Keadaan hening, ini pertama kalinya mereka tidak iklas melepaskan sebuah kasus.
"Aku tidak yakin, kenapa aku jadi penasaran" ucap Roni heran
"Jika bukan keluarga yg melakukan itu, lalu siapa lagi?" gumam ketua Gino mengetuk-ngetuk meja.
"Apa kita bisa menyelesaikan kasus ini?" ucap Anthony
"Kenapa kau tiba-tiba berubah pikiran? ahkk..apa kau mulai menyukai seorang gadis kali ini? Setidaknya kami sudah bisa lega akhirnya kau kembali normal"
"Hehh apa maksud nya?"
"Tidak ada" keduanya tersenyum geli
"Tapi menyelidiki sebuah kasus secara tertutup itu menarik juga, tapi tanpa adanya dukungan dari yg memiliki kasus itu akan sulit"
"Kita bisa melakukan nya, lagi pula bagaimana kalau pelakunya melakukan hal seperti ini kepada korban lain?"
"Kau tidak sedang berpikir kalau pelakunya menggali makam itu untuk mengambil mayat yg akan di gunakan sebagai tumbal ritual bukan?" ketua Gino berkata dengan tawa renyah
"Tidak, bagaimana mayat nya di gunakan untuk hal lain" ucapan Anthony dengan serius membuat kedua polisi itu terdiam membungkam.
"Tapi apa anak SMA umur 16 tahun itu tidak terlalu muda!"
"Terlalu muda untuk apa?" sambar Anthony heran.
"Yah terlalu muda untuk menjadi pendamping mu!" Ketua Gino dan Roni kembali tertawa gelak, Anthony berdesis kesal, kenapa pulak dia di gabung kan dengan tim yg satu ini, tapi meski begitu, beginilah cara mereka agar tidak terlalu berpikir keras untuk menyelesaikan kasus, bisa di katakan agar tidak terlalu pusing.
"Apa yg akan kau lakukan jika kau menjadi salah satu penghuni immortal world?"
"Aku akan menggunakan kekuatan ku untuk kebaikan, membantu orang yg perlu di bantu, atau mungkin menangkap penjahat,"
Gei tersenyum, mengingat percakapan pertama nya bersama Anthony di dalam mobil. Tapi sekarang dia harus pergi.
"Jaga dirimu baik-baik yah" pesan Klaren usai mengantar Gei ke bandara.
Gei mengangguk, dia membeli tiket dari uang pemberian kepala panti, dan kini di antar oleh Klaren dan Ayah nya.
"Sayang sekali, harus nya ajak sepupu mu waktu itu" goda Zaki melirik Klaren sekilas
Klaren terdiam kaku, pipinya mulai memerah.
"Kau akan pergi?" ucapan itu membuat Gei berhenti melangkah, Zaki dan Klaren sudah pergi karena Zaki buru-buru ada kerjaan di kantor.
Gei berbalik, kenapa di akhir polisi itu selalu menemukan dirinya?
"Yah" jawab Gei pelan
"Apa aku masih bisa menepati janji ku?" tanya Anthony
"Ehh?"
Anthony tersenyum cerah, mengusap rambut Gei perlahan, "Hati-hati, jika kau kembali lagi kemari, kau butuh bantuan-" Anthony mengeluarkan kartu nama nya.
Gei menerima dengan ragu, "Oh yah ini" Anthony menyodorkan sebuah paper bag kecil berwarna hitam.
"Apa ini?"
"Itu sebagai ucapan maaf, kasus mu belum selesai tapi, yah.."
Gei mengeluarkan sebuah kotak, sebuah gelang berwarna hitam, Anthony tersenyum kecil sambil menunjukkan pergelangan tangan nya, ada gelang yg sama di sana.
Gei sedikit merasa aneh, ada apa dengan orang ini?
"Anggap saja sebagai ucapan terimakasih juga, sebenarnya nya aku senang mengenal mu, kau satu-satunya orang yg mengetahui kalau aku suka hujan, meski itu hal kecil, tapi buat ku itu berarti"
Gei bedeham, dia bingung harus bersikap bagaimana.
"Terimakasih sudah membantu ku" ucap Gei di akhir.
Anthony mengangguk, melambai sebentar, mengantar Gei sampai ke pintu ruang tunggu.
***
Kembali ke hutan yg sama, Gei duduk berseder ke arah pohon, menunggu malam tiba, dia menunggu dengan perasaan bingung.
Besok lusa adalah bulan purnama kedua, dia tak bisa melakukan apapun, di samping itu, masih banyak yg harus dia lakukan, dia harus meningkatkan kekuatannya, menyingkirkan Vania, ibu dari Xavier dan Meina, dan juga yg terakhir dia harus menjadi seorang pemimpin yg akan melawan Yama raja dari klan iblis itu yg di katakan oleh ibu nya, sebelum dia mengalahkan iblis itu, dia terlebih dahulu harus menjadi pemimpin yg akan menggantikan Castor ayah nya, tapi apa itu mungkin?
"Aishhh...apa yg harus aku lakukan" geram Gei mengacak-acak rambut nya dengan kasar.
***
"Bruk...aihhhh?" Gei meringis karena mendarat dengan tubuh tengkurap.
"Astaga...apa setiap melewati pintu teleportasi akan jatuh dengan cara seperti ini" lemas Gei mengusap-usap baju yg kotor.
"Ahhhh baiklak, maaf Silva, kau harus menunggu lagi" gumam Gei menatap ke arah langit yg cerah.
"Aku heran apa yg ayah mu lakukan hingga kau bisa bertahan di immortal world, sementara immortal world tidak menerima mu karena kau half"
"Tapi tunggu saja, walau aku tidak percaya kepada peramal yg sok tau itu, tapi saat usiaku 18 tahun, aku akan menjadi pemimpin, di saat itu, aku akan mengubah semua hukum alam di immortal world, dengan begitu, immortal world akan menerima mu disini, tunggu saja Silva, hanya dua tahun lagi" Gei tersenyum dengan mata berkaca-kaca.
Gei kembali melangkah untuk segera keluar hutan, dia akan kembali ke Academy, beberapa orang mungkin sedang mencari nya.
"Dari mana saja kau?" bentak seseorang tiba-tiba
Gei reflek mundur selangkah dari gerbang Academy. Ekspresi nya masih sama, datar dan dingin.
"Kau pergi tanpa ijin?" tukas Laskar
"Kau pergi ke sana sendirian? apa kau bertemu dengan Caven?" tanya Revan penasaran.
"Kenapa kau tidak menjawab" paksa Revan tidak sabar.
"Shhhh...aku tidak mau di ganggu" ketus Gei mendorong Revan untuk menyingkirkan dari hadapan nya, dengan malas dia melangkah memasuki Academy.
"Kau tidak bisa pergi begitu saja, kau harus menemui Mr. Carius, ini perintah" ucap Xavier menahan tangan Gei
Gei berdecak kesal, dengan malas dia mengikuti ke empat pangeran yg akan membawanya ke ruangan kepala Academy.
"Kau pergi tanpa ijin nona Aurora? sudah berapa kali aku ingatkan untuk tidak gegabah!" Mr. Carius nampak tidak bermain-main kali ini.
"Jelaskan apa yg harus kau jelaskan"
Gei melirik ke empat pangeran yg masih tetap diam di tempat, "Aku tidak ingin menunggu dua tahun lagi, apa semua ini tidak bisa di percepat?"
Mr. Carius mendelik aneh, "Tidak semudah membalik kan telapak tangan"
"Kalau begitu jangan menghalangi jalan ku, aku akan maju sendiri, kenapa kalian harus menghambat pergerakan ku"
"Kau begitu keras kepala, apa yg kau mau? hah?"
"Aku ingin menyingkirkan ular medusa itu sekarang juga" ucap Gei emosi, Revan tersendak, "Apa..apa maksud mu!" pelik nya
"Apa kau ingin seseorang tau siapa kau sebenarnya?" tanya Mr. Carius curiga.
"Apa lagi? kalau tidak ada dia, apa aku bisa berdiri di jajaran terdepan? jika dia tidak tau siapa aku, apa aku bisa ada di barisan terdepan itu? jika saja aku bisa tanpa harus persetujuan nya, aku akan manju sendiri, aku tidak peduli dengan nya, dia mati atau hidup aku tidak peduli, yg aku mau hanya-"
Gei menghentikan ucapan nya, mengubah arah pandang nya,
"Arggghhh..ini membuat ku gila"
"Apa pelatihan yg kau berikan masih tidak cukup" Gei mengepal tangan nya kuat.
"Kau terlalu ambisius, ini akan membuat mu jatuh"
"Apa yg terjadi disana, hingga membuat mu bersikap seperti ini" tegur Revan dengan tatapan rumit
Gei melirik Revan lekat, rasanya ingin menangis, semua yg dia alami, dia benar-benar tidak menginginkan nya.
"Aku ingin pulang" lirih Gei menatap Revan berharap dia bisa membantu nya, Revan termangu, kedua mata Gei sudah berkaca-kaca.
"Apa kau pikir setelah tugas mu selesai kau bisa pergi begitu saja? kau ingin hidup tenang seperti dulu, begitu maksud mu?"
Gei menunduk, mengepal tangan nya dengan kuat-kuat.
"Kau pilih yg mana, seseorang yg sudah ada di sisimu selama 16 tahun, atau seseorang yg rela mengorbankan nyawa nya hanya untuk menyelamatkan hidup mu, setelah berjuang selama ini agar kau tetap hidup"
"Aku tidak bisa memilih" Gei segera berlari keluar, begitu takut mendengar pertanyaan itu.
"Aku akan mencoba membujuk nya" ucap Revan lemas
Mr. Carius mengangguk, Revan segera pergi mengikuti Gei, dia seakan melihat Gei yg lemah, Gei yg dia lihat saat kehilangan seorang wanita yg berharga untuk nya, kini dia melihat Gei yg seperti itu lagi.
"Sebenarnya apa yg terjadi? kenapa kakek begitu dekat dengan nya, dan kakek tau semua seluk beluk tentang nya, siapa dia?" tanya Xavier
"Ceritanya panjang, aku tidak bisa menjelaskan, nanti kalian akan tau dari pangeran Revan, ya sudah kalian kembalilah untuk istirahat" suruh Mr. Carius.
"Setidaknya jawab lah ini, kenapa Caven juga?" tanya Xavier
"Itu karena dia secara tidak langsung terlibat dalam masalah nya"
Jawaban yg tidak memuaskan, ke tiga pangeran itu segera pergi,
KAMU SEDANG MEMBACA
QUEEN IMMORTAL WORLD
FantasyImmortal Worl, dunia yg terletak di dimensi lain dari bagian bumi manusia, sesuai dengan namanya yaitu dunia abadi, dunia dimana banyak hal yg mungkin terjadi di luar nalar manusia, dan di luar kendali manusia biasa. kehidupan yg di penuhi dengan au...