Chapter 3

52 7 1
                                    

Keesokan Harinya
Di Goguryeo
Kediaman Kinanti

Kinanti POV

Aku termenung menatap langit dari jendela yang terbuka. Matahari masih berada di ufuk timur, namun aku sudah terbangun sejak tadi. Sudah menjadi kebiasaanku untuk bangun sebelum fajar. Biasanya, sekarang aku sedang bersiap untuk memimpin latihan pagi. Namun, kini aku hanya bisa duduk sambil melamun. Apa kedepannya hidupku akan terus seperti ini?

Entah sudah berapa kali aku menghela nafas. Diam hanya membuat pikiranku semakin kalut.

"Mama, apakah Anda sudah bangun?"

Pertanyaan Oh Sanggung membawaku ke kenyataan.

"Ya," jawabku singkat.

"Saya membawakan air untuk membasuh wajah," ucap dayang senior itu dari balik pintu.

"Masuklah," balasku.

Setelah itu, Oh Sanggung dan dayang lainnya masuk. Ada Bi Ati di antara mereka.

***

Hari ini, aku juga mengenakan gaun dari Kerajaan Sunda. Sepertinya cuaca akan terlalu panas untuk menggunakan hanbok yang berlapis-lapis. Lagipula, tidak ada aturan yang mengharuskanku mengenakan hanbok selama di sini.

Setelah Bi Ati selesai memasangkan sigerku, Oh Sanggung datang menghampiri. "Sudah selesai, Mama," ucapnya sopan.
(Siger : mahkota)

Aku mengangguk sebagai jawaban.

Oh Sanggung menyuruh para dayang junior keluar, lalu ia kembali menatapku. "Mama, apa Anda punya rencana untuk hari ini?" tanyanya penasaran. "Maksud saya, pelatihan calon Wang Seja-bin baru dimulai besok. Apa ada sesuatu yang ingin Anda lakukan?"

Benar juga. Aku harus ikut pelatihan Wang Seja-bin. Meski Yang Mulia Raja mengatakan keputusan akhir ada di tangan kami, tetap saja keputusan yang sebenarnya sudah ditentukan 10 tahun yang lalu. Aku akan menikah dengan Putra Mahkota. Itulah yang akan terjadi dan tidak bisa diubah lagi.

Jika boleh jujur, satu-satunya hal yang ingin aku lakukan sekarang adalah menyisir seluruh wilayah kerajaan ini lalu meringkus dalang perampokan itu. Kemudian, aku akan membawa bajingan tersebut ke Tanah Sunda dan menghukum mereka setimpal. Setelahnya, kembali bertugas sebagai seorang tentara.

Aku menghela nafas lelah. "Entahlah, aku tidak yakin." Aku menenggelamkan wajah ke meja kecil di hadapanku.

Meski tidak melihatnya secara langsung, aku tahu wajah Oh Sanggung berubah mendung.

Bi Ati yang sejak tadi masih asik membenarkan rambutku, beralih duduk di samping Oh Sanggung.

"Bagaimana jika Anda menengok Seta dan yang lain? Néng 'kan sejak kecil sangat senang saat melihat latihan bela diri," usul Bi Ati semangat. Dia memang selalu tahu apa yang aku butuhkan.

Aku menimbang perkataannya. Setelah beberapa saat, aku mengangguk setuju. "Bukan ide yang buruk." Aku kemudian menatap Bi Ati penuh harap. "Bibi juga ikut, kan?"

Bi Ati tersenyum, tapi matanya mengatakan hal lain. "Maaf, Bibi harus mengikuti pelatihan selama beberapa hari kedepan."

Wajahku seketika murung.

Bi Ati menepuk pundakku sambil tersenyum simpul. "Untuk sekarang, néng ditemani Oh Sanggung dulu, ya? Jangan khawatirkan Bibi. Lagipula kami tinggal di tempat yang sama," katanya berusaha menenangkanku.

Meski masih kesal, aku mengalah. "Ya, aku mengerti."

"Kalau begitu saya akan menyuruh mereka menyiapkan tandu untuk Anda." Oh Sanggung langsung beranjak.

My Special QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang