Bab 70 : Anugerah

131 14 0
                                    

Tempat yg sama, hutan dimana Gei menemukan keindahan di saat malam hari, sebuah pohon dengan cahaya yg indah yg menjadi pembatas antara dunia manusia dengan immortal world.
     
Gei segera bangkit, "Apa aku pingsan disini?" heran nya segera sadar kalau dia sendirian disini. Lagi dan lagi ini adalah malam hari.
    
"Apa kau pernah tau, mengapa kau menjadi orang yg terpilih untuk memiliki semua elemen di dalam tubuh mu?"
    
"Siapa itu?" Gei berbalik 180° sosok pria berjubah oranye kini berdiri membelakangi nya.
    
"Bukan kah kau yg mengatakan kalau aku adalah sobat mu, lalu kenapa kau tidak mengenali suaraku?" jawab nya masih tak menunjukkan wajah nya.
     
Gei berpikir sejenak, "Tunggu dulu, suara ini, aku pernah mendengar nya, tapi siapa?"
    
"Bagaimana sudah mengenali ku?"
   
"Uhuk...uhuk..!" Gei tersendak, "Ahh.. ka..kau dewa Guana?" pekik Gei
    
"Astaga jadi selama ini kesadaran mu masih ada, oh ya dimana empat lagi tangan mu" sindir Gei tersenyum kecil
    
"Ini salah satu alasan nya aku tidak suka dengan mu, kau selalu menganggap sepele" balas Guana berdecak kesal.
    
"Apa maksud mu, lalu kenapa aku di sini sekarang, bukan kah aku harus nya di- astaga bukan kah aku sudah berhasil mengalahkan Yama, ahk iya tapi kesadaran nya masih belum aku hancurkan" gumam Gei
    
"Maka dari itu dengar kan dulu ucapan ku, kau selalu bertindak semaumu saja"
    
"Karena ini hidup ku jadi aku yg memegang kendali hidup ku" sahut Gei santai.
     
Guana mendesah berat, "Keras kepala" pikir nya menggeleng frustasi.
    
"Apa kau tau apa elemen terkuat yg ada di dunia ini?" tanya Guana mulai serius.
    
"Aku tidak tau, dan tidak mau tau"
     
Skak, Guana terpengarah langsung terdiam, berbicara dengan Gei sama saja berbicara dengan orang yg paling menyebalkan sedunia.
    
"Kenapa?" tanya Gei heran
    
"Harusnya kau jawab seperti ini, aku tidak tau, memang nya apa!"
     
Gei terdiam kikuk, "Terserah kau saja, jelaskan apa yg mau kau jelaskan, jangan bertele-tele"
    
"Kau memerintah ku, dasar.."
    
"Jangan banyak bicara, aku harus kembali, aku tak suka berlama-lama di hutan ini"
     
Guana memijat kening nya dengan perlahan, "Kenapa harus dia, dia benar-benar menyebalkan" gumam Guana.
     
"Cahaya dan kegelapan, sampai kapan kau akan terus melakukan apa yg kau mau saja, bahkan sampai saat ini kau masih belum bisa mengendalikan elemen kegelapan mu, kau bisa saja mengalahkan Yama dengan kedua elemen itu, apa yg kau pikirkan sehingga tak mengingat pesan dari guru mu, tubuh Yama memang bisa di hancurkan oleh elemen apa saja, tapi satu-satunya elemen yg bisa menghancurkan kesadaran adalah elemen kegelapan" bentak Guana dengan nada tinggi
   
Gei terdiam membatu, rasanya seperti di marahi oleh orang yg paling berkuasa di dunia ini, memang nyatanya benar.
    
"Lalu apa yg harus aku lakukan!" balas Gei ragu-ragu
    
"Kau harus mengalahkan Yama dalam waktu cepat, kesadaran nya sudah memasuki tubuh seseorang, jadi dia bisa mengendalikan orang itu kapan pun dia mau, kau harus mencari nya dan langsung membunuh nya, kalau tidak, dalam hitungan satu bulan kau belum menemukan nya, dia akan kembali ke wujud semula, dan orang yg dia rasuki akan mati juga saat Yama mendapatkan kembali tubuh nya yg nyata"
    
"Dia masuk ke tubuh seseorang, itu artinya, sekarang dia dalam tubuh manusia?"
    
"Kau benar, aku tak bisa mencari tau secara spesifik, intinya dia adalah seseorang yg hadir di sekitar pertarungan di lapangan, jika saja dia bisa melawan kesadaran Yama, dia akan menunjukkan tanda-tanda dengan memuntahkan darah hitam"
    
"Aish...yg hadis saat pertarungan itu snahat banyak, apa itu laki-laki atau perempuan?"
    
"Entah lah, tapi jangan sampai semua orang tau, jika Yama juga sampai mendengar nya, maka dia akan beralih dan pindah ke tubuh orang lain, bisa saja dia pindah untuk melindungi diri"
    
"Berikan aku satu informasi lagi agar lebih jelas dan aku lebih mudah mencari nya" pinta Gei
     
Guana terdiam menunjukkan senyuman tipis yg nyaris tak terlihat oleh Gei, "Dia seharusnya memilih elemen tumbuhan karena itu sangat membantu Yama untuk beregenerasi dengan cepat,  bisa di bilang energi nya akan habis secara bertahap, dengan begitu Yama bisa kembali ke wujud nyata nya"
    
"Ahk...itu masih informasi yg belum spesifik, kalau kau tau orangnya kenapa kau tidak beritahu saja"
    
"Masalah nya aku tidak tau"
    
"Bukan kau kau dewa yg tau segala hal, tapi kenapa ini tidak?" protes Gei
    
"Protes saja semaumu, kalau kau tidak menemukan nya, itu tergantung pada dirimu, bagaimana caramu mengalahkan dia kalau Yama kembali dengan wujud aslinya"
    
"Aku menyesal bertanya" ketus Gei
    
"Aku lebih menyesal berbicara dengan mu, dasar keras kepala, aku akan pergi, aku harap cicak itu terus mengikuti mu dan terus jatuh di atas kepalamu agar kepalamu bisa lembek sedikit"
   
"Aishhhh kau ini dewa atau siapa, beraninya hanya mengutuk orang saja, tarik kembali ucapan mu"
    
"Rasakan sendiri, akibat kau terlalu ceroboh"
    
"Aku akan membunuh mu" gertak Gei tiba-tiba membuat seisi ruangan hening
     
Semuanya segera menatap ke sumber suara.
    
"Ahk...siall, kenapa kepala ini sakit sekali" igau Gei dengan mata tertutup.
    
"Kau sudah sadar?" ucap Ziulong tersenyum
    
"Hehh anak nakal, siapa yg akan kau bunuh, kau baru sadar sekarang, masih sempat nya kau bermimpi ingin membunuh seseorang sementara nyawa mu sudah di ujung tanduk" celoteh Meyza langsung membuat kepala Gei pening.
    
"Guru sudah lah, jangan memarahinya" lemas Ardan
    
"Kau juga sama, kalian tidak becus"
    
"Astaga...aku juga ikut" lemas Ardan menatap Gei dengan tatapan malas.
    
"Kau harus nya berdoa kepada dewa, karena telah di berikan kesempatan hidup kembali.
    
"Tidakkk" umpat Gei membuat Meyza melotot
    
"Enak saja, aku tidak mau, dewa menyebalkan itu, bukan nya membantu malah melarikan diri, tunggu saja, kalau aku menemui nya lagi, aku akan mengikat kakinya di ranting, agar dia jatuh, dan rasakan, hahahaha..!" Gei tertawa gelak.
    
"Bruk..!" satu hantaman mendarat di kepala Gei, "Kau berani mengatakan itu hah?"
    
"Aishhh...aku mau pergi" kesal Gei turun dari kasur tak peduli dengan tatapan semua orang padanya.
    
"Kau ini kenapa terus memarahinya!" heran Ziulong
    
"Biarkan saja, biar dia tidak keras kepala" balas Meyza langsung memuat langkah Gei berhenti, dia segera berbalik dan menatap Meyza dengan tatapan rumit.
    
"Apa lima pulih tahun yg lalu kepala manusia itu lembek?" tanya Gei membuat suasana hening.
   
"Kau berbicara apa?" balas Meyza bingung.
    
"Nah itu dia, sejak kapan tengkorak itu tekstur nya lembut, kenapa semua orang mengatakan aku keras kepala, yah wajar saja kepalaku memang keras karena jika tidak, kalau aku terjatuh sedikit pun maka kepalaku akan pecah"
    
"Kau masih berani menjawab?"
    
"Aku tau umur guru sudah sangat rentan, jadi sebaiknya guru banyak-banyak istirahat agar tidak terus mengomel sana sini, kepalaku lama kelamaan bisa pecah karena terus di marahi oleh guru"
    
"Kau...kau benar-benar menguji kesabaran ku" Meyza melepaskan sepatunya hendak meleparnya ke wajah Gei namun tak jadi, karena Gei sudah bersembunyi di belakang seseorang yg tentunya Meyza tak yakin ingin melempar nya lagi.
     
Mr. Carius menatap Meyza dengan tatapan bingung.
    
"Takut juga ternyata" Gei tersenyum kecil
    
"Plak...!" satu hantaman keras mendarat di kepala Gei, beruntung topeng nya tidak terlepas.
    
"Rasakan itu" umpat Meyza melotot
    
"Aishhh... Arghhh... kenapa selalu kena" Gei mengumpat kesal lalu pergi dengan langkah menggerutu.
    
"Anak yg satu itu memang tidak pernah mendengar kan nasehat siapapun, aku heran kenapa anak seperti itu menjadi murid ku" kesal Meyza
    
"Maka dari itu dia harus di didik, bukan nya di marahi tiap hari"
    
"Kau juga sama, sana pergi awasi dia jangan sampai dia membuat kekacauan, apalagi membuat orang lain susah"
    
"Murid mengerti guru" balas Ardan dengan nada lemas.
    
"Kau sama sekali tidak berubah Meyza" heran Mr. Carius menggelengkan kepalanya tak percaya apa yg dia lihat barusan, dia berani melempar sepatunya ke wajah Gei yg notabenya adalah seorang putri kerajaan.
    
"Apa dia baik-baik saja? kenapa baru bangun dia langsung pergi? mungkin dia butuh istirahat" ucap Louis pelan
    
"Ahk..tidak perlu pangeran, orang seperti dia memang kebal terhadap apapun, jadi tidak perlu di khawatirkan" balas Meyza tersenyum sopan.
     
Ekspresi nya langsung berubah drastis usai berbicara dengan Louis, yg tadinya marah-marah sekarang menjadi seperti anak kecil yg tersenyum lugu.
    
"Aku rasa kita belum bisa berbicara dengan nya untuk waktu dekat" ucap Aksel membuka suara.
    
"Yah jika waktunya tepat aku akan menghubungi kalian untuk pertemuan selanjutnya" balas Castor
    
"Kalau begitu kami akan kembali lagi nanti, kami pergi dulu" pamit Sauna
     
Xirenu bersama putranya Louis segera ikut keluar usai Sauna dan Laskar, di lanjut dengan kepergian Caven dan Aksel, sementara itu Revan dan keluarga nya memang tidak ada di sini, karena sudah dari tadi kembali ke istana klan nya.
     
Meninggalkan hanya beberapa orang di ruangan, yakni Ziulong, Meyza, Xavier, Castor dan Mr. Carius saja.
    
"Kami juga permisi yg mulia" pamit Meyza memberikan rasa hormat nya.
     
Xavier mengangguk, menyisakan mereka bertiga di sana.
    
"Apa dia benar-benar putra mu ayahanda?" tanya Xavier ragu-ragu
     
Castor mematung sejenak, "Maaf kan ayahanda, ayahanda juga tidak tau kalau mereka masih hidup atau tidak, harusnya ayahanda mencari mereka"
    
"Lalu wanita yg dulu mengasuh ku selama satu tahun, adalah-"
    
"Yah benar" Castor mengangguk
    
"Apa maksud nya membunuh bayi kecil? dan mengapa dia begitu benci kepada ibunda, dan apa yg wanita itu maksu dengan kalau dia memiliki hak untuk duduk di singgasana, apa wanita itu istri pertama ayahanda?" pertanyaan yg bertubi-tubi membuat Castor membatu.
    
"Yah... benar" jawab Castor dengan ekspresi sendu
    
"Tapi dia terlihat lebih muda dariku"
    
"Aku akan pergi" ucap Mr. Carius segera meninggalkan keduanya agar bisa berbicara dengan leluasa.
   
Xavier tak peduli, dia masih terus ingin mendengar kan semua kebenaran nya.
    
"Kau dan Meina lebih dulu lahir sebelum dia, mungkin dewa belum memberikan kami anugerah hingga kami belum memiliki anak, hingga setahun lebih setelah Meina lahir, dia mengandung"
     
Castor menunduk, air matanya tiba-tiba jatuh untuk sejenak mengingat masa lalu yg memilukan.

QUEEN IMMORTAL WORLDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang