia akan menduduki gelar ibu suri dan kau harus menghormati nya"
    
"Lalu bagaimana dengan ibunda?"
    
"Ayahanda akan berbicara dengan ibunda mu, dia pasti mengerti, seperti saat dulu Blarina menerima kehadiran ibunda mu, ibunda mu juga harus menerima kehadiran nya kembali"
     
Xavier terdiam, itu cukup adil, bahkan jika Adik tirinya itu meminta hak untuk menjadi raja, dia bahkan tak bisa berkutik, dia hanya perlu menerima kehadiran Blarina menjadi ibu Suri, yg tentunya sosok ibu Suri yg akan lebih berperan mengarahkan Xavier ke dalam kehidupan berkeluarga nantinya.
    
"Apa itu artinya ibunda akan di asingkan ke tempat lain?"
    
"Ibunda mu masih akan tinggal di istana ini, hanya saja dia akan tinggal di paviliun, dia akan sendiri dan mulai mengabdi kepada dewa, kau pasti tau ketentuan itu bukan?"
     
Xavier mengangguk, lagi-lagi dia hanya bisa menuruti perintah ayahanda nya tanpa perlu memberontak.

    
"Ini sudah malam, dimana kau?" tanya Ardan
    
"Kau pulang saja, aku masih mau berjalan-jalan, aku akan kembali sebentar lagi"
    
"Kau akan kembali kemana? kerumah ibumu? atau ke rumah guru, karena guru sudah kembali ke hutan" sahut Ardan melirik ke sana kemari hendak mencari keberadaan Gei.
    
"Aku akan menginap di rumah ibuku, kau kembalilah"
    
"Baiklah kalau begitu, aku akan pergi"
     
Gei akhirnya bisa tenang, sambil duduk di taman yg indah dengan lampu yg menyala di malam hari.  
     
"Astaga...bagaimana aku bisa mencari pengendali elemen tumbuhan yg di singgahi oleh iblis itu, klan Demon seluas ini, apalagi masih banyak murid dari Academy yg hadir, mengapa dewa menyebalkan itu tidak mengatakan yg lebih detail lagi?" umpat Gei dalam hati.
    
"Jika aku mencari nya terang-terangan, maka Yama akan mengetahui nya dan segera berpindah ke tubuh lain, dan jika aku mencarinya diam-diam, akan sulit ku temukan orang nya"
    
"Apalagi jika orang itu sama sekali tidak menyadari kalau di dalam tubuh nya ada iblis"
   
"Elemen tumbuhan, hmm..... biasanya elemen ini paling banyak berada di klan Angel, kemungkinan nya, jika ternyata orang itu dari klan Demon, maka...!"
    
"Sranggggg...!" sebilah pisau menggores topeng Gei di bagian hidung, jika saja Gei tidak cepat mundur maka pisau itu akan menusuk ke telinga nya.
    
"Siapa itu!" umpat Gei segera berdiri dan menoleh ke sumber datang nya pisau tadi.
    
"Zona persepsi mu ternyata masih berfungsi"
     
Gei langsung mendengus kesal, ternyata itu adalah kakek nya sendiri, siapa lagi kalau bukan Mr. Carius.
    
"Tidak mungkin kakek, dia memiliki elemen angin" pikir Gei menggelengkan kepalanya dengan ekspresi malas.
    
"Sedang apa kau disini? ini sudah sangat larut, kenapa tidak kembali, apa ibu mu tidak mencarimu?"
    
"Ibu tidak akan khawatir bahkan jika aku tak pulang seharian penuh" balas Gei datar.
    
"Kau akan terus bersembunyi?"
    
"Maksud kakek?"
   
"Ya , seharusnya kau kembali ke dirimu yg dulu, mungkin dengan melihat mu sebagai Geinero. Revan, Xavier dan yg lainnya akan senang"
     
Gei terdiam sejenak, "Gei sudah menghilang dari dunia ini, yg ada hanya Aurora, kalau tidak Raksa" jawab Gei dengan nada ragu.
    
"Kenapa kau berkata seperti itu?"
    
"Entah lah kakek, aku rasa menjadi Gei yg seperti dulu sangatlah membosankan, apalagi Gei yg aku tau bahkan tidak bisa menepati janji nya dan juga tak becus melaksanakan tugasnya"
   
"Apa sesuatu terjadi?"
    
"Kalau kakek di berikan kesempatan seperti ku menjadi seorang penguasa di masa depan, apa yg akan kakek lakukan saya semua itu sudah tercapai?"
     
Mr. Carius mencoba mencerna setiap kata, dia sedikit bingung dengan sikap Gei yg aneh seperti ini, "Tugas seorang penguasa adalah membuat seluruh wilayah nya aman dan damai bukan, mungkin dengan mengubah beberapa hal untuk menjadikan immortal world menjadi dunia yg nyaman untuk di tempati, menghilangkan semua yg namanya permusuhan" jawab Mr. Carius dengan seadanya.
    
"Apa itu termasuk dengan mengubah hukum alam seperti yg aku ingin kan, aku ingin agar Silva bisa di terima di immortal world" pikir Gei
    
"Shhh....aku pikir tidak semudah yg ku bayang kan, kenapa iblis itu harus bersembunyi, ahk yah...dewa menyebalkan itu, haruskah aku bertemu dengan nya lagi? aku rasa aku akan menghabisi nya setelah ini, kenapa tidak langsung memberi tahu saja dimana iblis itu, apa setiap Dewa di takdir kan untuk memberikan teka-teki yg harus di pecahkan"
    
"Brughh...!"
    
"Ahkk.......!" Gei tersentak, sebuah benda keras jatuh di atas kepalanya.
    
"Ap..apa tadi?" Gei melongo, apa benda se keras itu, adalah seekor cicak?
    
"Tun..tunggu, cicak!!" Gei menengadahkan ke arah atas, "Bukan kah cicak itu ada di langit-langit rumah, sejak kapan langit juga punya cicak?" geram Gei tertahan emosi
    
"Aishh..aku sudah tau-" Gei berdesis
     
Satu-satunya yg dapat melakukan itu hanyalah dewa menjengkelkan itu, begitu menurut Gei sendiri. 
    
"Sebaiknya aku pulang sa-"
    
"Ahhhkkk...!" tiba-tiba saja Gei memekik, tubuh nya terhuyung dengan seteguk darah yg keluar dari mulut nya.
    
"Sa...sakit sekali" erang Gei mencengkram dada nya.
    
"Ti..tidak, ke..kenapa sakit sekali, aku kenapa!"
    
"Kau baik-baik saja- astaga? akan ku bantu" Gei tak bisa melihat wajah itu dengan jelas, yg dia tau, seorang pria telah membawa nya pergi usai dia tak sadarkan diri.

    
"Dimana dia, sudah sangat larut, kenapa belum kembali!" cemas Rina sambil bolak-balik berjalan kesana kemari.
    
"Dia akan baik-baik saja" tegur Victory yg sudah bosan menunggu dari tadi
    
"Entah lah, mungkin dia sedang asik mengobrol dengan seseorang hingga lupa waktu" santai Reiman yg masih setia duduk di kursi malas nya.
    
"Kita istirahat saja, dia pasti akan kembali" saran Ranguna
    
"Kalian duluan saja, aku akan menunggu nya" balas Rina
    
"Sebenarnya aku sudah mengantuk, tapi-"
    
"Lalau begitu pergi saja sana, dasar-" sinis Victory dengan tatapan tajam, Reiman langsung menciut segera melarikan diri untuk beristirahat di kamar nya.
    
"Apa kau mengenal nya?"
    
"Dari mana kau menemukan nya? sebenarnya apa yg terjadi padanya?"
    
"Ini bukan seperti sakit yg biasa"
    
"Kau tidak membawa orang secara sembarangan ke sini bukan, apa kau tau jika ada yg mengetahui tempat tinggal kita disini, mereka akan membinasakan kita semua"
     
Berulang kali wanita paruh baya ini mewanti-wanti, bukan karena tidak suka kalau ada tamu, tapi bagaimana jika itu membahayakan nyawa putranya, suaminya dan juga dirinya, lebih-lebih lagi seorang wanita tua yg sudah tidak bisa berjalan lagi, dia adalah ibu nya yg harus mereka urus.
    
"Ini sudah larut bu, tak mungkin aku meninggalkan nya sendirian dengan kondisi seperti itu, dan apalagi dia seorang wanita"
    
"Yah..ibu tau tapi-"
    
"Tidak bu, jangan membuka topeng nya" tahan nya dengan wajah cemas
    
"Kenapa? kita juga harus tau siapa dia, bagaimana kalau-"
    
"Bagaimana kalau dia punya nasib buruk, maka dari itu dia menggunakan topeng, jika ibu melihat nya, mungkin saja nasib buruk itu akan menimpa kita, jadi jangan di buka, nanti saja kalau dia sudah sadar, itupun kita harus tau apa alasan nya menggunakan topeng itu"
   
"Yg di katakan oleh Anthony itu benar, jadi kita tunggu saja dia sadar" sosok pria paruh baya itu mulai angkat suara.
     
Pemuda dengan jubah biru tua itu menoleh ke belakang, memperhatikan seseorang yg berbaring di atas tempat tidur nya. Meski saat bangun nanti Gei pasti akan terkejut karena harus mengetahui siapa yg sudah membawa nya kemari.

QUEEN IMMORTAL WORLDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang