Suatu Hari
Di Kediaman Tabib IstanaYoonji menangis terisak melihat luka bekas pukulan rotan pada betis sang kembaran. Itu adalah hukuman dari ayah mereka karena dia melihat Yoonji hendak memukul Jimin tadi sore.
"Yak, berisik!" seru Yoon-gi yang sudah tidak tahan mendengar isakan kembarannya. "Aku yang dicambuk tapi kenapa kau yang menangis?" sambungnya geram.
"Kenapa Ayahanda jahat sekali? Aku hanya memukulnya sesuai peraturan. Padahal Putra Mahkota saja mau menerima hukumannya," tanggap gadis itu. Air matanya masih terus mengalir.
"Sejak awal aku sudah bilang, kita tidak pantas untuk bermain dengannya," balas Yoon-gi. "Ambilkan selimutku!"
Tanpa banyak bicara, Yoonji menurut.
Setelah mendapat barang yang di minta, Yoon-gi berbaring, bersiap tidur.
"Jadi, apa yang akan kita lakukan kedepannya?" tanya si gadis.
Bocah laki-laki itu menoleh. "Apa maksudmu?"
"Apa yang akan kita lakukan jika Jimin datang lagi?"
Si pria berdecak. "Jaga bicaramu! Apa kau mau aku dihukum lagi?" protesnya.
"Tapi kenapa hanya kau yang dicambuk? Padahal aku yang melakukan kesalahan?!" Yoonji menaikan nada suaranya. Ia jelas tidak terima.
"Itu karena kau perempuan. Mereka bilang, kulit kalian sangat berharga. Jadi kau tidak boleh memiliki bekas luka," jelas sang kembaran. "Lalu, jika Putra Mahkota datang, diamkan saja dia. Nanti juga dia bosan menunggu."
***
Benar saja. Keesokan harinya Jimin datang kembali. Namun sesuai kesepakatan, kedua anak kembar itu sama sekali tidak menunjukkan batang hidungnya.
Hari terus berganti. Tapi sang Putra Mahkota terus datang ke kediaman mereka. Kembaran itu mulai resah. Bagaimanapun juga, saat ini mereka sedang menghadapi calon raja. Akhirnya mereka memutuskan untuk menulis surat agar Jimin berhenti datang.
Cara itu berhasil. Sang pria tidak pernah singgah di kediaman mereka lagi.
***
Waktu kembali berjalan. Hari-hari mereka kembali seperti sedia kala. Beberapa kali keduanya melihat Jimin yang berjalan sendirian di istana. Pria itu nampak sangat kesepian, namun apa daya, cambuk rotan milik ayah mereka jauh lebih menyeramkan dibanding amarah sang Putra Mahkota.
Beberapa waktu kemudian Baginda Ratu pulang. Kedatangannya ke negeri nan jauh itu membuahkan hasil. Semua orang sibuk merayakannya. Tak lama setelah itu, Jimin pernah meminta bertemu Yoon-gi dan Yoonji. Namun mereka sengaja bersikap dingin. Mesti tak mau menyakiti hati sang Putra Mahkota, mereka tidak punya pilihan lain.
Hari-hari berikutnya Yoon-gi sibuk mempelajari ilmu kesehatan agar tidak mengecewakan sang ayah. Cambuk rotan milik beliau sudah seperti kawan setia. Tabib itu tak segan menghukum anaknya dengan keras saat ia melakukan kesalahan dalam meracik ramuan.
Berbanding terbalik dengan Yoonji. Ia dilarang melakukan ini itu. Bagai boneka yang dihias cantik, si gadis hanya boleh melakukan pekerjaan ringan.
***
Setahun Kemudian
Sore itu cuaca mendung. Awan gelap sudah menghiasi langit sejak beberapa jam yang lalu. Sepertinya malam ini akan hujan lebat. Angin juga berhembus lebih dingin dari biasanya.
Seorang pria berpakaian rapi datang ke kediaman sang tabib. Ia adalah Jeon Il Sung, sang Menteri Luar Negeri. Sudah sebulan sejak kepulangannya dari Kerajaan Sunda. Dia memang pulang terlambat karena masih harus mengurus beberapa hal tentang Perjanjian Laut.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Special Queen
FanfictionKinanti, Putri Kerajaan Sunda pergi ke Kerajaan Goguryeo untuk memenuhi Perjanjian Laut yang dibuat 10 tahun lalu. Perjanjian itu mengharuskan sang putri menikah dengan Putra Mahkota negeri tersebut, Jimin. Saat mereka resmi menjadi Raja dan Ratu, K...