Kinanti POV
Istana Goguryeo
Kesesokkan Harinya"Mama, apakah Anda sudah bangun?"
(Mama : Sapaan untuk putri yang sudah dewasa.)Suara Oh Sanggung membangunkanku.
Aku meregangkan seluruh badan. Tubuh ini rasanya sangat pegal. Sepertinya aku tidur terlalu nyenyak semalam.
"Ya, ada apa?" tanyaku yang masih setengah terpejam.
"Saya membawakan peralatan untuk membasuh wajah," jawab Oh Sanggung dari balik pintu.
Aku terdiam, berusaha memahami perkataannya. Kesadaranku masih belum terkumpul semua.
"Saya permisi, Mama."
Setelah Oh Sanggung mengatakan itu, pintu kamar terbuka. Beberapa dayang masuk membawa baskom, handuk kecil, dan peralatan lain untuk mencuci wajah.
Aku menatap mereka kebingungan.
"Anda harus membersihkan diri, Yang Mulia," jelas Oh Sanggung sambil sedikit menunduk.
Bibirku tersenyum canggung mendengarnya. "Aku bisa melakukannya sendiri."
Setelah selesai mencuci dan mengeringkan wajah, aku kembali bertanya, "Bi Ati di mana?"
"Dia sedang mempersiapkan beberapa hal untuk pesta penyambutan nanti, Mama," jawab Oh Sanggung.
Aku mengangguk. Bi Ati adalah pengasuhku sejak kecil. Meski usianya sudah senja, dia tetap memaksa ikut. Aku merasa cemas. Walau hanya akan menemani setahun di sini, tetap saja Bi Ati harus beradaptasi di lingkungan baru.
"Tolong jangan terlalu keras padanya. Dia sudah seperti keluargaku sendiri," pintaku.
Oh Sanggung dan dayang lainnya menjawab mengerti kemudian lanjut membantuku bersiap.
Karena pesta penyambutannya akan dilaksanakan setelah aku berkenalan dengan para pangeran, aku rasa mengenakan gaun dari Kerajaan Sunda adalah keputusan terbaik. Selain mengenalkan budaya dari tempat asalku, aku juga belum terbiasa menggunakan hanbok.
Setelah selesai dengan pakaian, Oh Sanggung mengambil sigerku. Raut bingung nampak jelas di wajahnya.
(Siger : Mahkota)Aku tersenyum maklum. "Biar aku sendiri," ucapku.
Oh Sanggung menunduk meminta maaf, lalu mundur beberapa langkah.
***
Aku berjalan menyusuri koridor istana ditemani Oh Sanggung dan beberapa dayang di belakangnya. Jujur, aku tidak nyaman berjalan seperti ini. Setidaknya ada 10 orang yang mengikutiku sekarang.
Di salah satu koridor, aku berpapasan dengan dua orang wanita. Dari pakaiannya, terlihat jelas mereka adalah nyonya dan pelayan. Sang nyonya berjalan sambil mengangkat dagunya seakan ia adalah pemilik istana ini. Gadis itu menatapku dengan angkuh. Tapi sejujurnya aku tidak peduli.
Saat kami berpapasan, dia seperti akan menyenggolku. Dengan sigap, aku berhasil menghindarinya. Alhasil gadis itu tersungkur menabrak beberapa dayang yang di belakangku.
Aku mengulurkan tangan, bermaksud membantunya berdiri. "Anda tidak apa-apa, Agissi?"
(Agissi : Nona)Dia menepis tanganku dan bangkit dengan bantuan pelayannya. "Yak! Apa kau tidak punya mata?" tanyanya penuh emosi.
(Yak dalam bahasa Korea dapat diartikan seperti hey dalam bahasa Indonesia.)"Ye?" Aku menatapnya bingung.
(Ye : Ya [formal])"Jangan pura-pura bodoh. Kau sengaja menabrakku hingga terjatuh 'kan?!" tanyanya masih penuh emosi.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Special Queen
FanfictionKinanti, Putri Kerajaan Sunda pergi ke Kerajaan Goguryeo untuk memenuhi Perjanjian Laut yang dibuat 10 tahun lalu. Perjanjian itu mengharuskan sang putri menikah dengan Putra Mahkota negeri tersebut, Jimin. Saat mereka resmi menjadi Raja dan Ratu, K...