Chapter 14

52 4 2
                                    

Author POV
Dini Hari
Di Dasar Jurang

"Nui, apa kita harus berangkat sepagi ini?" tanya seorang pria sembari menarik gerobak yang akan mereka gunakan untuk mengakut tanaman obat.
(Nui : Sebutan kakak perempuan oleh adik laki-laki.)

"Kenapa? Kau takut?" Perempuan di sampingnya nampak tak acuh.

"Tidak, bukan begitu." Nada si pria terdengar merajuk. "Biasanya kita pergi di siang atau sore-"

"Tunggu, Hoseok-ah!" Sang gadis memotong. Matanya tertuju pada sebuah tongkat di tengah jalan. Dari kejauhan benda tersebut terlihat mengkilap.

Pria bernama Hoseok itu melihat ke arah yang sama. Ia seketika merinding. "A-apa itu, Nui?" suaranya bergetar takut.

Berbanding terbalik, wanita di sampingnya malah mendekati benda itu.

"Yoonji Nui, tunggu aku!" Sang pria berlari mengejarnya.

Benda tersebut ternyata sebilah pedang. Keduanya terdiam kagum. Perdang berwarna hitam dengan motif ukiran emas membuat mereka terpesona.

"Kenapa sebuah pedang mewah ada di tempat seperti ini?" Tangan Yoonji bergerak untuk memegang benda itu, namun ucapan Hoseok menghentikannya.

"Ruh penjaga!" bisik sang pria tajam. Tubuhnya kembali gemetar. "Pedang mewah seperti ini mirip dengan cerita hantu yang sering diceritakan Nenek Su." Wajah Hoseok meringis ketakutan. Ia memperhatikan sekeliling sambil memegang lengan baju si gadis. "Bagaimana jika-"

Yoonji menepis tangan pria itu. "Apa maksudmu?!" tampiknya kesal. "Hampir setiap hari aku melewati jalan ini dan tidak ada hal aneh yang terjadi."

"Tapi kau tidak pernah melihat pernah melihat pedang i-"

'Uhuk!'

"Aaa!" Hoseok berteriak karena kaget. Sedangkan Yoonji langsung memicingkan mata, memperhatikan sekeliling.

Cahaya bulan sudah meninggalkan langit. Satu-satunya penerangan yang mereka punya hanya obor yang dipegang Hoseok. Si gadis mengambil obor tersebut, dan mengarahkannya ke berbagai arah. Perlahan ia melangkah menyusuri jalan setapak di bawah tebing tinggi itu. Tak tetinggalan, Hoseok tetap menempel pada punggung si gadis.

Yoonji terus memperhatikan sekitar dengan awas. Tangan kanannya memegang obor, sementara tangan kirinya bersiap mengeluarkan pedang. Di situasi seperti ini, tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi.

"N-Nui, ada orang."

Yoonji melihat ke arah yang ditunjuk Hoseok. Seseorang terbaring tak jauh dari mereka. Tanpa mengatakan apapun, sang wanita langsung menghampirinya. Dia kemudian menyerahkan kembali obor tadi pada si pria dan memeriksa orang itu. Meski lemah, ia bisa merasakan nadinya.

Yoonji memperhatikan keadaan pria itu. Ia kemudian menyadari cairan merah terus keluar dari perutnya. Si gadis kemudian mengeluarkan beberapa gulung perban yang selalu dibawanya. Dia takut kejadian sebulan lalu terjadi lagi.

"N-Nui, kenapa kau menolongnya?" Pertanyaan Hoseok memecah keheningan. Suaranya terdengar ragu. Sejak tadi, ia hanya membantu memberikan pencahayaan pada Yoonji.

"Meski aku sering merampok orang, aku juga manusia. Aku tidak bisa membiarkan seseorang mati di hadapanku tanpa melakukan apapun." Tangan sang wanita masih sibuk membungkus luka pria di hadapannya. "Lagipula, sepertinya ia orang kaya. Lihat saja, meski baju luarnya terlihat biasa, baju dalamnya terbuat dari sutra," tambahnya.

Hoseok balas menggeleng sambil menghela nafas mengingat Yoonji sangat menyukai uang.

"Ambil gerobak. Kita harus membawanya ke rumah!" tukas si gadis. Namun, saat Hoseok hendak pergi, ia kembali berkata, "Tapi sepertinya kita harus memeriksa sekeliling."

My Special QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang