The Lost Boy pt.2

36 3 0
                                    

Setelah aku menyepakati perjanjian dengan Tuan Jeon Il Sung, aku belajar mati-matian setiap harinya. Bahasa dan aksara yang kupelajari pertama. Kepalaku sangat sakit tiap membaca tulisan itu. Tapi mereka mengancam akan membukul ibunda jika aku menolak atau mengeluh.

Sementara itu Tuan Jeon Il Sung pergi ke ibu kota untuk melanjutkan pekerjaannya. Tapi sebelumnya beliau memberiku nama, Jeon Jungkook. Dia bilang aku akan diangkat menjadi anaknya dan harus ikut ke ibu kota. Lagi-lagi jika aku menolak, ibunda akan disiksa.

***

Pada bulan ketiga aku tinggal di sini, Yang Mulia Raja mengundangku untuk makan siang di istana. Tentu saja suasana di sana sangat indah. Tapi perlakuan kejam pejabat itu membuatku tak bisa menikmati setiap detiknya.

Hingga akhirnya, Yang Mulia Putra Mahkota mengajakku berkeliling. Walau sempat bingung karena dia bilang aku ditemukan terdampar sebulan yang lalu, aku tetap senang karena bisa sedikit bernafas lega. Bangunan megah dengan corak unik dan pohon-pohon yang ditata rapi membuat siapapun senang memandangnya.

Tapi itu semua hancur saat Sang Putra Mahkota mengajakku kembali. Aku benar-benar tidak ingin kembali ke mimpi buruk itu. Akupun nekat memintanya untuk tinggal di istana. Tentu saja beliau langsung menyampaikan hal tersebut pada Yang Mulia Raja. Hanya saja dia menyampaikannya di hadapan Tuan Jeon Il Sung juga.

Alhasil aku harus menyiapkan mental yang lebih kuat saat pulang ke rumah beliau yang ada di ibu kota.

***

Sesampainya di rumah, Tuan Jeon Il Sung menutup pintu dengan keras. Kukira dia akan murka. Tapi bukannya marah, beliau justru terbahak. Tawanya yang sangat keras membuatku semakin merinding. "Inikah akhir hidupku?" tanyaku dalam hati.

Tuan Jeon Il Sung menatapku lekat. Ia menyeringai. "Bagus sekali. Walau masih muda, ternyata kau pintar juga," katanya. "Aku jadi tidak perlu repot-repot memasukkanmu sebagai seorang pejabat setelah kau besar."

***

Beberapa minggu kemudian aku resmi diangkat menjadi pangeran. Tentu saja aku senang karena tidak perlu meliat wajah si muka dua itu setiap harinya. Hanya saja dia tetap merantaiku meski sudah tinggal di istana.

Setiap siang aku akan belajar tentang banyak hal. Terutama tatakrama seorang bangsawan. Lalu pada malam harinya, aku belajar bela diri dari salah satu pengawal Tuan Jeon Il Sung. Tentu saja itu dilakukan secara rahasia. Aku selalu menangis sebelum tidur. Hal yang mereka sebut latihan lebih mirip dengan siksaan bagiku.

***

Saat itu aku mendampingin Jimin Hyung-nim dalam pertemuan persahabatan dengan Kerajaan Silla. Untuk pertama kalinya, di sana aku bertemu dengan Taehyung Daegun. Dia merupakan putra bungsu dari Raja Silla. Sifatnya yang supel membuat siapapun nyaman bertukar kata dengannya.

Taehyung Daegun bercerita tentang banyak hal selama pertemuan kami. Salah satunya adalah tempat yang ia lihat selama perjalanan kemari. Saat itu sebuah hal gila terlintas di benakku, "Apa aku bisa kabur menggunakan jalur yang dilaluinya?"

Pikiran itu tetap bertahan cukup lama. Aku mulai membandingkan tempat yang diceritakan sang pangeran dengan peta kerajaan. Butuh sekitar seminggu hingga aku bisa merangkai jalur pelarian itu.

"Baiklah. Sekarang tinggal menyiapkan bekal dan lainnya," ucapku berbisik.

"Memangnya kau mau kemana?"

Suara itu membuatku tersentak. Aku sudah hafal betul pemiliknya.

Dengan ragu aku menoleh ke arah jendela yang tertutup. Ada 2 siluet laki-laki berdiri di sana.

My Special QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang