Hak-Nyeon baru saja mengantar Hyun-Joon keluar rumah. Tadi adiknya itu sempat mampir sebentar melihat kondisi Sun-Woo. Tapi karena tak ada tanda-tanda Sun-Woo akan sadar, Hyun-Joon pun pamit pulang. Di rumah pun masih ada Hyun-Jae yang belum sadar. Hyun-Joon akan membantu Yo-Han menjaga Hyun-Jae.
Rumah ini sepi. Seok-Jin tadi pamit pada Hak-Nyeon untuk pergi bersama istrinya. Entah ke mana, tapi tadi Hak-Nyeon sempat dengar mereka berdua membicarakan sesuatu tentang obat.
Sebelum kembali ke lantai dua, ia pilih berbelok ke dapur untuk mengambil beberapa buah di sana. Iseng aja ingin mengunyah karena di dalam kamar pun tak ada yang bisa ia lakukan selain bermain ponsel.
Setelah menaruh beberapa buah ke dalam mangkuk, Hak-Nyeon kembali berjalan menuju kamar Sun-Woo.
Hari sudah malam. Matahari telah sepenuhnya tergantikan oleh terang bulan. Saat Hak-Nyeon berjarak beberapa meter dari pintu kamar, ia terdiam sebentar.
Perasaan ini, Hak-Nyeon sangat familiar.
Ia segera mendekat ke pintu. Awalnya agak ragu untuk membukanya, tapi akhirnya ia masuk juga.
Di pinggir tempat tidur, bisa Hak-Nyeon lihat Sun-Woo yang duduk diam. Pemuda itu menatap jendela yang terbuka. Angin malam terasa cukup dingin di kulitnya.
Hak-Nyeon hampir tak memercayai pengelihatannya sendiri. Ia sebisa mungkin menaruh mangkuk buahnya di atas nakas lalu berjalan menghampiri Sun-Woo.
"Sun-Woo ...?"
Wajah Sun-Woo yang semula tanpa ekspresi berubah terkejut seketika. Namun tak lama, ia tersenyum dan merentangkan tangannya.
"Peluk, Kak."
Sun-Woo yang ini ... Sun-Woo yang sama dengan si bocah band nakal yang ia temui di studio dulu.
Sun-Woo miliknya, benar-benar kembali ...?
Walaupun masih ragu-ragu, Hak-Nyeon tetap mendekat. Ia berdiri tepat di hadapan Sun-Woo dan membiarkan adik manis itu memeluknya. Wajahnya mendusal nyaman di perut Hak-Nyeon.
"Kangen, Kak ...."
Begitu dua kata itu terucap, Hak-Nyeon tak bisa lagi membendung tangisannya. Ia balas memeluk Sun-Woo dan menyembunyikan wajahnya di rambut halus itu.
Ini benar-benar Sun-Woo.
Semua hal yang ia lewati bersama Sun-Woo selama ini, terasa bagai mimpi sekarang.
"Gue ga suka lihat lo senyum ke dia."
Sun-Woo mulai berceloteh. Awalnya Hak-Nyeon tak mengerti, tapi lambat laun ia paham maksudnya.
"Gue ga suka lihat dia peluk lo. Gue ga suka lihat dia cium lo. Gue ga suka lihat dia sentuh lo. Gue ga suka dengan keadaan ini, Kak."
"Suuuttt ..., tenang dulu."
"Kak!"
"Sekarang lo udah di sini lagi, sama gue."
"Gue benci Ayah. Gue benci Kakak ...."
Bisa Hak-Nyeon rasakan kalau Sun-Woo pun terkejut dengan kalimatnya sendiri.
Sun-Woo melepas pelukannya. Ia agak mendongak untuk menatap langsung ke dalam mata Hak-Nyeon.
Saat air matanya mulai turun, Hak-Nyeon dengan sigap mengusap pipi Sun-Woo dengan sayang.
"Gue benci karena Kakak selalu berkorban buat gue sementara gue ga pernah minta itu semua.
"Harusnya dia yang ada di sini sekarang. HARUSNYA GUE UDAH MATI!"
Tangisan Sun-Woo pecah saat itu juga. Ia kembali memeluk Hak-Nyeon dan menangis sangat pilu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Thrilling Love (Book II) || The Boyz
FanficLoving someone means you are ready to hurt them someday you have to leave. The Boyz with other idols. bxb