Pagi yg buruk, Gei bersumpah akan membuang kedua anak ini ke neraka, karena mereka berdua telah membuat dirinya terlambat.
Terhitung sudah selama dua minggu Gei berbaur di Academy, dan dia nampak baik-baik saja, walau sesekali harus berurusan dengan si Revan itu.Mira sakit perut tadi pagi membuat Gei harus menunggu lama di depan pintu, sementara Hely mengatakan kalau dia adakan ke kelas duluan, tapi kelas yg di maksud ternyata berbeda, mereka hari ini adalah kelas dari Mr. Veru, kelas dimana mereka akan di ajari untuk menggunakan senjata dan tentu kelas nya adalah di aula pelatihan bukan di kelas biasa.
"Tok...tok...tok..!" tiga kali suara ketukan pintu terdengar membuat atensi semua orang tertuju pada pintu masuk aula.
"Sumpah aku akan membunuh si Hely keparat, ternyata ini kelas gabungan" umpat Mira yg melihat ada anggota kelas lain di sana.
"Kalian terlambat?" seru Mr. Veru dengan nada tidak bersahabat
"Oh shit kenapa ada si Revan disana" batin Gei tersadar dengan tatapan aneh yg di berikan oleh Revan padanya.
"Maaf Mr. Kami-"
"Kalian ingin masuk ke kelas ini sementara saya sudah maju satu langkah menjelaskan topik, ingin keluar atau masuk dengan syarat" ucap Mr. Veru menatap keduanya dengan tajam.
"Ka..kami ingin masuk" balas Gei gugup.
"Baiklah silahkan masuk dan berdiri di sana" perintah Mr. Veru, keduanya segera menurut dan berdiri di belakang para murid kelas A berada, yah itu adalah murid kelas A, dari murid khusus dimana para pangeran berada.
"Kalian memilih akan masuk dengan syarat, kalau begitu saya akan memberikan kalian quis, jika berhasil menjawab, kalian bisa duduk"
"Tidak aku akan mati dengan malu" gumam Mira dengan kepala menunduk.
"Aku memiliki dua pilihan, karena kalian berdua jadi kalian pilih, satu orang menjawab pertanyaan secara lisan dan satu orang melakukan langsung secara praktek"
Gei melirik Mira dengan ekor matanya, Gei tau anak ini sedang tidak bisa melakukan keduanya.
"Pertanyaan nya adalah, jika saat kau dalam posisi terlemah, dan energi mu sudah habis, hingga kau tidak bisa melawan musuh dengan kekuatan element, tapi kau masih punya kesempatan untuk melawan dengan tangan kosong, apa yg akan kau lakukan"
"Praktek langsung, kau harus membidik sasaran dengan pisau"
"Aku berikan waktu lima menit" ujar nya berbalik dan melangkah menuju ke arah rak persenjataan.
"Aku akan mengumpulkan kekuatan 20% di tangan kiri untuk menyerang bagian leher musuh, dan setelah ada kesempatan maka 80% kekuatan akhir akan aku tumpukan ke tangan kanan dan memukul bagian dada" jawaban Gei yg cepat membuat Mr. Veru terdiam di tempat.
"Itu jawaban siapa?" tanya Mr. Veru berbalik, semua mata dari tadi hanya tertuju pada Gei, tidak terkecuali Mira.
"Jawaban Mira, dia kesulitan berbicara keras karena perut nya sedang mual dari tadi pagi" balas Gei membuat keadaan hening.
"Jawaban yg menarik jadi Nona Mira bisa duduk" seru Mr. Veru bertepuk tangan alhasil semua yg ada di sana ikut bertepuk tangan.
Mira masih gugup, bagaimana Gei melakukan itu, sementara dia tidak menjawab apapun.
"Itu artinya, tapi tunggu sepertinya Aku belum pernah melihat mu?" yah murid baru tetaplah murid baru, wajar para guru itu tidak kenal jelas dengan wajah asing.
"Aku masih murid baru" balas Gei
"Siapa namamu nona?"
"Geinero Aurora" jawa Gei masih mempertahankan ekspresi dingin nya.
"Baik nona Aurora, silahkan maju ke depan, bidik sasaran mu dengan menggunakan pisau ini" Mr. Veru memberikan dua buah pisau ke pada Gei yg baru melangkah maju ke depan.
"Itu dia, kau setidaknya harus mengenai sasaran di lingkaran tengah, baru kau bisa duduk"
Gei memperhatikan papan sasaran di depan nya, hanya sekitar 5 meter, tapi lingkaran tengah itu cukup kecil.
Mungkin jika para pangeran dari kelas A bisa melakukan nya dengan mudah, tapi belum tentu karena sasaran nya di tentukan kepada titik itu.
"Saya tau, yg tadi itu adalah jawaban mu nona Aurora tapi sepertinya kau loyal terhadap teman, jadi saya melakukan ini untuk menguji, apa kah anda masih setia, ada boleh menarik kembali ucapan anda, dan memberikan tugas ini pada nona Mirani Kalisya" ujar Mr. Veru dengan tatapan dingin
Gei melirik Mira, dia masih menunduk dengan tangan gemetar.
"Bagaimana nona Geinero Aurora-"
"Tak...!" pisau mendarat tepat sasaran, keadaan sempat hening beberapa detik, Mr. Veru tidak melanjutkan ucapan nya lagi karena sempat ikut melongo.
"Wahhh tepat di tengah-tengah" puji Revan dengan wajah berbinar.
"Kalau tidak sedang sakit perut, mungkin dari tadi aku biarkan kau berdiri seharian" batin Gei menatap Mira dengan tatapan dingin.
"Baik satu lagi" suruh Mr. Veru
Gei terdiam, sisa pisau di tangan nya dia permainkan seperti mainan anak-anak.
"Ge..Gei" pekik Mira saat sadar tangan Gei tergores oleh pisau.
"Tutup matamu, eh hidung mu" ucap Xavier yg langsung meraih wajah Caven namun ternyata tak sampai, pangeran dari klan Vampire itu sudah secepat kilat maju ke depan karena mencium bau darah.
Sementara murid yg lain yg sama berasal dari klan Vampire segera di tahan dengan menutup hidung.
Sejenak kedua pandangan itu menyatu, Gei bisa melihat dengan jelas warna mata Caven berubah dan gigi taring nya tumbuh memanjang, secepat kilat Gei merobek ujung bajunya dan menutupi luka nya.
Sangat alami kalau Caven masih bisa menghirup aroma darah yg pekat, dan dia sudah merampas tangan Gei sebelum Gei menutup nya.
Mr. Veru nampak tidak peduli, justru dia ingin melihat bagaimana caranya Gei akan menghindari Caven.
"Apa..apa ini benar-benar Vampire" batin Gei menatap wajah Caven yg terlalu dekat dengan nya, Caven sudah mulai menjilati ibu jari Gei yg mengeluarkan darah, ahk bukan tapi dia menjilati darah yg keluar dari sana.
"Beraninya kau" Revan langsung melesat
"Boom..!" satu serangan bola angin mendorong tubuh Caven hingga terpental ke dinding" Gei masih diam, tanpa pikir panjang secepatnya dia meraih pisau yg jatuh ke lantai dan melempar nya, pisah itu memang menancap di sasaran, namun jubah Caven ikut terbawa hingga pria Vampire itu tak bisa ke mana-mana lagi.
"Kau tidak apa-apa?" tanya Revan cemas.
"Terimakasih" ucap Gei dengan cepat menutup luka nya dengan lilitan kain yg sudah di robek tadi.
"Kau tidak bisa mengontrol diri Caven" seru Laskar dengan senyuman mengejek,
Caven mulai kembali sadar, tidak ada lagi taring dan mata merah yg tajam dan memberikan.
"Hehh apa-apaan ini, nanti jubah ku rusak" ketus Caven dengan tatapan kesal.
"Cukup mengagumkan, nona Aurora silahkan duduk" suruh Mr. Veru segera menghampiri Caven dan membantunya untuk melepaskan diri
"Urusan kita masih belum selesai dasar Vampire sialan" ketus Revan dengan wajah emosi.
"Manis" gumam Caven masih sempat nya merasakan ada rasa-rasa berbeda di dalam mulut nya.
Gei mendengus kesal, dia tak percaya kalau pangeran itu sangat berani mengambil darah nya, tapi ya sudah, jika terluka pun darah nya akan terbuang sia-sia, anggap saja dia sedang berbagi darah nya dengan Caven.
"Gei hampir saja" lega Hely
Gei tak menyahut, dia lebih memilih untuk mengambil posisi duduk bersila di dekat Mira yg masih kosong.
"Tuan Sortus, mungkin lain kali kau harus lebih mengontrol diri" peringat
Mr. Veru
Caven hanya mengangguk, dia masih sempat melirik Gei dengan tatapan dingin nya, namun sebelum itu terjadi dia lebih dulu melihat tatapan tajam dari Revan.
Kelas pertama ini selesai dalam waktu dua jam, mereka masih ada waktu untuk istirahat sebelum makan siang,
"Maaf yg tadi Gei" ucap Revan sedikit merasa bersalah
Gei masih setia duduk bersila di tempat duduk nya, sementara Mira dan Hely sudah duduk meluruskan kaki ksrena pegal-pegal, beberapa dengan murid yg lain sudah pergi, hanya tersisa mereka ber delapan.
"Gei kau mendengar ku tidak?" ketus Revan karena dia merasa di acuhkan.
"Berisik, kaki ku kram, jadi aku harus menunggu beberapa menit lagi agar bisa bergerak dengan baik" balas Gei masih menatap lurus.
Mira menatap Gei lekat, mengapa perasaan nya mengatakan kalau Gei ini dekat dengan Revan.
"Kau minta maaf bodoh" sinis Revan melirik Caven
"Ehmm..aku. Aku minta maaf nona Aurora" ucap Caven gugup
Keadaan hening, Gei tidak menjawab apapun, "Sepertinya dia tidak memaafkan mu" sindir Louis membuat Caven lebih merasa bersalah.
"Dasar penipu" sinis Gei tiba-tiba membuat suasana hening
Hely yg merasa segera menunduk takut, "Kalau kau memberi tahu dari tadi kalau kelas nya berbeda kami tidak akan terlambat" umpat Gei menatap Hely dengan laser nya.
"Maaf aku sebenarnya ingin bercanda saja"
"Aku tidak suka bercanda nona Helyra Triasya, sudah berapa kali aku ingatkan jika masalah serius jangan di bawa bercanda" ucap Gei dengan nada penuh penekanan
"Maaf" ucap Hely menunduk semakin takut.
"Gei jangan marah dulu" tahan Mira segera menarik Hely dan menyembunyikan Hely di belakang tubuh nya, siapa sangka masalah kecil ini membuat emosi Gei naik, di lihat dari pupil nya yg tiba-tiba biru.
"Dalam beberapa hari ke depan kau tidak akan bisa mengendalikan emosi elemen mu nona Aurora" seruan itu membuat semua menoleh ke arah sumber suara.
Mr. Carius Vederick datang kemari? yg benar saja.
"Woshhh..!" tak di sangka satu pisau belati melesat, kini mendarat tepat di sebelah wajah Mr. Carius, yah hanya beberapa centi meter lagi, malah mengenai kayu di belakang.
"Kau...!" geram Xavier hendak menyerang Gei namun segera berhenti karena di tahan oleh Mr. Carius dengan mengangkat tangan kanan nya, saat itu Xavier tidak jadi bergerak.
Gei berdiri dengan wajah dingin, dia seperti bukan Gei, "Jangan ikut campur dalam urusan ku" ucap Gei
"Tenang kan dirimu atau kau akan benar-benar di kendalikan oleh emosi elemen mu" Mr. Carius mencoba mendekat, dengan langkah perlahan.
"Tidak...kenapa aku tidak bisa mengendalikan diriku" batin Gei mencoba melepaskan dirinya, dia ingin mecoba menjawab tapi dia tidak bisa berbicara.
"Tidak tadi itu bukan aku" teriak Gei namun tubuh nya masih diam dan mulut nya tertutup.
"Gunakan emosi mu dengan benar, ayo perhatikan baik-baik" Mr. Carius mengeluarkan sebuah bola Angin di tangan nya, mengikuti pusaran sesuai naluri
Gei seakan terpesona dengan pusaran angin itu, hingga perlahan dia mulai bisa mengendalikan emosi nya, tangan nya bergerak naik hendak menyentuh pusaran angin di atas telapak tangan Mr. Carius yg tidak lain adalah kakek nya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
QUEEN IMMORTAL WORLD
FantasyImmortal Worl, dunia yg terletak di dimensi lain dari bagian bumi manusia, sesuai dengan namanya yaitu dunia abadi, dunia dimana banyak hal yg mungkin terjadi di luar nalar manusia, dan di luar kendali manusia biasa. kehidupan yg di penuhi dengan au...