Gei menatap Laskar dengan tatapan intens, "Dimana Elga?" tanya Gei cepat
"Kenapa kau menanyakan dia, sebenarnya apa hubungan kalian?" tanya Laskar curiga
Gei melirik Sauna, "Apa kau percaya dia adalah half manusia?" usai mengatakan kalimat itu, semuanya terkejut bukan main, terlebih lagi Sauna, "Kalian tau aku punya seorang ibu manusia, dia adalah ibunya Elga"
Lagi-lagi mereka terkejut, "Aku ingatkan untuk tidak mengungkit nya di depan Elga, dan jangan ada yg berani menyentuh nya, kalau tidak aku sendiri yg akan menghabisi nya"
"Kenapa kau menyembunyikan banyak rahasia, dan yg satu ini, aku tidak tau" pekik Mr. Carius
"Karena aku tidak mau dia terluka itu saja"
"Lalu apa rencana mu setelah ini?" tanya Aksel penasaran
"Rencana? hmm.... tidak ada, aku tidak peduli lagi dengan si Yama itu, jika dia datang dan menghancurkan kelima klan ini, aku juga tak peduli, itu urusan kalian"
"Apa maksud mu?" geram Revan kesal.
"Aku ingin melihat orang-orang di sekitar ku menepati janjinya, setelah semua urusan ku selesai, baru aku bisa memikirkan soal idola ku itu"
Caven terbungkam seketika, "Hehh urusan janji, itu kau, kenapa sampai sekarang kau belum menepati nya" bentak Revan menatap Caven
"Kenapa, dia?" heran Aksel
"Mereka sama saja, sama-sama tidak bisa menepati janji"
"Jangan sama kan aku dengan dia" kesal Caven yg sudah tau pasti yg di maksud Gei, mereka adalah dirinya dan Calvin.
"Apa itu berhubungan dengan sumpah itu?" ucap Victory ragu
"Yah, benar... dia benar-benar dalam masalah kali ini" ucap Revan masih menatap Caven.
Gei berdiri dengan tatapan lekat ke arah Castor "Sebenarnya aku tidak ingin mengatakan ini, tapi seseorang yg sudah merencanakan untuk memfitnah ibuku hingga di tuduh hendak melakukan pembunuhan, dan sudah berencana untuk membunuh ibuku, maka dia harus mendapatkan hukuman yg setimpal dengan apa yg dia lakukan, jika sampai besok lusa aku tidak melihat nya di hukum, maka jangan salahkan aku jika aku yg akan memberikan hukuman untuk nya, tidak peduli jika itu akan menghilangkan sebuah nyawa" usai mengatakan kalimat itu, Gei segera pergi meninggalkan aula pertemuan yg sudah sangat sepi dan hening.
Xavier gemetar, yg Gei maksud adalah ibunda nya sendiri,
"Ayahanda..!" Xavier menatap sendu
"Kau harus tegar, sesuatu yg salah, akan tetap salah, dan harus di hukum, jika itu terikat dengan mu sekalipun, kau harus menerima nya, dan aku rasa masalah itu sudah di luar kendali, sudah sampai ke tingkat pembunuhan kepada seorang permaisuri dan calon anak nya, itu artinya hukuman yg setimpal untuk nya bukan lagi hukuman menyiksa, nyawa di bayar dengan nyawa, dia masih baik memberikan kesempatan" tegur Mr. Carius.***
Gelar ibu suri sudah di ambil alih oleh Blarina, dalam waktu satu sampai tiga hari, berita itu segera meluas ke seluruh perjuru klan, Pangkat Vania di turun kan hingga dia hanya bisa hidup di sebuah paviliun di belakang istana, dan tidak boleh keluar bahkan menginjakkan kaki di istana, dia mungkin hanya akan mengabdi kepada Dewa Guana.
"Gei" panggil Xavier dengan nada pelan
Gei yg tengah sibuk bermain bola angin di tangan nya segera menoleh ke belakang, bola angin sebesar kepalan tangan nya sudah hangus di gantikan dengan debu.
"Aku ingin bicara sebentar"
"Kau sudah bicara, dan itu sudah sebentar, jadi aku tidak ada waktu berbicara dengan mu" ketus Gei segera bangkit dan pergi keluar dari ruang pelatihan istana dan pergi menuju ke taman samping.
Xavier terdiam termangu, entah bagaimana caranya mengembalikan hubungan baik dengan nya, meski dia tau pasti sangat sulit di posisi Gei beberapa tahun lalu, saat dia hanya hidup sebagai manusia biasa.
"Kenapa aku sepertinya merasakan aura yg sangat familiar di sekitar sini" batin Gei terdiam kala sampai ke halaman samping,
"Ini seperti aura seseorang yg dekat dengan ku, atau eh... tapi siapa yg memiliki aura kegelapan di sekitar ku?"
"Mungkin kah-"
"Krek...!"
"Siapa di sana?" pekik Gei segera melesat dan tiba di puncak dinding istana, gerak-gerik Gei yg cukup aneh membuat Xavier penasaran.
"Aku mendengar nya, ada seseorang yg baru lewat dari sini" gumam Gei terus memperhatikan ke arah sekitar.
"Berhenti" teriak Gei dengan suara menggema, saat pandangan nya kini bertemu dengan seseorang berjubah hitam yg melintas.
Sosok itu berhenti sejenak, perlahan kepalanya berputar dan menoleh ke belakang, dengan tatapan yg penuh dengan kehampaan.
"Siapa dia?" gumam Gei mencoba menatap dengan istens namun wajah nya tertutupi oleh kabut keunguan.
"Aish...!" Gei melesat dengan kecepatan kilat, dia benar-benar sangat penasaran namun sosok berjubah hitam itu juga melesat dengan kecepatan kegelapan.
"Jangan harap bisa lepas dari ku" geram Gei terus menambah kecepatan nya, menggabungkan kekuatan elemen petir dan cahaya, membuat nya semakin cepat,
"Woshhh"
Dalam sekejab, sosok itu menghilang, Gei segera berhenti mendadak, "Kemana dia?" pekik Gei namun kesialan nya berhenti kala melihat sebuah pintu gua di hadapan nya.
Gei mencoba memikirkan sesuatu, dan mungkin kah, "Dia hanya ingin memancing agar aku datang kemari?" pikir Gei dengan tatapan curiga.
"Astaga, dia cepat sekali, kemana dia?"
"Bugh...!" tubuh Xavier segera berhenti di hadapan sebuah pohon besar, cepat-cepat Xavier menyembunyikan aura nya karena dia sudah melihat Gei kini hanya 10 meter di dekat nya.
"Ahk...!" suara ringisan membuat keduanya terkejut, sosok lain kini terlempar dan jatuh tepat di hadapan Gei.
Tubuh Gei lemas seketika, wajah nya pucat pasi, "Bu...bunda?" pekik Gei mundur dua langkah,
"Sa..sayang cepat pergi, pergilah"
"Ap..apa yg bunda katakan, ke..kenapa bunda ada di sini, si..siapa yg sudah melukai mu?"
"Ce..cepat pergi, bunda bilang pergi Gei"
"Ti..tidak... Tidak..akan, aku akan-"
"Ahk..." wanita paruh baya itu menjerit histeris saat tubuh nya kini di penuhi dengan kabut keunguan, hingga kabut itu perlahan menghilang, "Uhuk...uhuk..!" Revenita terbatuk mengeluarkan seteguk darah merah.
"Bunda...!" lirih Gei segera mendekat, hendak mengalirkan energinya namun segera di tepis oleh Nita, "Sayang, bunda merindukan mu" lemas Nita tersenyum hangat.
"Bunda..bunda apa yg terjadi?"
"Ke..kenapa kamu menggunakan topeng ini, apa wajah mu terluka?"
Gei menggeleng, "Tidak bunda, tidak, aku baik-baik saja"
"Biarkan bunda melihat mu sebelum bunda pergi!"
"Apa yg bunda katakan"
"Bunda hanya ingin melihat wajah mu, sekali saja"
Entah apa yg Gei pikir kan, tapi tangan nya perlahan bangkit, menarik sebuah topeng di wajah nya.
Tangan yg penuh peluh dan gemetar kembali bangkit, menyentuh wajah yg putih dan halus bahkan tak sedikit pun bernoda.
"Yeza!!!" lirih Xavier begitu jelas melihat wajah Gei saat ini.
"Kamu tetap cantik seperti dulu, mata biru mu" lirih Nita tersenyum saat melihat bola mata Gei berubah menjadi biru, Gei terkejut, dia tidak sedikit pun memerintah untuk menunjukkan warna bola mata nya
"Jaga dirimu baik-baik bunda akan pergi"
"Apa yg bunda katakan, aku akan membawa bunda kembali"
"Woshhh...!" satu lesatan cahaya keluar dari tubuh Nita, cahaya keunguan yg membuat tubuh wanita itu langsung terhuyung jatuh tak menyisakan nyawa.
"Bunda...bunda..kenapa?" panik Gei
"Hahhahhahh...sekarang aku sudah tau, wajah mu, dengan begitu akan lebih mudah mengalahkan mu" tawa seseorang meledak membuat Gei mengalihkan atensi nya pada sosok berjubah hitam yg tengah berdiri membelakangi nya.
"Apa yg kau lakukan" aura Gei tiba-tiba meledak, aura merah menyala kini sudah menyelimuti dirinya.
Rambut nya berubah menjadi warna merah, di ikuti perubahan pupil yg merah menyala, Sosok itu kembali hendak menoleh kebelakang, Gei menunggu sudah mengeluarkan bola api d tangan nya.
Belum sempat melihat wajah nya sepenuh nya, hanya sedikit pipi dan hidung nya, tapi yg jelas, dia seorang wanita.
"Arngggghhh..!" Gei berteriak geram karena sosok itu tiba-tiba menghilang.
"Bun..bunda" Gei tersadar segera terjatuh, sambil mengguncang tubuh bunda nya henda membangun kan.
"Bunda.. Ayo bangun"
Gei mengalirkan kekuatan nya sepenuh nya, tapi kekuatan itu lenyap, "Semuanya akan sia-sia, dia sudah meninggal" suara itu membuat Gei tersentak langsung mengeluarkan bola kegelapan dan mengarahkan nya kepada Xavier
Xavier segeta mengelak, "Ini aku" pekik nya panik kalau-kalau Gei akan menyerang nya lagi.
"Apa yg kau lakukan, apa kau terlibat di sini?" geryak Gei bangkit.
"Tidak..aku hanya mengikuti mu tadi, aku sama sekali tidak terlibat dengan orang tadi" jawab Xavier jujur
"Kau melihat nya?"
Xavier mengangguk, "Ti..tidak jelas tapi aku yakin dia seorang wanita"
"Bunda" lirih Gei menatap ke bawah dengan air mata mengalir, Gei sesaat tersadar, topeng nya yg terletak di tanah, dia tidak peduli lagi entah Xavier melihat wajah nya atau tidak.
"Bunda jangan pergi" tangis Gei terhuyung jatuh tak berdaya, sambil memeluk seseorang yg telah lama dia cari.
KAMU SEDANG MEMBACA
QUEEN IMMORTAL WORLD
FantasyImmortal Worl, dunia yg terletak di dimensi lain dari bagian bumi manusia, sesuai dengan namanya yaitu dunia abadi, dunia dimana banyak hal yg mungkin terjadi di luar nalar manusia, dan di luar kendali manusia biasa. kehidupan yg di penuhi dengan au...