Bab 5 : Kisah Pilu

221 14 0
                                    

Malam sudah tiba, Gei merasa letih hingga harus mendudukkan dirinya di tanah sambil bersender di pohon di belakang nya.
    
Dia sudah lelah berjalan dari tadi, karna dia memutus kan untuk berjalan secara lurus, jadi mungkin sekarang harus nya dia sudah berada di tengah-tengah hutan, tapi dimana pohon yg berdaun keemasan itu?
  
Cahaya bulan di atas menambah kesan terang di bawah sini, Gei kembali ingat dengan mimpi nya, kalau dia tengah berada di dalam hutan tengah menengadah ke atas untuk melihat bintang yg indah
     
Saat ini juga Gei tersenyum, "Bunda, aku baik-baik saja" ucap Gei lirih.
    
"Ok Gei, tidak boleh menyerah ayo kita cari lagi, nampak nya Tuhan melindungi mu Gei, hari ini tidak turun hujan, jadi kamu tak perlu mencari tempat berteduh" ucap Gei mencoba menyemangati dirinya sendiri.
  
"Aku sangat lapar, makan siang di dalam pesawat tidak membuat ku kuat sampai sekarang, air minum ku juga habis" Gei menatap botol minum nya yg sudah kosong.
     
Dia masih bersyukur batre ponsel nya masih banyak, jadi dia tidak akan kegelapan nanti nya.
 
"Tunggu ada sungai?" Gei tertegun, itu bukan sungai, tapi seperti aliran air yg kecil, air nya benar-benar jernih sampai berkilau memantulkan cahaya bulan
    
"Astaga Gei, kau benar-benar anak kesayangan dari Tuhan" ucap Gei tersenyum lalu menghampiri air itu untuk segera di minum.
    
Tak peduli itu bisa di minum atau bukan, tapi dai merasa lega sekali karena air nya segar dan membuat nya tidak terlalu lelah lagi.
    
"Wahhh..itu ada buah? tapi buah apa?" pekik Gei menyorot senter nya ke arah sebuah pohon yg rimbun, di mana banyak sekali buah disana, tapi pelik, bentuk nya seperti buah apel, namun warnanya keemasan
    
"Ahk aku tidak peduli, yg penting aku lapar" Gei memetik satu dan segera melahap nya
    
"Astaga ini sangat manis" Gei tersenyum begitu lega, dia bisa mengisi perut nya yg kosong dengan buah ini.
     
Tapi tunggu, buah? berwarna ke kemasan!! tiba-tiba cahaya terang muncul, Gei tersendak dan terbatuk karena melihat pohon yg sekarang dia sandari kini bercahaya
    
"Pohon? daun? keemasan?" tiga kata itu membuat Gei berbinar, bukan kah ini pohon nya?

Gei segera berjalan menghampiri koper nya, menatap pohon itu dengan jelas sampai ke atas.
     
Cahaya keemasan itu mulai mengenai tubuh Gei, saat itu juga Gei seperti di serap dan akhirnya menghilang, meninggalkan buah yg sudah dia gigit setengah.

  
Kedua pupil lentik itu mulai bergerak, mulai menunjukkan iris mata kebiruan yg indah.
     
Yah Gei mulai terbangun dari pingsan nya semalam dan kini dia bangun, dan kelihatan ini sudah pagi menjelang siang.
    
Seorang wanita cantik kini tersenyum menatap gadis yg tertidur lelap di sebuah tikar usang.
    
"Di..dimana aku" ucap Gei segera bangkit dari tidur nya
    
"Geinero Aurora, ini ibu" kalimat yg mampu membuat Gei mematung, apa dia sedang dalam mode bermimpi sekarang? wanita cantik itu mengaku sebagai ibunya?
    
"Geinero Aurora Vederick, ini ibu nak, ibu mu, ibu kandung mu, ibu sudah menunggumu" ulang nya dengan senyuman cerah.
    
"Ibu ku?" ucap Gei kaku
     
Wanita itu mengangguk,  segera memeluk Gei dengan erat, "Bagaimana kehidupan mu disana nak, kau baik-baik saja, bunda Revenita menjaga mu dengan baik kan?"
     
Gei masih terdiam, "Astaga kenapa harus bermimpi di saat seperti sekarang, aku harus bangun, dimana ponsel ku?" pekik Gei mulai mencari benda yg dia butuhkan siapa tau dia mendapatkan sinyal.
    
"Sayang kau tidak percaya ini ibu?" wanita itu nampak sendu
     
Gei mencubit lengan nya dengan sengaja, "Ahhkk..!" Gei meringis, "Jadi ini bukan mimpi, ka..kau ibuku?" Gei melongo
     
Wanita itu lagi-lagi mengangguk dengan senyuman hangat, "Aku ibu mu nak, ibu merindukan mu" lirih nya kembali memeluk Gei di posisi berdiri.
     
Gei termangu, dia sudah menemukan ibu nya? secepat itu kah?
    
"Gei, ibu senang kau kembali"
    
"Ibu" Gei memeluk wanita itu dengan erat, akhirnya dia merasa lega kalau dia sudah menemukan ibu nya.
    
"Tapi tunggu, sekarang kita ada dimana? terakhir kali aku mengingat kalau aku berada di hutan, yah pohon berdaun keemasan itu" Gei semakin ingat jelas.
    
"Tubuh ku di serap oleh cahaya keemasan" sambung Gei tak percaya.
    
"Itu pintu teleportasi nak"
    
"Hahhhh?" Gei terkejut, hampir saja dia ingin meloncat.
    
"Duduk lah, ibu akan ceritakan semuanya"
     
Gei dengan patuh segera duduk di sebelah ibu nya, "Sebelum itu, kau harus tau, nama ibu adalah Blarina Valicarua, dan ayah mu Castor Vederick" Blarina atau yg biasa di panggil Rina itu terjeda, mungkin dia akan mengungkapkan banyak hal hari ini.
    
"Saat ini, kita ada di dunia atau dimensi lain, dua dimensi ini di hubungkan oleh pintu teleportasi, ini bukan dunia manusia Gei"
    
"Maksud ibu, dunia seperti di cerita dongeng begitu?"
     
Rina menggelengkan kepalanya perlahan, "Bukan dongeng sayang, tapi nyata" ucap nya menyentuh hidung Gei dengan jari telunjuknya.
    
"Ibu akan menjelaskan mengapa ibu harus mengasingkan dirimu dulu, nanti ibu jelaskan tentang dunia ini, jangan memotong ucapan ibu"
     
Gei mengangguk, Rina tersenyum karena putri nya anak yg penurut.
   
"Dulu, ayah dan ibu sudah bertekad untuk menjalani hubungan yg lebih serius, kami akan memutuskan untuk menikah, tapi karna ayah mu itu adalah seorang pangeran, ibu nya sangat jeli untuk memilih pasangan untuk ayah mu"
    
"Yah nenek mu itu tidak mau setuju kalau ibu menikah dengan ayah mu, tapi karna ayah mu sudah bertekad dan kami saling mencintai, jadi kami akhirnya menikah, walau tanpa restu dari nenek mu, meski begitu kakek mu masih menerima kalau bunda jadi menantu nya, meski bunda di anggap rendah oleh nenek mu, di sebabkan bunda hanya tinggal di gubuk kecil"
    
"Bahkan setelah ayah dan ibu menikah satu bulan, nenek mu masih tidak menerima kalau ibu harus tinggal di istana menjadi istri dari seorang pangeran"
    
"Maka dari itu,  nenek mu membuat kesepakatan, kalau ayahmu harus menikah lagi dengan wanita lain, jika ayah mu tidak mau, dia harus menceraikan ibu, tapi ayah mu tidak ingin memilih keduanya, dengan terpaksa ayah mu menerima, dia menikah dengan wanita itu, dan nampak nya nenek mu sangat bahagia, kami semua masih hidup di istana, Ayah mu sangat bijak dan membagi waktu untuk ibu dan istri keduanya, walau ibu emang masih tidak terima karna ibu tidak ingin berbagi, tapi apa boleh buat, beberapa bulan berlalu, wanita itu di kabarkan mengandung, nenek mu orang yg paling bahagia saat itu, ibu sangat sedih, karna ibu yg pertama menikahi ayah mu, tapi ibu belum juga memiliki anak, anak pertama wanita itu laki-laki, di lanjut dengan anak kedua nya, ibu semakin di sudut kan karena setelah anak kedua wanita itu lahir, ibu juga belum memiliki anak, nenek mu selalu menyuruh ayah mu untuk menceraikan ibu, tapi ayah mu tidak mau, karena dia sangat mencintai ibu"
   
Gei termangu, tangan nya perlahan naik untuk mengusap air mata yg jatuh di pipi ibu nya.
    
"Ibu di nyatakan mengandung, ayah mu paling bahagia saat itu, ayah mu menjadi tambah perhatian dengan ibu"
     
Rina menggenggam tangan Gei erat, "Suatu hari, istri kedua ayah mu itu jatuh sakit, sedangkan ayah mu sedang ada tugas penting, jadi ibu di suruh untuk menjaga nya. Ibu memang menjaganya dengan baik, memberikan nya obat sesuai yg tabib katakan, tapi tengah hari, nenek mu menyuruh ibu pergi, dia ingin dirinya yg menjaga wanita itu, jadi ibu tidak menolak, ibu segera pergi, entah mengapa setelah satu hari, wanita itu di nyatakan bertambah parah, sakit nya semakin parah, kata para tabib, wanita itu keracunan, ada seseorang yg memberinya racun, dan karena saat itu ibu lah yg di tugaskan untuk menjaga nya, jadi nenek mu menuduh ibu, tapi ayah dan kakek mu masih percaya dengan ibu"   
    
"Mereka mengeledah kamar ibu, dan mendapatkan sesuatu di sana, sesuatu yg tak pernah ibu duga ada di kamar ibu, satu kotak racun ada di kamar ibu, jujur ibu tidak pernah memegang racun-racun itu"
    
"Karna ayah mu berpendirian tegas dan tidak memandang bulu, jadi ayah mu mengusir ibu, walau dia tidak mengatakan apapun soal pernikahan kami, hingga sampai sekarang ibu masih resmi menjadi istri ayah mu, meski begitu, kakek mu satu-satunya orang yg percaya pada ibu"
    
"Akhirnya ibu tinggal dengan seorang wanita tua, dia hidup sendirian, jadi ibu memutuskan untuk tinggal bersamanya, dan menganggap nya sebagai ibu angkat.
    
"Dia sangat baik, merawat ibu, hingga sampai melahirkan, dan itu adalah kau, Gei, tapi setelah beberapa minggu, para prajurit bawahan dari raja terlihat di pemukiman tempat kami tinggal"
    
"Ibu sempat menguping kalau mereka sedang mencari ibu, karna ini sudah waktunya ibu melahirkan, mereka ingin membunuh anak ibu, mereka tidak ingin keturunan seorang pangeran lahir dari wanita rendah seperti ibu, setelah mendengarkan itu, ibu memutuskan untuk melarikan diri, wanita yg tinggal bersamaku, yg sudah ibu anggap sebagai ibu kandung ku, dia membantu ibu untuk melarikan diri, dia yg mengatakan satu-satunya jalan untuk keluar dari sini adalah pintu teleportasi"
    
"Ibu saat itu sudah sampai ke dunia manusia, ibu berpikir untuk tinggal saja di dunia manusia, tapi ibu mengingat wanita yg sudah menolong ibu, ibu tak mau meninggalkan dia sendiri"
    
"Saat itu ada seorang wanita yg tengah menangis di pinggiran hutan ini, dia terus menangis, jadi ibu mulai memberanikan diri untuk mendekati nya, dia Revenita, dia baru kehilangan putri nya yg sudah meninggal dunia, jadi satu-satunya pilihan ibu, adalah memberikan mu kepada dia, dan menitipkan pesan seperti dalam isi surat yg ibu berikan padanya"
     
Gei tak sanggup, hatinya begitu panas saat mendengar ibunya bercerita, dia tak terima ibunya menahan derita sejak dulu.
    
"Dan saat kembali ke dunia ini, ibu menemukan kalau ibu angkat ibu sudah meninggal karena bertarung dengan prajurit, hanya karna menyelamatkan kita berdua"
     
Air mata Gei menetes begitu saja, secepatnya Gei memeluk ibu nya dengan pelukan erat.

QUEEN IMMORTAL WORLDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang