Bab 55 : Cukup Dewasa

160 19 0
                                    

Bukan dia orang nya, sudah empat kali Gei mengatakan itu, setiap anak yg dia lihat, benar-benar tidak mirip dengan foto yg kini sudah ada di tangan nya
     
Tiga orang polisi saat ini masih bersamanya, entah mengapa setiap mereka keluar, bukan nya heran kenapa polisi berkeliaran sambil membawa anak gadis SMA, para gadis-gadis bahkan ibu-ibu saja malah melongo melihat salah satu dari polisi itu,

Letnan In. dia biasa di panggil begitu, memang jika di lihat dia sangat tampan dan masih muda, orang-orang yg melapor malah menunjukkan putra nya yg masih kecil, hanya untuk melihat wajah polisi tampan itu.
    
"Aishhh harus nya kau tidak ikut" ucap polisi ketua dengan tatapan lemas
    
"Apa aku membuat kesalahan?" balas nya dengan ekspresi lugu.
    
"Bagaimana dengan mobil nya?" tanya Gei penuh harap.
    
"Alamat yg kau berikan memang masih sama, tapi mobil itu sudah rusak dan di jual ke tempat barang rongsokan, dan sejauh ini pemilik nya masih di interogasi di kantor polisi" jawab letnan In. dengan ekspresi tegas.
    
"Apa mungkin mereka menginterogasi orang tua angkat dari Calvin?" batin Gei penasaran.
    
"Apa aku boleh melihat orang yg sedang di interogasi?"
    
"Tentu saja" jawab polisi ketua, "Kita kembali ke kantor, mungkin ada beberapa lapora lain yg masuk" ajak nya menuju ke arah mobil putih di parkiran.
     
Gei masih mengekor di belakang, dan duduk bersama polisi tampan yg satu ini, "Kenapa dia harus menjadi polisi, tidak berguna, lebih baik jadi model saja sana" cibir Gei dalam hati.
    
"Ohh..kita melupakan sesuatu, kenapa kita tidak periksa rumah sakit itu juga?" ucap nya tiba-tiba
     
Gei menoleh ke samping, hampir saja dia lupa, "Yah..itu benar" sambung Gei.
   
"Apa yg bisa kita dapatkan di sana, tapi ya sudah kita akan di sana setelah dari kantor"
     
Gei bernafas sedikit lega, "Bahkan aku belum pergi makam nya bunda" batin Gei menunduk lesu.
     
Sudah pukul 18.30 tidak ada informasi apapun yg mereka dapatkan, bahkan ketiga polisi itu merasa kalau kasus ini di tutup saja karena waktu nya sudah lama dan juga ini tidak bisa di katakan sebagai kasus pembunuhan, apalagi tabrak lari sudah marak di mana-mana, tidak semua bisa di selesai kan satu persatu.
    
"Bunda aku datan-"
    
"Ahkkk...!" Gei tersentak, pandangan nya melongo melihat sebuah rumah mewah yg berdiri di hadapan nya.
    
"Di..dimana makam bunda?" pekik Gei tersentak.
     
Gei berusaha memastikan kalau ini benar-benar di dekat pemakaman, memang benar, beberapa meter lagi adalah tembok tinggi pemakaman, lalu dimana makam bunda nya?
    
"Tunggu, aku ingat betul, makam bunda ada disini" Gei bergegas masuk karena gerbang rumah yg terbuka.
     
Mengetuk berulang kali hingga penghuni rumah benar-benar keluar.
    
"Ini..ini rumah siapa?" tanya Gei cemas
    
"Ini rumah saya, memang nya kenapa dik?" tanya wanita paruh baya dengan tatapan rumit.
    
"Ta..tapi sebelum nya disini adalah makam bunda ku, kenapa membangun rumah di atas makam!"
     
Wanita itu sejenak terkejut, "Mungkin kau salah, pemakaman masih jauh disana, dan lagi pula, rumah ini di bangun di tanah yg rata dan tidak ada pemakaman disini"
    
"Tidak mungkin, aku tau di sana pemakaman, tapi bunda ku di makam kan disini"
    
"Dik...tidak ada makam siapapun disini"
     
Gei menggelengkan kepalanya cepat, air matanya jatuh, "Lalu dimana lagi, makam bunda ku dekat dengan pohon mangga, apa sebelum rumah ini di bangun, masih ada pohon itu?" tanya Gei
     
"Pohon? tapi tidak ada pohon disini sebelum nya"
     
"Pasti ada, bagaimana mungkin, kenapa bisa seperti ini" Gei berulang kali mengusap air matanya, berlari keluar pekarangan rumah, mencoba mencari letak dimana makam bunda nya.
    
"Bunda...bunda dimana?" Gei berkeliling kesana kemari, makam bunda nya memang tidak dekat dengan pemakaman yg sudah padat, Gei jelas ingin kalau ini adalah tempat nya.

                               ***
    
"Apaaa? rumah di bangun di atas makam bunda mu?" pekik ketiganya melongo.
     
Gei mengangguk, matanya masih memerah karena menangis, ini sudah malam dia memutuskan untuk pergi ke kantor polisi untuk melaporkan hal itu.
    
"Tapi dia mengatakan kalau sebelum nya tidak ada makam disana, tapi aku masih ingat betul kalau makam bunda ku ada disana!"
    
"Kau mengunjungi nya setiap tahun atau bagaimana hingga bangunan mewah bisa langsung ada disana dalam hitungan bulan?"
    
"Setelah bunda ku meninggal aku tinggal di luar pulau, jadi aku baru mengunjungi nya tadi" balas Gei menunduk.
    
"Aishh...kenapa aku merasa kasus ini mengerikan, kecelakaan atau pembunuhan? makam? dan makhluk lain?" lemas polisi bergidik.
    
"Ini sudah malam, letnan In. akan mengantar mu pulang" ucap polisi ketua
    
"Tapi..!"
    
"Besok kita akan kesana untuk mencari kejelasan nya oke, sekarang kau akan pulang, oh ya kau bilang kau tinggal di luar kota, lalu kau menginap dimana?"
    
"Di panti asuhan"
    
"Ehhhh?" ketiganya terbengong
    
"Yah itu, dulu bunda ku sering bersedekah kepada mereka, jadi mereka bilang kapanpun aku bisa datang kesana"
    
"Ohhh. !" ketiganya mengangguk bersamaan.
    
"Baiklah, ayo akan ku antar"
     
Gei mengangguk, lalu segera pergi bersama polisi tampan yg sudah berjalan di depan nya, Gei masih kepikiran mengapa semua ini bisa terjadi.
    
"Apa sebelum nya bunda mu pernah memiliki musuh atau semacam nya hingga ada yg berniat mencelakainya?" pertanyaannya itu membuat lamunan Gei bubar.
     
Gei menggelengkan kepalanya perlahan, "Aku tidak tau, tapi dari dulu bunda ku sangat baik, kepada semua orang" jawab Gei seadanya
     
Keduanya kini sudah berada di dalam mobil yg sama, menuju ke suatu tempat yg adalah panti asuhan yg Gei sebutkan tadi, "Jika itu benar, apa yg di lakukan oleh bunda membuat orang itu tidak suka pada bunda" bangun Gei menatap lurus dengan pandangan kosong.
    
"Aku lihat saat kau pertama kali masuk untuk melaporkan sesuatu, kau terlihat ragu-ragu" ucap letnan In. melirik Gei sekilas
    
"Yah..seperti itu, aku sebenarnya tidak percaya pada polisi"
    
"Nyirtttt...!" mobil di rem mendadak, untung Gei menggunakan save belt, kalau tidak kepala nya bisa terbentur tadi.
       
"Kalau kau tidak percaya, ahk sudah lah apa karna itu dari dulu kau ingin menyelidiki nya sendirian? aku tau kau pintar tapi, tapi kenapa kau tidak percaya kepada polisi?"
    
"Entah lah, setiap yg aku lihat dan dengar, apapun yg terjadi, polisi selalu terlambat bergerak, apa harus terjadi kecelakaan baru polisi menuju ke TKP"
     
Gei teridam saat pria 28 tahun yg duduk di kursi kemudi kini mengulurkan tangan nya.
    
"Anthony In. akan aku buktikan kalau polisi tidak seperti yg kau katakan"
     
Gei masih diam, "Hei..tidak menerima jabatan tangan untuk perkenalan?" ungkap nya menaikkan alis sebelah.
    
"Anggap kau bisa mempercayai ku, aku akan selesaikan kasus ini" ucap nya tersenyum
     
Gei menerima dengan ragu, tapi usai mendengar kalimat itu, dia begitu lega.
    
"Polisi tidak seburuk yg kau lihat, entah mengapa juga orang-orang selalu melihat dari sisi buruk nya, kenapa tidak melihat dari sisi baik, seperti sudah beberapa kasus yg kami tangani, dan kami juga bukan malaikat yg harus setia 24 jam, apa kau tau kami juga punya masalah dan kami punya keluarga, kami sama seperti orang lain" tukas Anthony sambil mulai mengemudi dengan kecepatan normal.
     
Gei menunduk, dia seperti sudah merendahkan seseorang yg telah banyak berbuat banyak untuk semua orang.
    
"Kau kenapa?"
     
Gei menggeleng, Gei tak mengira akan mengobrol seperti ini dengan polisi, yg dia tau mungkin tugas polisi hanya akan menginterogasi dengan wajah sangar dan tatapan tajam, tapi ini sepertinya tidak.
    
"Apa kau pernah mendengar dunia paralel?" pertanyaan itu tiba-tiba saja membuat Gei terbengong, sejak dia melapor, polisi yg satu ini selalu berbicara tentang hal seperti itu.
    
"Setidaknya aku tau itu hanya dongeng" jawab Gei
    
"Aku punya seorang kakek yg luar biasa menjengkelkan, apa kau tau sejak kecil kakek ku selalu menceritakan tentang sebuah dunia lain yg berada di dimensi yg berbeda, namanya immortal world"
     
Wajah Gei memucat, pandangan nya kini menatap wajah polisi yg masih fokus menyetir.
    
"Im..immortal world? apa itu?" ucap Gei gugup
     
Gei memejamkan matanya sekilas, mencoba melakukan sesuatu hal yg di ajarkan okeh kakek nya, untuk mengetahui apakah seseorang itu manusia biasa atau seorang kultivator
    
"Uhuk...uhuk...!" Gei terbatuk kasar
    
"Ehhh kau kenapa, sudah kau minum dulu" tegur nya mengambul botol aqua dan memberikan nya kepada Gei.
    
"Dia..dia half, astaga kenapa aku baru sadar sekarang, apa dia sama seperti Silva, tapi kenapa aura nya sangat kecil, setidaknya dia memiliki elemen air, tapi dia tak bisa menggunakan nya" batin Gei
    
"Kenapa berhenti?" tanya Gei heran
     
Anthony tersenyum tipis masih menatap ke arah depan, "Ahk..aku tau, kau suka air"
    
"Dari mana kau tau?" pekik nya menatap Gei cepat.
      
Gei tersendak, "Astaga kenapa aku berbicara seperti itu tadi" lemas Gei dengan ekspresi pucat, "Ohh itu, karna hujan, yah hujan, kau pasti suka hujan" ucap Gei kaku.
    
"Yah...itu benar sekali" jawaban nya tersenyum cerah dan mulai kembali menjalankan mobil nya.
    
"Hemmm... apa dunia paralel itu benar-benar ada?" tanya Gei penasaran
     
Anthony tersenyum, "Entah lah, aku tidak bisa percaya, tapi aku juga tidak bisa tidak percaya, tapi kata kakek, dunia itu hampir sama dengan dunia yg kita pijak saat ini, hanya saja yg berbeda, penghuni nya memiliki kekuatan di luar nalar, seperti bisa mengendalikan elemen"
    
"Maksud nya?"
    
"Yah contoh nya bisa menggerakkan air atau, bisa mengendalikan angin"
    
"Itu luar biasa"
    
"Ini pertama kalinya ada yg ingin mendengarkan ucapan ku mengenai dunia paralel, apa kau percaya itu ada?"
    
"Sebenarnya dari dulu aku suka membaca hal seperti itu, dan sepertinya pendapat ku sama dengan mu, aku tidak bisa percaya, tapi aku juga tidak bisa tidak percaya" jawab Gei
     
Keduanya tertawa pelan, "Kau menceritakan itu kepada semua orang, termasuk anak kecil seperti ku?"
    
"Heyyy..kau bukan anak kecil lagi, setidaknya dari aku mendengar mu berbicara, kau sudah cukup dewasa di umur 16 tahun"
     
Gei tersenyum, heran saja dia bisa begitu lega dan nyaman saat berbincang dengan orang yg satu ini.
     

QUEEN IMMORTAL WORLDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang