Pagi Hari
Istana Kerajaan SillaSemua rombongan Kinanti bangun siang kecuali sang putri. Sejak dini hari tadi, ia sudah selesai bersiap. Baginya, sekarang bukan waktunya untuk bersantai.
Kala itu, Yoonji baru saja terbangun. Sang tabib meregangkan tubuhnya yang terasa pegal. "Aa! Kkamjjag-i!" serunya. "Yak! Kenapa kau diam di balkon sambil menggunakan gaun putih?!" protes si gadis pada Kinanti.
(Trans : Aku kaget.)Sang putri menunduk memperhatikan pakaiannya. "Memangnya kenapa?" tanyanya balik dengan raut polos.
Yoonji balas berdecak kesal. "Lupakan." Gadis itu kemudian bangkit dan pergi meninggalkan tempat tersebut.
Para pria dan wanita memang tidur di ruangan yang berbeda. Meski enggan, karena hanya ada dua wanita, Kinanti dan Yoonji terpaksa tinggal bersama. Tanpa disadari mereka berdua menjadi rival sejak pertarungan keduanya dulu.
***
Ketika sang surya sudah sepenggala, rombongan tersebut pergi menemui sang pemilik istana. Namun sayang, mereka hanya bisa menemui Taehyung Daegun. Kedua kakaknya sedang sibuk mengurus administrasi negara. Sang raja yang sakit dan harus tinggal di kuil nan jauh menjadi penyebabnya.
"Apa tidur kalian nyenyak?" tanya Taehyung membuka percakapan. Senyum polos si pria seolah tak lepas dari bibir. Entah karena sedang senang atau memang biasanya seperti itu.
"Tentu saja," jawab Kinanti sopan. "Itu semua berkat Anda."
Sang pangeran tertawa kecil. "Aku hanya berusaha menjamu tamu sebaik mungkin. Apalagi jika yang datang adalah teman dari sahabatku."
"Aku bukan temanmu," balas Jimin.
Taehyung merengut bingung. "Maksudmu?"
"Apa kau lupa jika sekarang aku adalah buronan," jelas Jimin kesal. "Seharusnya kalu tidak boleh bersikap seperti itu pada buronan." Pria itu menunduk. Kesedihan mendalam tergambar pada sorot matanya.
Taehyung mendengus tapi sedetik kemudian ia tersenyum penuh arti pada Kinanti. "Maaf, ya. Terkadang dia memang seperti itu," katanya. "Tapi tenang saja. Dia tidak selemah itu."
Sang putri mengangguk paham sambil tersenyum simpul. "Gawat. Karena cara bicara dan tingkahnya yang frontal. Aku hampir lupa memastikan itu semua topen atau bukan. Ditambah sepertinya pria ini sangat pandai berakting," batinnya.
"Jimin-ah. Apa kau lupa janji kita saat aku memberikan gelang ini?" Taehyung mengangkat tangan kanan dan menunjukkan gelang miliknya. "Kita tidak akan pernah menghianati satu sama lain," tegasnya.
Sang lawan bicara membuang muka. Ia nampak enggan berkata-kata.
Untuk kesekian halinya Taehyung menghela nafas. "Sebenarnya apa yang terjadi hingga hubunganmu dan Jungkook Daegun menjadi seperti ini?" Terselip kekhawatiran pada raut si pria. "Sejak dulu kalian tidak pernah bertengkar hebat, kan? Mendiang raja juga tidak pernah pilih kasih," sambungnya. "Lalu selama ini, kau juga tidak masalah walau punya adik angkat. Tapi kenapa sekarang jadi seperti ini?"
Jimin masih terdiam.
Seolah paham isi hati sang pangeran, Kinanti mengambil alih. "Masalahnya panjang," ucapnya. "Sangat panjang lebih tepatnya."
Dalam hati, gadis itu masih ragu. "Haruskah aku mengatakan tentang Jungkook yang merupakan Aji, sahabatku dulu?" Di saat yang sama, ia juga ragu. "Apa orang ini bisa dipercaya?"
"Tidak apa. Aku bersedia mendengarkannya," tanggap Taehyung.
Akhirnya Kinanti menceritakan semuanya. Mulai dari kematian Mendiang raja yang janggal, ia yang mendapat surat peringatan lalu kabur, hingga akhirnya diselamatkan oleh Hoseok dan Yoonji. Tak lupa ia juga membahas kejadian yang menimpa kawan-kawan barunya, juga pengakuan Ro Han, sang ketua Teratai Putih. Namun sang putri masih tetap tidak menceritakan identitas Aji. "Hal itu tidak berhubungan dengan masalah ini," pikirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Special Queen
FanfictionKinanti, Putri Kerajaan Sunda pergi ke Kerajaan Goguryeo untuk memenuhi Perjanjian Laut yang dibuat 10 tahun lalu. Perjanjian itu mengharuskan sang putri menikah dengan Putra Mahkota negeri tersebut, Jimin. Saat mereka resmi menjadi Raja dan Ratu, K...