Pagi Hari
Kediaman SatyaMeski baru terlelap beberapa jam, sang pangeran bergegas bangun. Masalah yang dihadapinya terlalu besar. Tidak ada waktu untuk bersantai. Ia harus segera mencari siapa pengkhianat itu. Lalu, masalah Bi Eros kemarin. Sesuatu dalam dirinya berkata bahwa masalah tersebut cukup penting.
"Anda memanggil saya, Kang?" sapa Aceng yang baru saja masuk ke ruang tengah.
Satya mengangguk. "Apa yang terjadi pada Bi Eros tempo hari? Aku tahu dia terkadang seprti itu, tapi masalah kemarin rasanya sedikit berbeda." Alis si pria berkerut serius.
"Hmm, sebenarnya saya juga kurang tahu. Bi Eros berteriak saat melihat saya sedang mengobrol dengan Cecep. Tapi sekilas saya melihat beliau menatap kancing ini." Aceng memberikan kancing yang dulu ditemukan sang pangeran di rumah Aji.
Satya seketika tertegun. "Apa dia tahu sesuatu?" gumamnya. Sambil menatap benda tersebut, sang pangeran kembali berujar, "Kita harus menanyakannya langsung."
"Kakang tahu sendiri apa yang terjadi jika kita menanyakan hal itu pada Bi Eros," kata Citraloka. Wanita itu berjalan ke arah keduanya dibantu seorang pelayan wanita.
Tanpa menunggu apapun, Satya langsung menghampirinya dan menggantikan si pelayan wanita. "Tapi ini sangat penting," bujuk sang pangeran. "Para perampok itu bilang ada seseorang yang berkhianat dan memberikan kontribusi besar pada setiap tindakan mereka. Aku merasa dia juga berperan dalam kasus kematian ibunda. Lalu satu-satunya petunjuk yang kita punya hanyalah benda ini."
Citraloka menghela nafas lelah. "Baiklah, aku akan mencoba semampuku untuk membujuknya." Sang wanita mengalah.
***
Kediaman Bi Eros
Sang pemilik rumah masih mengurung diri di kamar. Dari sela bilik kayu, terlihat ia menutupi dirinya dengan selimut.
Citraloka menatap Ani. Sejak malam itu, si gadis masih setia menemani Bi Eros di luar kamar.
"Bagaimana keadaannya?" tanya Citraloka.
Ani menggeleng. Wajahnya terlihat begitu sedih.
Citraloka berjalan menghampiri pintu dibantu sang suami. Wanita tersebut kemudian mengetuknya pelan. "Bi, ini Citraloka. Apa aku boleh masuk?"
Terdengar Bi Eros bergumam di sisi lain pintu. "Putri Citraloka orang baik. Dia tidak jahat. Tidak apa-apa. Citraloka orang baik."
Tak lama pintu kayu itu terbuka.
Bi Eros berdiri di sana. Beberapa lapis selimut masih membungkus badannya. Si wanita menyadari kehadiran Satya dan Ani. "Ada Pangeran Satya dan Ani juga. Mereka orang baik. Tidak apa-apa," gumamnya. "Silahkan masuk." Ia sedikit menyingkir dari depan pintu, mempersilahkan mereka masuk.
Setelah itu, sang pemilik rumah kembali menutup pintu lalu melompat ke atas kasur. Ia merungkupkan selimut ke sekujur tubuhnya lagi.
Citraloka duduk di samping tempat tidur tersebut. "Bibi," ucapnya lembut. "Kenapa Bibi bersembunyi?"
"Takut," jawab Bi Eros dari balik selimutnya.
Sang putri terdiam sejenak. Berpikir keras, mencari kata yang cocok. Tangannya bergerak menepuk pelan punggung Bi Eros. "Apa yang membuat Bibi takut? Nanti Citraloka-."
"Aaaa!" Bi Eros berteriak histeris. Ia menepis tangan sang putri sambil menggeleng kencang. Kemudian tiba-tiba ia berlari ke arah pintu.
Satya sontak menahannya. "Bi! Tenanglah, Bi!" Si pria mengguncang bahu wanita itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Special Queen
FanfictionKinanti, Putri Kerajaan Sunda pergi ke Kerajaan Goguryeo untuk memenuhi Perjanjian Laut yang dibuat 10 tahun lalu. Perjanjian itu mengharuskan sang putri menikah dengan Putra Mahkota negeri tersebut, Jimin. Saat mereka resmi menjadi Raja dan Ratu, K...