Bab 49 : Dengan Siapa Aku bertemu

151 15 0
                                    

Dua meja terisi penuh, malam ini tampak nya tidak ada pelanggan, kedua meja itu hanya terisi oleh tamu, yg tak lain adalah teman-teman dari putri nya.
     
Rina tersenyum kecil, Gei dan Caven duduk saling membelakangi, entah itu Gei yg tak sadar, atau Caven tidak tidak tau, Gei duduk bersama Fara, Hely, Mira dan ibu nya di satu meja, sementara kelima pangeran duduk di satu meja lain.
     
Mereka tengah melangsungkan acara malan malam bersama.
     
Gei masih tak bisa lepas dari buku nya, hanya itu satu-satunya cara agar dia tidak mengingat kejadian tadi, apalagi ibunya yg sesekali melirik nya dengan tatapan aneh.
    
"Maaf" Caven mencoba untuk mengobrol lewat telepati.
     
Gei tidak menjawab, walau dia mendengar nya,
    
"Apa aku pergi saja"
    
"Tidak perlu" sambar Gei cepat. Caven menghela nafas berat, dia benar-benar bingung harus melakukan apa.
    
"Apa ibumu marah?" tanya Caven
    
"Menurut mu?" bukan nya menjawab, Gei malah balik bertanya membuat Caven menjadi kalut, dia ingin melihat ke belakang untuk memastikan bagaimana ekspresi ibunya Gei tapi dia takut kalau ketahuan.
    
"Harus kah aku minta maaf"
    
"Bisa tidak, kau diam saja, jangan membahas itu sekarang" kesal Gei mendengus.
    
"Baiklah" pasrah Caven lesu, dia tidak ada nafsu untuk makan lagi.
    
"Apa kau berpikir ini semua hanya salah paham?" tanya Caven dengan suara rendah.
     
Gei masih diam, dia bingung apa maksud dari pertanyaan Caven kali ini.
    
"Di malam itu, kau benar-benar melihat ku di jatuhi banyak kelopak bunga, dan itu terjadi di kuil di dekat taman"
     
Gei menghentikan aktivitas nya masih menatap ke arah buku namun pikiran nya sudah melayang kemana-mana. "Apa yg kau maksud?" tanya Gei
    
"Berita tentang kuil yg hancur di klan Wolf, itu semua kau yg melakukan nya Gei"
     
Wajah Gei mengerut, "Kau tiba-tiba marah-marah, merampas tombak milik dewa dan memaksa dewa Guana untuk menjawab pertanyaan mu tentang dimana saudara mu itu, kau juga bahkan mengarahkan tombak itu ke arah leher dewa, dan mengancam dan bersumpah jika dewa tidak menjawab pertanyaan mu, maka kau akan menghancurkan dewa Guana"
    
"Ti..tidak mungkin, aku tidak melakukan itu" tolak Gei tidak mau mengaku.
    
"Yah..karna kau sudah mendapatkan jawaban dari dewa, kau nampak begitu gelisah, dan mulai menyakiti dirimu, maka dari itu aku tidak mau melihat mu terluka, aku terpaksa melakukan nya"
    
"Itu tidak benar" Gei menggertak meja dan berdiri membuat meteka terlonjak kaget.
    
"Aku tidak akan melakukan itu" bantah nya menatap Caven yg sudah meoleh ke arah nya.
     
Caven terdiam, "Kau tidak ingat, maka dari itu kau membantah"
     
Gei menggeleng kan kepalanya, dia benar-benar takut, perasaan nya tiba-tiba kacau, "Kau takut jika semua orang tau?" tanya Caven mulai ikut berdiri
    
"Ada apa ini?" tanya Revan
     
Gei menatap Caven lama, "Aku yakin kau sudah tau" balas Caven melirik Revan.
    
"Maksud mu, apa memang benar kau mengambil ingatan Gei?" tanya Revan segera berdiri dan mendekati Caven.
     
Caven mengangguk, "Aku punya alasan yg tepat, jadi dengarkan aku dulu" tahan Caven yg melihat Revan sudah sangat emosi.
    
"Tidak..itu bukan alasan namanya" sarkas Gei
    
"Lalu apa, aku membiarkan mu melukai dirimu sendiri?" Caven menarik Gei cepat, dalam hitungan detik, di saat ada kesempatan dia menggigit leher Gei.
    
"Ahkkkk..!" Gei mengerang kasakitan. Tubuh nya terhuyung ke pelukan Caven.
     
Rina terlonjak panik, "Apa yg kau lakukan" Revan hendak menyerang, namun dengan cepat saat Caven sudah melesat ke belakang Revan, dengan Gei yg masih di pelukan nya. "Aku mengembalikan ingatan nya" jawab Caven cepat.
     
Revan terdiam, menatap Gei yg sudah tidak sadarkan diri.
     
Hely sangat takut melihat ekspresi Revan hingga dia bersembunyi di balik tubuh Fara, mereka juga terkejut dengan kejadian tiba-tiba ini.
    
"Kalian menyembunyikan hal ini dari kami? untuk apa kau mengambil ingatan Gei?" seru Xavier berekspresi dingin
    
"Sudah aku bilang, aku punya alasan nya, kalian ingat berita dari klan Wolf, tentang kuil yg hancur, itu semua Gei yg melakukan nya, Gei yg sudah merampas tombak milik dewa, Gei bukan hanya akan menghancurkan kuil itu, tapi dia ingin mengancurkan dewa" ucapan Caven sukses membuat semuanya terbungkam.
    
"Klan Wolf? Gei pergi ke klan Wolf, untuk apa? kenapa dia melakukan itu?" pekik Rina terkejut
    
"Aku tidak bisa menjawab nya, tanyakan saja padanya nanti" jawab Caven menatap wajah pucat dari Gei, masih setia berada di pelukan nya.
    
"Aku curiga padamu, setidaknya jawab pertanyaan ku yg ini, kenapa kau bisa bersama dengan Gei, apa Gei yg meminta mu untuk menemani nya?" tanya Laskar
     
Caven menggeleng, "Aku di perintahkan oleh Mr. Carius untuk mengawasi nya dari jauh, tapi Gei lebih dulu menyadari kalau dia sedang di ikuti sedari awal"
    
"Itu sebab nya, saat Gei memergoki mu, kalian bisa sampai ke klan Wolf dengan cepat, dan kembali juga dengan sangat cepat" Louis mengambil kesimpulan.

***
 

   
Pagi ini semuanya berjalan dengan lancar, meski sudah jam sembilan pagi, Gei belum sadar setelah kejadian semalam.
     
Revan memutuskan untuk menemani Gei dan ibunya, sedangkan yg lain sudah kembali ke Academy tadi malam. Meski begitu yah, tetap Revan menahan Caven agar ikut menunggu sampai Gei bangun, hingga mereka berdua harus menginap di cafe.
    
"Kapan dia bangun, kenapa lama sekali" heran Revan yg sudah menunggu di sofa bersama Caven, sementara Rina duduk di tepi ranjang dimana Gei berbaring.
     
Kedua mata lentik itu mulai berbuka secara perlahan, Rina tersenyum cerah saat menyadari putri nya sudah bangun.
     
Revan dan Caven segera bangkit dan mendekat untuk memastikan.
    
"Ahk..kenapa leher ku panas sekali" gumam Gei dengan suara serak khas bangun tidur.
     
Rina dan Revan sama-sama menatap ke arah Caven, sementara Caven hanya diam tak bergeming.
    
"Aku..aku ada dimana?" heran Gei segera bangkit, Rina membantu agar Gei terduduk dengan benar.
     
Meski heran mengapa kedua orang ini ada di hadapan nya. "Kau baik-baik saja?" tanya Revan
     
Gei terdiam, mencoba mengingat-ingat apa yg terjadi semalam.
    
"Lalu apa, aku membiarkan mu melukai dirimu sendiri?" suara Caven menggema di pikiran Gei, dia langsung ingat kalau semalam leher nya di gigit oleh si Vampire itu.
    
"Ka..kau menggigit ku semalam, kenapa?" pekik Gei tersadar.
    
"Iya itu aku- tapi apa kau sudah mengingat kejadian saat kita di klan Wolf? kau ingat Academy Queensland!" peringat Caven
     
Gei mengerut kan kening nya, mencoba mengingat kembali.

    
"Kembali lah" sebuah suara menggema dari belakang
    
"Apa?" ucap Gei menoleh ke belakang,
    
"Aku tidak mengatakan apapun?" balas Caven bingung,
    
"Kau tidak berbohong, aku jelas mendengar suara seseorang" ucap Gei dengan ekspresi curiga
     
Caven menggeleng, "Kau kenapa?" heran nya,
     
Gei berusaha mencari sumber suara tadi, suara yg sama persis saat dia dengar di kuil, apa dia!!
    
"GUANA!!" dalam satu kali lirikan, Gei berputar 180° untuk kedua kalinya salah satu tangan patung dewa itu bergerak, kali ini, adalah tangan yg memegang bola transparan.
    
"Dewa Guana Geinero" ulang Caven mengingatkan
     
Gei terlonjak tiba-tiba, dia mengingat dengan jelas kejadian saat itu?
    
"Gei kau mau apa?"
    
"Gei hentikan" Caven melongo, begitu berani kah Gei merebut tombak milik dewa itu, dan ujung runcing itu di todong kan ke arah leher patung dewa.

  
"Aku...aku benar melakukan nya?" batin Gei mematung. Mengingat betul kalau dia lah yg merampas tombak itu.
     
    
"Kau benar-benar dewa, katakan dimana saudara ku!"
  
"Untuk yg pertama kalinya, jika kau tidak menjawab nya, jika kau tidak memberikan jawaban dalam hal apapun, maka aku bersumpah, kau akan menjadi yg pertama yg aku hancurkan"
    
"Maka aku bertanya untuk yg terakhir kalinya, dimana saudara ku, apa di berada di klan ini?"
    
"Klan Angel?"
    
"Witch?"
    
"Aku muak, apa dia di klan iblis?"
    
"Dia di dunia manusia?"
    
"Klan Vampire?"
  
"Krek...!"
    
"Kau membuat kesabaran ku habis, GUANA"
    
"Klan Demon"

   
Gei termangu, suara yg terus bersahut-sahutan itu terngiang-ngiang di kepala, dia melihat jelas Caven yg di jatuhi banyak kelopak bunga.
     
Itu artinya, "Silva berada klan Demon" batin Gei mematung.

    
"Dengan siapa aku bertemu? katakan apa aku sudah bertemu dengan nya, tapi aku tidak menyadari nya?"
    
"Aku sudah bertemu dengan Silva tapi aku tidak menyadari nya, satu-satunya orang yg ku temui, adalah Elga?" Gei tertegun dalam hati, segera dia bangkit dari kasur
    
"Aku ingin kembali ke Academy sekarang" ucap Gei
    
"Tapi kau masih sakit" tahan Rina
    
"Tidak bu, aku baik-baik saja"
    
"Aku akan menjaganya" ucap Revan, Rina akhirnya mengangguk, memperbolehkan mereka segera pergi, Gei mengambil tas nya dan juga buku-buku nya, setelah itu pergi melesat bersama Caven dan Revan.

QUEEN IMMORTAL WORLDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang