Besoknya
Di Kediaman KinantiSang putri bangun dengan tubuh segar. Ternyata makanan bisa mengobati sedikit rasa rindunya terhadap rumah. Pelajaran tatakrama yang sangat dibencinyapun seolah bukan apa-apa.
Tiba waktunya untuk memenuhi undangan Hwayoung. Sebenarnya Kinanti tidak terlalu menyukai memanah. Tapi sebagai penghormatan, ia tetap akan datang.
"Oh Sanggung, apa seorang anak menteri bisa membuat acara di dalam istana?" tanya Kinanti setelah selesai berganti pakaian.
"Sejauh yang saya tahu, tentu saja tidak boleh. Namun, Hwayoung Agissi sudah berteman lama dengan Seja Joha. Lalu ayah dan kakeknya merupakan pejabat tinggi. Mungkin itu yang membuat ia agak melangit," jawab Oh Sanggung.
Kinanti mengangguk paham. Ia kemudian melangkah menuju tempat latihan.
***
Setibanya di sana, Hwayoung langsung membungkuk hormat, menyapa sang putri.
Kinanti membalasnya dengan sebuah anggukan. "Maaf membuatmu menunggu."
Hwayoung menggeleng sambil tersenyum simpul. "Sama sekali tidak, Mama."
"Langsung saja pada intinya. Aku sedang malas berbasa-basi. Sepertinya kau bukan hanya ingin bertanding. Katakan apa tujuanmu sebenarnya?" Tatapan dan suara sang putri terasa begitu dingin.
Hwayoung menunduk. Rautnya berubah mendung. "Maaf jika Anda merasa begitu. Saya hanya takut Anda merasa kesepian karena Seja Joha sedang sibuk akhir-akhir ini," tuturnya.
Kinanti tersenyum sinis. "Hebat sekali. Kau bahkan tahu jadwal pria itu."
Lawan bicaranya langsung menunduk dalam. "M-maafkan saya, Mama. Sa-saya tidak bermaksud begitu."
"Gadis ini benar-benar pandai berakting," batin sang putri. Ia tidak menanggapi gadis itu lagi.
Kinanti berjalan ke arah lapangan. Semua kebutuhan latihan mereka sudah tersedia di sana. Sang putri mengambil sebuah anak panah lalu memainkannya. "Sebenarnya aku tidak terlalu menyukai memanah. Lalu, sudah lebih dari 3 tahun aku tidak berlatih." Gadis itu berbalik menatap Hwayoung. "Tapi karena kau yang meminta, aku berusaha sebaik mungkin."
"Maaf, saya tidak tahu Anda tidak menyukai olahraga ini." Hwayoung kembali menunduk.
"Tidak usah dipikirkan. Katakan saja apa peraturannya," balas sang putri.
Hwayoung terdiam sejenak sebelum berkata, "Kita akan menembakkan masing-masing 3 anak panah secara beruntun. Orang yang mendapatkan poin lebih kecil akan kalah dan harus mengabulkan permintaan yang menang." Ia terlihat senang meski sudah berusaha menyembunyikannya. "Lalu karena Anda sudah lama tidak berlatih, kita akan menggunakan sasaran yang dekat saja. Selain itu jika Anda tidak keberatan, saya akan memberikan Anda 2 peluang tambahan."
Oh Sanggung membulatkan matanya. Ia tidak percaya anak seorang menteri mengajak bertaruh, meminta imbalan, bahkan meremehkan kemampuan seorang putri.
Kinanti tetap tenang. Ia tersenyum penuh arti. "Terima kasih atas tawarannya, tapi aku menyukai pertandingan yang seimbang."
Mereka berdua bersiap di tempat yang sudah disediakan. Seorang perajurit menyiapkan 2 papan sasaran berjarak sekitar 20 meter dari keduanya.
"Bukankah itu terlalu dekat?" tanya Kinanti tidak yakin.
"Saya bisa saja membuat jaraknya lebih jauh, jika Anda tidak keberatan," tanggap Hwayoung.
Sang putri mengangguk. "Lakukan saja." Dari wajahnya terlihat jelas bahwa ia ingin segera menyelesaikan pertandingan konyol ini.
"Tolong jauhkan sedikit lagi!" teriak Hwayoung pada si perajurit.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Special Queen
FanfictionKinanti, Putri Kerajaan Sunda pergi ke Kerajaan Goguryeo untuk memenuhi Perjanjian Laut yang dibuat 10 tahun lalu. Perjanjian itu mengharuskan sang putri menikah dengan Putra Mahkota negeri tersebut, Jimin. Saat mereka resmi menjadi Raja dan Ratu, K...