Pagi Hari
Semalam, Yoonji menyetujui permintaan Kinanti untuk mengantar mereka ke gua persembunyian Teratai Putih. Kelompok pencuri itu memang terkenal tidak terlalu berbahaya. Mereka hanya menyerang gerobak harta para bangsawan dengan penjagaan minim. Selain saat operasi, para anggotanya hampir tidak pernah terlihat keluar sarang. Mereka juga tidak pernah membuat keributan dengan warga lokal.
Yoonji, Hoseok, Jimin, Kinanti, dan Asep sudah sampai di gua persembunyian Teratai Putih. Tapi kedatangan mereka tidak disambut baik. Belasan pedang kini terarah ke leher lima orang tersebut. Semua langsung memasang kuda-kuda bertahan.
"Seharusnya aku tidak mempercayaimu semudah itu," gumam sang putri.
"Nui, kenapa kau-" Jimin tidak melanjutkan kalimatnya. Ia terlalu ragu untuk berkata.
Yoonji berdecak kesal. "Yak! Apa kalian bodoh? Jika aku bersekongkol dengan mereka, para bajingan ini tidak akan menodongkan senjata padaku."
Kinanti menatap pria di hadapannya penuh selidik. Fokusnya teralihkan pada sulaman di bagian bawah baju pria tersebut.
Sang putri kemudian melirik penodong lain. Terdapat sulaman yang sama pada baju mereka. Hal itu membuat rahang si gadis mengeras.
Seorang pria muncul dari salah satu lorong gua diikuti beberapa orang. Dari gelagatnya, ia terlihat seperti ketua kelompok tersebut.
Si pria tersenyum sambil menatap Kinanti dan Jimin bergantian. "Saya Ro Han. Selamat datang di tempat kami. Maaf jika sedikit berantakan. Kedatangan Anda terlalu mendadak, Yang Mulia," sapanya ramah.
Sang putri mencengram pedangnya semakin kuat, bersiap menebas siapapun yang mengancam. "Dia tahu identitas kami. Artinya dia juga tau tentang sayembara itu," batinnya.
Si ketua mendengus. "Yak! Apa-apaan kalian? Turunkan senjata itu!" tukasnya dengan tegas.
"Tapi ketua-"
"Turunkan!" Sang ketua tidak menerima penolakan.
Meski enggan, para anak buahnya tetap menurut. Mereka menurunkan senjata lalu berbaris di belakang si pemimpin.
Senyum ramah kembali terpatri di wajah Ro Han. "Mohon maaf atas ketidak sopanan mereka, Yang Mulia."
Kinanti nampak tidak goyah dengan sikap pria itu. Meski tatapannya terarah pada sang ketua, dia tetap awas memperhatikan sekitar. "Kenapa kau menyuruh mereka mundur? Orang sepertimu tidak mungkin melepaskan ikan besar begitu saja."
Ro Han terkekeh. "Sesuai kabarnya, kau memang sangat cerdas," tanggapnya. "Kami memang pencuri. Tapi kami mencuri hanya untuk makan. Kami bukan pembuat onar yang mencari-cari masalah."
Bulu kuduk Jimin berdiri. Ia merasakan hawa dingin yang menusuk tulang. "Padahal di luar cuaca cerah," batinnya.
Sang pria melirik Kinanti di sampingnya. Amarah yang amat besar terpancar dari tatapan si gadis.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Special Queen
FanfictionKinanti, Putri Kerajaan Sunda pergi ke Kerajaan Goguryeo untuk memenuhi Perjanjian Laut yang dibuat 10 tahun lalu. Perjanjian itu mengharuskan sang putri menikah dengan Putra Mahkota negeri tersebut, Jimin. Saat mereka resmi menjadi Raja dan Ratu, K...