Chapter 11

39 5 1
                                    

Author POV
Kediaman Kinanti

Kabar kematian Yang Mulia Raja semakin membuat Kinanti tidak bisa tidur. Hari pernikahannya otomatis diundur.

Tepat saat matahari terbit, Im Sangseon memulai Upacara Sanghwibok. Itu adalah hukum di mana kita harus menunggu 5 hari setelah kematian Raja untuk melantik Raja berikutnya. Hari penobatan Raja baru tersebut akan dilaksanakan pada hari ke-6.

Sangseon akan naik ke atap dan mengibarkan jubah mendiang Raja sembari berteriak 'Sanghwibok' yang berarti kembali. Ritual tersebut mengharapkan agar arwah mendiang Raja kembali ke tubuhnya.

Pagi itu juga, Kinanti hendak berkunjung ke kediaman raja. Namun sebelum itu, dia ingin menemui sang putra mahkota terlebih dahulu. Pria itu pasti sangat terpukul karena kejadian tersebut. Karena kini dia sudah tidak memiliki orang tua lagi.

Saat Kinanti hendak berbelok, dia melihat Jungkook keluar dari kediaman Jimin.

Keduanya bertatapan, lalu saling memalingkan wajah. Sesaat kemudian sang pangeran membungkukkan sedikit, memberi hormat pada sang putri. Setelah itu, dia langsung melangkah pergi.

Kinanti mengeraskan rahang. Matanya perih. Hatinya teriris begitu melihat wajah Jungkook. Si gadis mencari sahabatnya mati-matian. Tapi ternyata, orang yang dicari malah tidak mau ditemukan.

Sang putri menghela nafas panjang, mencoba menahan emosinya. "Kita langsung ke Huijeongjeon saja," ucapnya pada Oh Sanggung.
(Huijeongjeon : Kediaman Raja)

***

Begitu masuk ke Huijeongjeon, Kinanti bisa melihat sebuah altar tempat berdoa di tengah ruangan tersebut. Bau dupa yang menyengat langsung memenuhi indra penciumannya.

Sang putri duduk bersimpuh di depan altar itu. Ia berdoa agar Yang Mulia Raja bisa beristirahat dengan tenang.

Meski baru bertemu sebentar, gadis itu bisa merasakan kebaikan hati mendiang raja. Di satu sisi, dia sangat menyesal karena mendiang raja dan ratu mengharapkan seorang pendamping yang tulus untuk anak mereka. Sedangkan Kinanti datang kemari hanya untuk menangkap para penjahat yang mengacaukan perbatasannya.

"Pergi ke negeri yang sangat jauh dan menjadi ratu di sana hanya untuk menangkap sekelompok pencuri? Asalan yang sungguh konyol, Kinanti," batin sang putri.

Gadis itu memejamkan mata. Dadanya terasa sesak karena penyesalan yang terus membengkak. Ia sangat ingin menangis, tapi air matanya tak kunjung keluar.

Tiba-tiba, sesuatu mengalihkan perhatian Kinanti. Sekilas, ia mencium aroma yang tidak asing dari ruangan tersebut. Rasa cemas langsung memenuhi dirinya.

Hal itu hanya terjadi beberapa saat. Kinanti langsung menepis prasangka buruk yang menghampiri. "Mungkin aku terlalu banyak pikiran," batin sang putri.

Meski begitu, firasatnya masih berkata itu bukan pertanda baik.

***

Kepala Kinanti terasa sangat berat. Semua masalah masih berlarian di sana. Saat ini dia butuh tempat untuk menenangkan diri.

Setelah memaksa Oh Sanggung untuk tidak mengikutinya, ia berjalan menuju tempat rahasia Jimin.

Kinanti melangkah ke balik bangunan tak terpakai itu. Ternyata ia tidak sendiri. Sang putra mahkota sedang duduk termenung. Wajah pria itu tenggelam diantara lututnya.

Si gadis ragu. Untuk beberapa saat, ia hanya berdiri di sana. Sang putri tidak ingin mengganggu Jimin. Tapi di saat yang sama, ia tidak ingin meninggalkannya.

My Special QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang