Bab 35 : Buah Jambu

174 15 0
                                    

Xavier terbangun, dia sudah berada di ruang kesehatan di jaga oleh pangeran Laskar dan juga Mr. Carius    
     
Seharian ini topik berita terhangat adalah Gei, yah semenjak kejadian tadi pagi membuat mereka heboh, mendapatkan satu kelopak bunga saja adalah keberuntungan yg bisa membawa keselamatan dan kesejahteraan, dan Gei mendapatkan banyak sekali kelopak bunga.
    
"Gei akan hidup 1.000 tahun deh kayak nya, kalo perlu dia bisa reinkarnasi selama 20.000 kali" ucap Mira geleng-geleng
    
"Hidup nya sejahtera, damai sentosa" sambung Hely
     
Fara hanya diam saja, mendapatkan satu kelopak bunga itu bisa mendatang kan keberuntungan berturut-turut dan Gei malah...ahk sudahlah tidak bisa di bayangkan
    
"Hey Gei mau kemana?" tanya Mira
     
Gei menghentikan langkah nya dan menatap ke tiga teman nya dengan tatapan lemas
    
"Aku di hukum" ucap nya dengan nada kesal.
    
"Kau di hukum, kenapa? hukuman yg bagaimana?" pekik Hely segera bangkit.

    
"Itu karena aku mencuri persembahan, tidak melepas sepatu ke altar dewa, memegang patung dewa sembarang, dan sekarang aku di hukum membersihkan dan menghias kuil selama satu minggu"
    
"Hahhhh?" ketiganya terlonjak kaget
    
"Kalian bisa tidak membantu ku" pinta Gei, "Kalian tau kan, kuil itu sama luas nya dengan ruang pelatihan, bagaimana mungkin aku membersihkan nya sendiri" mohon Gei
    
"Tapi Gei, apa hukuman ini tidak mengganggu pelajaran, setiap hari pulak" balas Hely tak enak
    
"Tidak, aku melakukan nya di jam 4 sampai jam 8 sore, jika aku menyelesaikan nya dengan cepat, aku akan ikut makan malam, tapi kalau tidak" Gei mendesah lemas
    
"Kita bantu saja" ucap Fara yg di angguki keduanya
     
Gei tersenyum cerah, mengajak ke tiga teman nya untuk segera ke kuil dan membawa sapu, kain lap dan kain pel.
     
Senyuman Gei bahkan masih mengembang saat mereka sampai di kuil, tapi tidak saat sudah masuk.
    
"Tidak ada yg bisa membantu nya"
     
Semua peralatan kebersihan sudah tergeletak di lantai, yah bentakan dari Mr. Carius membuat ketiganya ketakutan dan segera pergi.
     
Gei kehilangan separuh semangat nya karena dia harus sendirian.
    
"Apa yg salah dengan ku, mereka tidak adil" kesal Gei meletakkan sapu dengan kasar.
     
Gei duduk bersila di atas lantai, menengadah ke atas dan menatap patung dewa yg ukuran nya menang besar.
    
"Kata mereka jika mendapatkan berkat dari mu, akan beruntung kenapa aku tidak?"
    
"Kau menegakkan keadilan bukan? lalu kenapa aku di hukum"
    
"Ahk tapi demi makan malam, jika aku tidak selesai makan ruang makan akan di tutup, aku tidak akan makan, oh tidak nanti energi ku berkurang, karena aku masih harus melanjutkan pencarian ku"
     
Gei termangu, dia kembali ingat dengan nama Silva, dengan ragu dia mengangkat kepala, "Kau bisa membantu ku? aku harus mencari Silva, aku sudah berjanji pada bunda ku, bantu aku plisss" Gei mengatupkan kedua tangan nya, menutup matanya dengan rapat. Dia tak sedar sesuatu terjadi pada sebuah bola transparan di atas sana, bola itu bersinar namun hanya sebentar.
    
"Oh iya aku tau, bagaimana kalau aku mencari di klan Angel, bukan kah itu adalah klan yg terdekat dengan pintu teleportasi"
     
Seperti mendapatkan sebuah pencerahan di otak nya, Gei kembali bangkit.
    
"Baiklah nona Geinero Aurora , kau harus mendapatkan makan malam nanti" Gei secepat kilat mengambil sapu dan mulai menyapu, sesekali dia melirik kemana kiri, dia mencoba melatih ketangkasan nya dengan sapu, sengaja dia melepas bagian bawah nya jadi hanya seperti tongkat saja.
     
Ini menyenangkan, selain dia bisa belajar sendirian dan tidak ada yg mengganggu dia juga bisa membaca beberapa kitab-kitab yg ada di rak di sebelah patung dewa.
     
Lagi pula hari minggu biasanya para murid berkeliaran ke kota untuk jalan-jalan atau bahkan ada yg pulang ke rumah, informasi dari ibunya ternyata salah, buktinya mereka bisa pulang sesuka hati, bukan setiap akhir tahun saja.
    
"Dewa Guana" gumam Gei membaca sebuah judul besar di sebuah kitab,
    
"Heyy ini buku tentang kau, ada baiknya aku membaca nya, agar aku tau, apa makanan kesukaan mu, sesama teman harus tau apa yg paling di sukai oleh teman nya, sementara aku menyukai sayur-sayuran dan buah-buahan, dan aku akan tau apa yg kau sukai setelah membaca ini" ucap Gei tersenyum.
     
Tangan kanan nya memegang kain pel, dan tangan kirinya memegang buku.
     
Sambil membersihkan lantai, dia berguna kecil untuk mengikuti bacaan nya.
    
"Dewa Guana adalah dewa awal penciptaan yg menciptakan immortal world, satu-satunya dewa yg di kisah kan menjadi dewa yg paling kuat di dunia, dia menciptakan inovasi baru tentang dunia elementary"
    
"Dewa Guana memiliki semua apa yg tidak di miliki oleh orang biasa, termasuk dia satu-satunya kultivator dewa yg memiliki seluruh elemen yg ada"
         
Gei terdiam kikuk, "Apa kita sama? eh tidak aku kan tidak punya semuanya, tapi aku sudah banyak terimakasih karena memiliki itu semua" ucap Gei tersenyum
          
Gei masih selalu di awasi, setiap jam bahkan setiap menit dan detik, hanya saja Gei tak sadar, mudah bagi Mr. Carius menyembunyikan aura nya hingga dia bisa mendengarkan celotehan Gei yg tidak bermanfaat sama sekali.
     
Dia hanya mengobrol kepada dirinya sendiri, seperti orang gila, tapi Mr. Carius yakin, dewa benar-benar memberkati Gei.
    
"Bruk...!" kain lap itu segera di letakkan ke dalam ember kosong di sudut ruangan,
     
Gei melangkah perlahan untuk mendekati anak tangga menuju ke altar dewa.
     
Duduk untuk beristirahat karena terlalu lelah bekerja sambil bermain, yah berlatih itu menurut nya adalah bermain.
     
Dari arah jendela kaca yg tebal dan kabur terlihat jelas kalau hari sudah gelap, jam di dinding menunjukkan pukul   8 malam lewat 30 menit.
     
Gei tau, ruang makan sudah tutup
    
"Heiii...bisakah aku meminta buah itu, aku lapar, kalau aku pergi ke ruang makan sekalipun, aku tak akan dapat apa-apa" lemas Gei termangu
    
"Kau mengijinkan nya? aku ambil dua saja, eh tidak tiga boleh" Gei menyengir
     
Dia sangat bodoh menunggu jawaban, mana ada yg akan menjawab nya.
    
"Baiklah aku akan pergi, sampai bertemu besok, mungkin kita akan lebih akrab setelah ini" Gei melambai ingin pergi, namun berhenti di tempat saat dia mendapati sebuah kelopak bunga jatuh dan meyelip di jemari nya.
    
"Apa artinya boleh?" pekik Gei girang
    
"Yehhh aku ambil dua saja deh" Gei mengambil sebuah apel dan sebuah jambu yg ukuran nya sama, hanya saja warna nya yg beda, "Terimakasih sobat" Gei tanpa babibu naik ke atas altar dan melakukan tos dengan teman baru nya.
     
Segera setelah itu dia mengambil sepatu nya yg ada di dekat pintu lalu pergi dengan dua buah apel dia dia sembunyi kan di dalam pakaian nya, bisa masalah jika ada orang yg melihat nya.
    
"Aku pernah mendengar kan sebuah ramalan, jika dewa akan sangat akrab dengan seorang anak yg hatinya tulus dan memiliki takdir yg di inginkan semua orang, apa itu adalah Gei, cucuku?"
    
"Tapi apa dewa tidak salah sasaran, Gei itu nakal, bahkan kemarin dia masih saja menjahili orang dan menyamar menjadi sosok yg sangat mengerikan"
    
"Aku tidak tau dewa, tapi setidaknya jangan bawa cucu ku kedalam masalah" batin Mr. Carius mengatupkan kedua tangan nya lalu segera pergi meninggal kan kuil.

***
 

   
Untuk membalas tadi malam, Gei memakan banyak pagi ini, dia begitu lapar karena menahan sakit perut semalaman, belum lagi dia kelelahan membuat ketiga teman nya tidak tega.
    
"Jangan terlalu banyak Gei, nanti kau tak bisa bergerak dan mengantuk di kelas" tegur Mira
    
"Ya aku tau, aku akan mengurangi nya" pasrah Gei, dia juga baru sadar, dan segera menghentikan aktivitas nya dengan minum air putih yg banyak.
    
"Kau tidak apa-apa kan, bagaimana kalau kau bicarakan dengan Mr. Carius, mungkin dia bisa mengurangi hukuman mu?" saran Fara
    
"Sudah aku bujuk beberapa kali, tapi tetap saja tidak ada perubahan" balas Gei dengan wajah datar dan dingin, kadang mereka bingung, kenapa ekspresi Gei kalau di keramaian menjadi sedingin ini, tapi kalau saat sendiri atau jika hanya beberapa orang saja, dia sangat konyol dan bisa jadi sangat manja dan jahil.
    
"Selain kesal karena harus mengurangi kinerja belajar ku di kamar, aku juga di hentikan dari pelatihan khusus" batin Gei tak bersemangat.
    
"Hari ini kita ada jadwal pelajaran dari Mis. Mery dan kita praktek di lapangan, tepat nya di taman belakang" Hely memberi tahu
     
Gei manggut-manggut, sampai sekarang mereka masih bisa merasakan tatapa iri dari banyak orang karena insiden kemarin, mereka tau, itu bukan hal biasa, dan bisa saja Gei adalah orang yg memang tidak biasa.
     
Banyak orang yg membicarakan nya, entah itu pembicaraan positif atau negatif, seperti itu lah manusia, hanya berpikir sekehendak nya sendiri.
     
Meski begitu, Gei memutuskan untuk tidak peduli, bahkan jika dia di bicara kan di hadapan nya pun, dia akan mencoba untuk tidak peduli kepada mereka semua.
    
"Itu buku apa?" tanya Hely yg kebetulan duduk di sebelah Gei, dan bisa melihat Gei terfokus dengan buku di pangkuan nya.
    
"Oh ini kitab dari kuil, aku meminjam nya kemarin"
    
"Ohhh...!" mereka hanya manggut-manggut saja, "Aku rasa satu minggu ini Gei akan menjadi biksu" ucap Fara membuat mereka tertawa, mereka sudah tau tabiat Gei, jika melihat buku yg belum pernah dia baca, maka dia akan membaca nya, jika dia suka bisa saja Gei membaca nya berulang-ulang hingga sampai hafal, di halaman berapa tertulis ada kata yg tidak di mengerti.
     
Gei tidak terlalu menghiraukannya, karena menurut nya itu bukan lah hal yg cocok untuk di jadikan ejekan.
    
"Apa menyenangkan berada di kuil berlama-lama? apa dewa memberikan mu berkat lagi?" tanya Fara penasaran
     
Gei mengangguk tanpa menatap Fara, jujur saja Fara ingin mati saja, sekarang juga, "Aku mendapatkan satu, mungkin karena aku sudah membersihkan kuil hingga dia memberi berkat" jawab Gei asal
    
"Kau tidak senang, kenapa kau nampak biasa-biasa saja?"
     
Gei berdeham pelan, "Aku rasa sebenarnya kelopak bunga itu terjatuh karena angin"
    
"Astaga Gei, kau lagi-lagi masih tidak percaya, apa kau tau, bunga yg di hias di atas itu, tidak akan jatuh selama bunga itu belum layu, jadi jika bunga layu jatuh, itu bukan berkat, itu namanya minta di ganti"
    
"Iya..iya terserah saja"
    
"Dan tidak ada angin di dalam kuil Gei, ruangan nya tertutup, ingat itu" imbuh Mira
    
"Buah jambu, akh sekarang aku tau, ternyata Dewa itu menyukai buah jambu, astaga apa dia marah saat aku mengambil jambu itu kemarin?" gumam Gwir dengan suara sangat pelan
    
"Kau bilang apa?"
    
"Ehhh tidak ada, yasudah kita pergi saja, dari pada terlambat" ajak Gei
     
Mira dan Hely mengangguk saja,
    
"Aku masih punya banyak waktu, kalian duluan saja" terang Fara.

QUEEN IMMORTAL WORLDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang