Chapter 12

40 4 0
                                    

Keesokkan Harinya
Di Kerajaan Sunda
Dadan POV

Seperti biasa, Nyi Rengganis selalu menyuruhku seenaknya. Tidak, sebenarnya itu wajar. Baginya, aku hanyalah pesuruh biasa. Tapi bukankah aku yang sudah mengabdi sebagai pengawalnya lebih dari sepuluh tahun bisa mendapat perlakuan khusus?

Rasanya benar-benar menjengkelkan. Dulu aku tak pernah terkalahkan. Semua orang segan padaku. Aku juga mendapat julukan Pendekar Berbisa karena ajian saktiku. Tapi sejak Ki Saka Koncara menolakku menjadi muridnya, hidupku berubah drastis.

Hari itu sangat cerah. Kukira alam merestuiku menjadi murid padepokan terkemuka itu. Namun yang terjadi malah sebaliknya.

"Apa maksud Anda, aku tidak bisa menjadi murid di sini?" protesku.

Ki Saka Koncara menghela nafas berat. "Kau terlalu dibutakan kekuasaan dan kekuatan. Selain itu, kau bahkan mempelajari ilmu terlarang," jawabnya.

Aku tak terima dengan hal itu. "Memangnya kenapa?! Lagipula yang menjadi tumbal bukanlah manusia."

Tanpa menlolehpun, aku tau semua orang tercengang.

Ya, aku memang menguasai salah satu ajian terlarang, Naga Hideung. Meski harus menumbalkan 7 ayam camani setiap purnama, itu tidak sebanding dengan kekuatan yang aku peroleh. Aku belum pernah menggunakan seluruh kemampuan ini. Tapi konon katanya, ajian ini bisa menyamai Jurus Tujuh Tapak Maung.
(Naga Hideung : Naga Hitam.)
(Ayam Camani : jenis ayam yang semua anggota tubuhnya hitam, termasuk tulangnya.)

Ki Saka Koncara kembali menghela nafas berat. Ia tak menanggapi perkataanku.

"Aku bisa membuktikan bahwa tanpa ajian apapun aku sudah kuat," kataku penuh keyakinan.

Kulihat Kakek tua itu berpikir sejenak. "Kalau begitu, buktikanlah." Ia menatap salah seorang muridnya. "Gilang, lawan dia!"

Seorang pria maju. Sepertinya kami seumuran.

"Jika kau berhasil mengalahkannya tanpa tenaga dalam, aku akan menerimamu sebagai murid," ujar si Kakek tua padaku.

Aku tertawa. Kemenangan sudah pasti ada di tanganku.

Aku dan pria culun itu berhadapan. Setelah aba-aba, kami langsung menyerang satu sama lain.

Diluar dugaan, pria ini jauh lebih kuat dari penampilannya. Untuk pertamakali, aku kewalahan menghadapi seseorang.

Pria bernama Gilang itu terus mendesakku. Aku harus menggunakan ajian Naga Hideung jika ingin menang. Tapi jika aku melakukannya, itu sama saja dengan menyerah.

'Buk!'

Pria itu memukul dadaku hingga terasa sesak. Aku kesulitan bernafas.

"Ternyata kau hanya besar mulut saja," ucap cecunguk itu. Tatapan meremehkannya membuatku geram.

"Persetan dengan aturan!" teriakku tidak terima.

Aku menyatukan kedua telapak tangan dan mulai mengumpulkan tenaga dalam. Sesaat kemudian, kekuatan yang sangat besar langsung memenuhi diriku. Ajian terlarang ini sudah siap digunakan.

Tanpa aba-aba, aku menendang perut pria itu. Dia terpental jauh. Punggungya membentur pohon pisang.

Aku bangkit dan langsung mengejarnya sembari memfokuskan tenaga dalam pada tangan kanan. Saat aku hendak memukulnya, tiba-tiba seorang pria lain berdiri dihadapanku.

My Special QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang