[1]
"Arias?"
"Arias?"
"Ayah?"
Sang-Yeon membuka matanya dengan berat. Hal pertama yang ia lihat saat ini adalah wajah sang kekasih yang terbingkai rambut kemerahan panjang. Selalu cantik, batinnya.
Tapi, tunggu, sebentar ....
"Ayah ... bangun yuk udah siang."
Apa panggilnya tadi? Ayah?
Sang-Yeon menurut saat lengannya ditarik dengan lembut. Wanita itu duduk di sampingnya, tersenyum manis lalu menangkup satu pipinya dengan tangan.
"Ya ampun, capek banget ya kamu? Wajahnya lelah begitu. Makan dulu ya, nanti lanjut istirahat lagi."
Ini bukan kamar yang ia tempati tadi malam. Orang di hadapannya ini adalah Chan-Hee dalam wujud malaikatnya. Si cantik Hera. Tapi ... ini bukan bayangan yang sering ia lihat dari Chan-Hee.
Wanita di hadapannya ini ... nyata. Dan kamar ini adalah kamarnya di kerajaan sana.
"Ayah?"
Tunggu, kenapa sedari tadi Hera memanggilnya ayah?
"Ayah?" tanyanya pelan, hampir bergumam.
Hera ikut terdiam, tapi tak lama tertawa sembari mencubit pipinya.
"Iya, Ayah. Yang bangunin kamu ini anakmu, bukan aku," balas Hera sambil mengusap perutnya sebentar.
Rasanya ini mimpi.
Iya, pasti ini mimpi.
Eum ... atau bukan?
"Kak?"
Sang-Yeon tersadar dan menarik napas dalam-dalam secara spontan. Di atasnya, ia bisa lihat langit-langit kamar berwarna putih. Kamar tempat ia tidur selama beberapa hari ini.
"Kak Sang-Yeon?"
Ia menoleh ke samping. Ada Chan-Hee yang tengah menatapnya dalam diam. Sang-Yeon menetralkan detak jantungnya sebentar lalu memiringkan tubuhnya supaya bisa memeluk Chan-Hee.
"Iya, Sayang?"
"Mau sarapan, ga? Tadi dipanggil sama Kak So-Won untuk sarapan bareng."
Iya, ternyata cuma mimpi.
Sang-Yeon mengangguk pelan. Dia cium bibir Chan-Hee sekilas lalu eratin pelukannya. "Iya, tapi sebentar ya. Mau peluk dulu."
Suara tawa Chan-Hee adalah yang selanjutnya bisa Sang-Yeon dengar. Pagi ini tenang banget kalau aja mereka ga ingat kondisi bahaya saat ini. Andaikan dunia mereka balik normal seperti sebelumnya.
"Aku juga lihat, kok."
Sang-Yeon menjauhkan sedikit wajahnya saat ia dengar gumaman Chan-Hee barusan.
"Iya, Chan?"
"Aku juga lihat, yang Kakak lihat tadi. Itu bukan mimpi."
Chan-Hee mencium Sang-Yeon lebih dulu. Hanya lumatan lembut penuh kasih sayang, sebelum akhirnya ia lepas lagi.
"Can we be accepted again there, Kak? Kita beneran bisa pulang lagi kah?"
Chan-Hee ga pernah permasalahin rasa sakit dari penyucian diri yang pastinya mereka hadapi saat pulang ke surga. Mereka terlanjur jadi makhluk yang kotor selama tinggal di dunia. Rasa sakit itu tentunya ga beda jauh dari pembersihan yang selalu ia jalani lima tahun sekali selama jadi vampir.
Yang Chan-Hee permasalahkan adalah, apakah mereka masih bisa diterima di sana? Apakah mereka pantas kembali ke surga? Setelah semua hal yang terjadi.
Lebih tepatnya, apakah Chan-Hee berhak dapat kebahagiaan lagi dengan segala dosa yang telah ia perbuat di sini?
"Iya, Chan-Hee. You still deserve all the best things there. Nanti kita pulang, ya?"
Satu pertanyaan lagi.
Apakah Chan-Hee sanggup pergi dari Young-Hoon setelah semua hal yang mereka lalui selama ini?
.
[2]
"Eric, ayo bangun."
Rasanya udah lama Eric ga tidur senyenyak ini. Jadi saat sekarang dia dibangunkan seseorang, rasa malasnya berada di puncak.
"Eric."
"Kak ... ayo tidur lagi ...."
"Udah siang tau-ERIC!"
Jacob refleks teriak saat tubuhnya ditarik oleh sang vampir. Eric memeluknya dengan erat lalu kembali ke alam mimpi.
"Aku capek, Kak. Kita tidur aja ya sampai siang?"
"Ini udah siang, Ric."
"Aaaaaaaaa ya udah sampai sore."
Kakaknya itu cuma bisa pasrah dan tertawa saat dengar alasan dari Eric. Lucu banget, kenapa bisa Eric selalu lucu.
"Yang harusnya capek itu aku bukan sih, Ric?" tanya Jacob.
Astaga, sebuah pemandangan langka saat Jacob menggoda Eric seperti ini.
Mau tak mau Eric membuka matanya lagi. Dia menatap Jacob yang masih tertawa. Jemari Jacob memainkan anak rambut Eric di wajahnya.
"Aku lah? Kan aku yang banyak gerak."
"Aku juga banyak gerak, kok. Lagian salah sendiri kamu tuh kelebihan hormon apa gimana?"
Gimana mau dilihat lebih dewasa, Eric selalu terlihat menggemaskan di mata Jacob. Iya, kecuali saat mereka sedang bercinta. Sisanya? Eric itu masih bayi.
"Itu namanya kangen, Kak."
"'I miss you' is another form of 'I'm horny', don't you know?"
"JACOB BAE HAHAHA IYA-IYA INI AKU BANGUN. Duh serem banget sih aku diserang pagi-pagi."
Jacob mencium pipi Eric sekilas lalu bangun lebih dulu dari tempat tidur. "Aku mau mandi dulu."
"Ikut!!"
"Eric Sohn."
"Jacob, I miss you ... HAHAHA like that?"
Rasanya ingin protes, tapi saat melihat senyuman Eric ... Jacob luluh.
Karena ia tak tahu sampai kapan ia bisa melihat senyuman itu. Jacob ... terlalu takut kalau segalanya nanti akan berubah tak sesuai dengan yang ia harapkan.
![](https://img.wattpad.com/cover/215786619-288-k891299.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Thrilling Love (Book II) || The Boyz
FanfictionLoving someone means you are ready to hurt them someday you have to leave. The Boyz with other idols. bxb