Bab 11 : Jahil Lagi?

202 16 0
                                    

Gei tidak mengikuti kelas pertama nya karena dia sibuk berbicara dengan pria tua yg tidak lain adalah kakek nya sendiri yah, dia adalah Mr. Carius Vederick, Gei tak percaya kalau ternyata pria tua itu adalah kakek nya.
     
Sebenarnya dia kesana untuk mengambil name tag nya, dan entah bagaimana ceritanya kalau ternyata Carius mengenali dirinya sebagai Geinero Aurora Vederick.
     
Yah mereka berbicara banyak hal tadi, menceritakan tentang masa lalu dan sampai sekarang ternyata kakek nya ini masih membantu ibunya untuk menyembunyikan identitas nya.
     
Ini mengurangi kebencian Gei, karena itu Gei mulai menerima kehadiran kakek nya.
    
"Aku hampir jantungan tadi, ternyata ibu sudah membicarakan ini semua dengan kakek" gumam Gei tertawa sambil menunduk
     
Dia ingat saat kakek nya menceritakan masa lalu, tapi dia lebih banyak menceritakan tentang kebahagiaan saat ayah dan ibunya masih bersama. Apalagi saat masih berhubungan secara diam-diam, mereka harus meminta bantuan kakek nya agar bisa bertemu di sebuah rumah makan dengan penyamaran.
    
Gei yg membayangkan hal itu saja tersenyum tak jelas.
     
Dia sudah 16 tahun, wajar dia sudah bisa merasakan bagaimana rasanya cinta antara lawan jenis, termasuk saat dia berada di dunia manusia, dia memiliki seseorang lelaki yg menjadi pria idaman nya, meski dia menyukai dalam diam.
     
Gei membayangkan bagaimana kalau hal itu terjadi pada dirinya dan seseorang yg dia sukai, apa itu akan nampak menggelikan?
    
"Aku jadi merindukan Klaren" gumam Gei sambil mengaduk-aduk makanan di atas piring
     
Waktu makan siang dia ikuti lebih awal, karena dia tak masuk kelas pertama, kakek nya juga sudah mengurus nya agar dia tidak perlu di hukum, karena ini bukan bolos.
     
Dan tak di sangka dia akan terjebak karena Laskar, yah Laskar yg tak sengaja melihat nya dan membuat mereka duduk di meja yg sama.
    
"Hey kau, kau ini dari klan rendahan mengapa bisa-bisa kau mendekati para pangeran" ucap seorang gadis dengan nada membentak ke arah Gei
     
Yah Gei yg kini duduk di sebelah Caven, di depan nya adalah Xavier, di sebelah Xavier ada Revan, lalu Laskar dan di hadapan Laskar ada Louis
     
Mereka enam orang jadi pas duduk berhadap-hadapan.
     
Dan sudah bisa di pastikan gadis-gadis yg datang itu adalah ke empat para putri. Meski sudah di barengi dengan pembicaraan dari semua murid yg ada di ruang makan tentang Gei, gadis murid baru yg baru satu hari di sini sudah bisa membuat ke lima pangeran itu mau mendekati nya? tidak salah jikamereka berfikir kalau Gei menggunakan pelet.
    
"Aku duduk disini lebih dulu, jika mereka datang atau tidak aku tidak peduli" jawab Gei datar
    
"Apa hak mu berbicara di depan ku hah?" bentak nya dengan tatapan tajam, dia adalah Meina, maka dari itu Xavier dari tadi hanya diam karena dia tau sifat adik nya yg cerewet dan banyak bicara.
    
"Kalau kau memang punya malu, kenapa kau tidak pergi setelah para pangeran datang" ucap Nasari, dan nampak nya dia juga tak peduli dengan saudara tiri nya yaitu Louis
     
Elga hanya diam, dia termasuk gadis kalem, dari antara mereka berempat.
    
"Apa kau tuli, kenapa tidak menjawab!" ketus Renata, putri yg terakhir adalah sepupu dari Caven
    
"Apa hak mu menyuruh ku berbicara" balas Gei dengan datar, bukan datar yah secara responsive bola mata nya berubah menjadi biru tua pekat, ini adalah ciri-ciri dimana seseorang mulai menahan emosi nya tapi tidak bisa.
    
"Kau masih bertanya hak, kau tidak tau siapa kami?" pekik Nasari
    
Gei masih mencoba tenang, dia mulai mengedipkan mata berulang kali agar bola mata nya kembali menjadi hitam, tapi tidak bisa, malah menjadi aneh saat dia berkedip, yg terlihat biru dan hitam secara bergantian.
    
"Trang...!" Gei sengaja menjatuhkan sendok nya
     
Dengan wajah pura-pura malas dia mengambil nya, jangan salahkan dia melakukan kejahilan pada gadis yg bernama Nasari ini, karna satu alasan saja karena Nasari satu-satunya putri yg dekat dengan nya.
    
"Kalian bisa pergi, kami duduk dengan siapapun bukan urusan kalian" ketus Xavier membuat ke empat putri itu mendengus kesal lalu berlalu pergi.
    
"Maaf pangeran Louis, aku tidak bisa menahan emosi ku jadi mungkin saudara tiri mu akan menjadi bahan tertawaan sebentar lagi"
    
Ucapan Gei membuat ke lima pangeran itu hening, belum beberapa saat.
   
"Pranggg...!" sebuah nampan berisi makanan terjatuh dari atas meja, benang yg kusut di pakaian Nasari tersangkut di atas nampan seseorang membuat nya jatuh hingga makanan itu menimpa wajah nya yg cantik.
    
Semua nya menahan tawa, mereka tak bisa menutupi kalau itu benar-benar cocok untuk di tertawakan.
     
Tapi mana ada yg berani tertawa keras saat ini
     
Ke lima pangeran itu masih melongo, usai menatap Nasari, mereka kini menatap Gei cengo.
    
"Sendok berguna" cuma Gei tersenyum tipis sambil memutar-mutar sendok garpu nya.
    
"Apa yg kau lakukan padanya?" tanya Revan.
    
"Aku tidak suka acara makan ku di ganggu, itu akibat nya karena sudah berani mengusik ketenangan ku"
     
Keadaan hening, para putri itu sudah pergi membawa Nasari, tak lupa dengan perasaan malu nya, mereka tak mungkin menyalahkan orang lain karena disni Nasari yg jatuh tiba-tiba karena pakaian nya tersangkut di sudut meja, apalagi di tambah menyenggol nampan milik seseorang.
     
Gei melanjutkan makan nya tanpa peduli dengan ke lima pangeran yg masih menatap nya dengan tatapan lekat.  Mungkin dia akan bisa bebas setelah selesai makan, dan dia akan pergi.
    
"Aduhhh panas..!" teriakan itu membuat semuanya sama-sama menoleh ke arah sumber suara
    
"Hey jangan menggunakan element mu disini sembarang"
    
"Aku tidak melakukan apapun"
    
"Satu-satunya di meja ini yg memiliki elemen api adalah kau"
     
Keduanya mulai berdebat, membuat semuanya nya masih menatap mereka dengan tatapan kesal karena terganggu tentunya.

QUEEN IMMORTAL WORLDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang