Keesokan harinya
Dengan sedikit paksaan dari Hoseok, Yoonji akhirnya bersedia mengajak Kinanti untuk berburu di hutan. Persediaan makanan dan kayu bakar di kediaman mereka memang sudah menipis. Tambahan orang akan sangat membantu keduanya untuk mengangkut bahan makanan.
"Maaf mengajakmu ke hutan seperti ini. Apa tanganmu benar-benar sudah sembuh? Jika masih sakit, sebaiknya kau mengumpulkan jamur saja," ujar Hoseok membuka percakapan.
"Ani. Jika kau masih sakit, lebih baik beli makan sendiri saja. Jangan menumpang di rumah kami," timpa Yoonji ketus.
(Ani : Tidak / bukan)Hoseok menatap Yoonji heran. "Nui, kenapa kau terlihat sangat kesal sejak tadi? Apa sekarang jadwalmu datang bul-"
"Aku mau marah atau tidak itu bukan urusanmu!" Yoonji memotong ucapan pria itu. Sang wanita mempercepat langkah, meninggalkan mereka.
Kinanti tersenyum tipis saat menangkap raut cemas Hoseok memperhatikan punggung Yoonji. "Kejar dia. Aku baik-baik saja," katanya. "Aku akan mengumpulkan ranting disekitar sini."
Hoseok mengangguk. Tanpa menunggu lagi, kakinya langsung bergerak mengejar Yoonji.
Sesuai perkataannya, Kinanti mengumpulkan ranting kering di sekitar sana. Kemarau panjang dan musim gugur yang telah tiba, membuat ranting kering berserakan dimana-mana.
Suasana hutan yang sepi, membuat pikiran Kinanti melayang jauh.
"Sudah lima hari sejak kami kabur dari istana. Tapi Jimin masih belum sadar. Dia pasti bertahan, kan? Apa yang harus kulakukan? Kemana kami harus pergi? Bagaimana nasib kerajaan ini?" Semua itu berkelut dalam pikiran sang putri.
Waktu berlalu. Kinanti menatap tumpukan ranting yang dikumpulkannya. "Sepertinya ini sudah cukup," gumamnya.
Sang putri melihat sekeliling. Tidak ada tanda-tanda keberadaan Yoonji maupun Hoseok. Gadis itu menggaruk tengkuknya bingung. "Apa aku harus mencari mereka atau menunggu mereka mencariku?" tanyanya entah pada siapa.
Saat itu, sayup-sayup ia mendengar orang berbicara. Sang putri menutup mata dan berkonsentrasi pada indra pendengarannya. Ia khawatir jika itu suara tentara yang sedang memburunya.
Mata sang putri seketika terbelalak saat mendengar salah satu pembicara itu menggunakan bahasa sunda.
***
Di Tempat Yoonji Berburu
'Syuuttt.' Anak panah Yoonji tepat mengenai seekor ayam hutan.
Wanita itu berjalan menghampiri buruannya. "Maaf, tapi aku memerlukanmu untuk bertahan hidup," ucapnya sembari mengambil ayam tersebut.
Tiba-tiba, si gadis mendengar erangan kesakitan. Sang wanita sontak mengedarkan pandangannya. Tatapannya berhenti pada sesuatu.
Dari kejauhan, ia melihat seorang yang terkapar. Tanpa ragu, Yoonji langsung berlari menghampirinya.
Tangan sang wanita bergerak hendak memeriksa keadaan orang tersebut. Namun, niatnya urung saat melihat wajah si pria yang nampak asing.
"Eoreusin, kau bukan dari negeri ini, kan?" tanya Yoonji memastikan. "Dilihat dari penampilanmu, kau juga sepertinya tidak punya uang untuk membayar jasaku," sambungnya dengan nada datar.
(Eoreusin : Pak tua.)Pria itu melihat ke arah Yoonji, tapi pandangannya tidak fokus. Tangan si pria tak henti memegangi perutnya yang terbalut perban. Cairan merah merembes dari baliknya.
"Duh gusti, meni nalangsa nasib abdi. Teu tiasa nulung ka wargi. Teu tiasa ngajaga nu dipusti-pusti," ucap pria itu lirih.
(Trans : Ya Tuhan, malangnya nasibku. Tidak bisa menolong saudara. Tidak bisa menjaga yang seharusnya di jaga.)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Special Queen
FanfictionKinanti, Putri Kerajaan Sunda pergi ke Kerajaan Goguryeo untuk memenuhi Perjanjian Laut yang dibuat 10 tahun lalu. Perjanjian itu mengharuskan sang putri menikah dengan Putra Mahkota negeri tersebut, Jimin. Saat mereka resmi menjadi Raja dan Ratu, K...