Festival musik yang diadakan kali ini sangatlah meriah. Banyak grup dan juga band serta solois ternama yang mengisi acara. Seluruh penduduk kota Seoul, bahkan penduduk kota lain, berdatangan hari ini.
Acara sudah dimulai sejak sore dan masih akan berlanjut hingga malam. Semuanya merayakan penuh suka cita.
"Kalian tampil nanti malam, sekitar jam delapan."
Seung-Cheol baru aja masuk ke ruang tunggu. Bisa ia lihat Ju-Yeon yang tengah tiduran di sofa, memejamkan matanya. Sementara Young-Hoon duduk di salah satu kursi, menulis sesuatu di atas kertas.
Manajer itu duduk di samping Young-Hoon. "Everything will be fine, Hoon."
Young-Hoon tak langsung menjawab. Ia masih menyelesaikan tulisannya yang kalau Seung-Cheol lihat sih merupakan sebuah surat.
"Kak, lo ga perlu segininya," akhirnya Young-Hoon berucap, tapi agak pelan.
"Gue ga bisa hidup normal rasanya, Hoon."
Young-Hoon sepenuhnya mengerti keadaan Seung-Cheol. Ditinggal sang kekasih hati yang selalu jadi obat untuk sakit hatinya menghadapi kehidupannya yang rumit.
"We still need to stick to our plan, remember?" tambah Young-Hoon.
Seung-Cheol hanya terdiam. "Tapi kenapa tiba-tiba ganti rencana?"
Setelah Jeong-Han meninggal, yang kedua kalinya, ternyata Young-Hoon telah lebih dulu mendatangi Seung-Cheol. Tanpa sepengetahuan siapa pun malam itu.
Young-Hoon menghentikan gerak tangannya untuk menulis. "Ga ganti plan, itu memang salah satu backup plan yang gue punya."
Ju-Yeon bangun dan jalan mendekat ke arah keduanya. "Kak, bahkan kematian Jeong-Han udah Young-Hoon prediksi. Jadi sekarang jalur rencana kita berubah ke sana."
Takjub. Satu kata itu masihlah menggantung di kepala Seung-Cheol tiap kali membicarakan tentan Kim Young-Hoon.
"Dari pertama kali lihat Jeong-Han, Young-Hoon udah tau kalau dia ga benar-benar hidup," lanjut Ju-Yeon. "Dan karena itu pasti ada tenggat waktu dan benar aja, Jeong-Han meninggal lagi."
Seung-Cheol kira hanya dia yang tau. Bahkan ayahnya, Seok-Jin, ga sadar kalau Jeong-Han itu hasil sihirnya untuk menghidupkannya kembali.
Sampai mata Seung-Cheol beralih menatap langsung ke mata Young-Hoon. Pria itu mengangguk dengan tenang.
"Kak, gue juga pernah pakai sihir itu, jadi gue tau ciri-ciri orang yang dihidupkan lagi seperti itu."
Siapa? Siapa orang yang Young-Hoon maksud ...?
Tapi rasanya Seung-Cheol ga punya cukup hak untuk mengulik itu. Yang terpenting sekarang, gimana caranya melewati malam mencekam ini.
"Jalur evakuasi untuk orang-orang udah bagus?" tanya Young-Hoon, lebih ke Ju-Yeon sih.
"Jalur evakuasi manusia nanti diatur sama anak lo, Hoon."
"Soo-Bin?" tanya Young-Hoon.
Ju-Yeon mengangguk. "Iya, San-Ha kan jagain Chan-Hee."
Setelah selesai menulis, Young-Hoon memasukkan surat itu ke dalam saku blazernya. "Semuanya udah di posisi?" tanyanya lagi.
Bertepatan dengan itu, seseorang mengetuk pintu ruang tunggu mereka. Seung-Cheol kira itu salah satu panitia festival. Tapi ternyata salah.
"Sorry guys .... They're here ...."
Young-Hoon berdiri menghampiri pria dengan pakaian serba hitam itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Thrilling Love (Book II) || The Boyz
ФанфикLoving someone means you are ready to hurt them someday you have to leave. The Boyz with other idols. bxb