Seingat Sun-Woo tadi subuh So-Won masih ada di sampingnya, nemenin dia tidur. Tapi begitu Sun-Woo balik tidur dan sekarang buka mata, bundanya itu udah ga ada.
Dia turun dari tempat tidur. Mungkin bundanya udah turun, entah lagi masak entah lagi nyiram di halaman. Yang jelas Sun-Woo kalau mau turun harus udah dalam keadaan bersih, harus mandi dulu biar ga diomelin bundanya.
Udah berapa hari ya Sun-Woo di sini? Bahkan dia sendiri ga ingat.
Hari-hari Sun-Woo di sini bisa dibilang biasa aja. Cuma ada So-Won yang nemenin dia. Ayahnya jarang pulang, penghuni rumah lain juga belum Sun-Woo lihat. Dia cuma pernah ketemu Jae-Hyun sekali waktu pulang ngambil baju.
Setelah selesai mandi dan udah ganti baju rumahan, Sun-Woo keluar kamar mau cari bundanya. Waktu Sun-Woo pertama datang ke sini kamarnya itu udah rapi, di lemarinya udah banyak baju. Ga tau baju siapa, tapi kata So-Won pakai aja.
Dari Sun-Woo turun tangga bisa dia dengar suara-suara dari dapur. Mungkin bundanya beneran ada di sana lagi masak.
Rumah ini sepi banget. Sun-Woo ga kebayang gimana bundanya bisa betah di sini sendirian sebelum ada dia. Pasti kesepian banget.
"Bunda?"
Sun-Woo munculin kepalanya di pintu. So-Won ada di sana, berdiri di depan kulkas lagi cari-cari bahan makanan.
"Eh Sayangnya Bunda udah bangun," katanya sambil senyum.
Anaknya itu jalan ke dia, lalu langsung meluk. So-Won ketawa aja. Tiap pagi ga tau kenapa pasti ada aja adegan pelukan begini padahal So-Won ga pernah ke mana-mana, selalu di dekat Sun-Woo.
"Kenapa, hm? Mau apa?"
Sun-Woo geleng pelan, masih betah meluk bundanya.
Jadilah So-Won juga cuma ngusap rambut Sun-Woo, nungguin anaknya ini tenang sampai ngelepas pelukannya sendiri.
"Semalem mimpi apa? Tenang banget tidurnya kamu," kata si bunda.
Sun-Woo ga jawab, cuma meluk bundanya lebih erat.
Semalam, ya ....
Sun-Woo mimpiin Hak-Nyeon, tapi dia ga enak untuk cerita ke So-Won.
Dalam mimpinya selalu ada Hak-Nyeon. Lebih tepatnya mungkin bukan mimpi, tapi kenangan dia bareng Hak-Nyeon yang rasanya terputar ulang bagai film.
Mungkin karena kangen, pikir Sun-Woo.
Kadang kalau lagi ditinggal bundanya, Sun-Woo cuma ngelamun liatin ke luar jendela kamarnya. Dia kangen Hak-Nyeon, tapi ga mau juga kalau harus balik ke si kakak.
Sun-Woo takut lukain kakaknya lagi. Sun-Woo ga sanggup lihat Hak-Nyeon kesakitan lagi.
"Bunda, laper."
Daripada sedih terus, lebih baik Sun-Woo sedikit bersyukur karena masih bisa bareng sama bundanya.
Waktu Sun-Woo ngelepas pelukannya, So-Won masih senyum ke dia. Bundanya ini cantik banget. Well, semua lost child selalu ngeliat bunda mereka sebagai sosok yang cantik, bahkan ke yang udah jadi laki-laki kayak Hyun-Jae dan Chang-Min.
Anak-anak itu sebenarnya polos, murni, penuh kasih sayang. Tapi ga bertahan lama karena turunan darah mereka ga bisa bohong. Apalagi yang kasusnya kayak Sun-Woo gini.
Dia ga bisa selamanya jadi anak manis yang lucu. Suatu saat mereka harus jadi sosok mengerikan bahkan kalaupun mereka ga mau.
"Kamu duduk situ dulu, ya. Sebentar lagi masakannya selesai kok."
So-Won cium pipi Sun-Woo lalu lanjut merhatiin kulkasnya.
Kalau anak-anak Seok-Jin ga ada di rumah biasanya So-Won cuma masak untuk dirinya sendiri. Sekarang karena ada Sun-Woo, dia seneng banget. Ga harus makan sendirian lagi.
Sun-Woo nurut lalu duduk di salah satu kursi. Dia merhatiin gerak-gerik bundanya, lalu natap ke luar jendela.
Dia ga pernah ada niatan kabur jadi sama So-Won dan Seok-Jin dibolehin main di halaman kadang-kadang. Entah cuma duduk diam, entah sembari nyiram bunga.
Sun-Woo udah mulai merasa kalau emang ini tempat dia seharusnya. Jauh dari Hak-Nyeon.
"Sayang? Sun-Woo?"
Kayaknya dia ngelamun. Bahkan baru sadar kalau dari tadi bundanya manggilin.
"Iya, Bunda?"
So-Won baru selesai naruh piring terakhir di meja. Ternyata selama Sun-Woo ngelamun semua makanan udah siap.
Berapa lama dia ngelamun tadi?
Bundanya berdiri di sampingnya, cium kepalanya cukup lama.
"Jangan ngelamun terus," kata bundanya.
Sun-Woo cuma cekikikan, meluk bundanya lagi dan sembunyiin wajahnya di perut So-Won.
"Iya, engga kok."
"Makan ayo tuh katanya laper?"
"Peluk dulu sebentar lagi."
Lucu banget sih anaknya ini. So-Won kangen banget sama Sun-Woo, dan seneng banget begitu tau Sun-Woo lahir lagi.
Tapi ternyata udah sebesar ini. So-Won bener-bener hilang ikatannya ke Sun-Woo sejak Seok-Jin ga ada. Saat suaminya itu balik lagi barulah So-Won bisa ngerasain kehadiran anaknya lagi.
"Sun-Woo."
"Iya, Bunda?"
"Kamu ga apa-apa kan tinggal sama Bunda di sini?"
So-Won ga langsung dapat jawaban. Anaknya ini cuma diam masih sambil meluk dia.
Sampai akhirnya Sun-Woo jauhin wajahnya, lalu natap So-Won.
"Ga apa-apa kok. Aku seneng bareng Bunda di sini."
So-Won tau kalau Sun-Woo ga sepenuhnya jujur. Iya Sun-Woo seneng bisa sama dia lagi, tapi anaknya itu juga nyimpan kesedihan sendiri.
Mungkin karena dipisahin dari vampirnya, pikir So-Won.
"Ya udah yuk makan. Abis ini temenin Bunda nyiram di depan, ya?"
"Siap!"
Gemes banget.
Kalau lagi berdua begini banyak hal yang Sun-Woo ceritain. Dari masa-masa dia kecil, masa-masa sekolahnya juga.
So-Won nanggepin dengan antusias. Dia kehilangan momen kecilnya Sun-Woo jadi dengan dengerin semua hal itu bikin So-Won merasa rindunya terobati sedikit.
Sun-Woo ga selalu lahir dengan siklus yang sama. So-Won ga bisa kira-kira di masa seperti apa dia bakal ketemu anaknya lagi.
Tapi dia ga nyangka kalau di kehidupan Sun-Woo yang sekarang, udah waktunya dia bangkit.
So-Won selalu minta suaminya untuk mundurin kebangkitannya, atau kalau perlu ga usah. So-Won rela kalau dia harus selalu kehilangan anaknya ketika masa hidup Sun-Woo habis tapi Seok-Jin ga terima.
Mau ga mau, Sun-Woo harus balik ke jati dirinya. Dia bukan manusia. Bener-bener bukan turunan manusia. Ga ada darah manusia sama sekali di tubuhnya.
Anak manisnya ini bantuin So-Won beres-beres lalu mereka jalan bareng ke halaman belakang.
Begitu sampai luar, So-Won pergi duluan ke arah selang air.
Sementara Sun-Woo jalan-jalan keliling, nelusurin rumpun bunga di pinggir tembok rumah.
"Hm? Ini rontokan dari mana?" gumam Sun-Woo.
Sun-Woo celingukan kanan-kiri. Perasaan dia tuh rumpun mawar ada di bagian depan rumah. Di halaman belakang ini ga ada mawar sama sekali.
Tapi kok banyak kelopak mawar tersebar di atas rumput?

KAMU SEDANG MEMBACA
Thrilling Love (Book II) || The Boyz
FanficLoving someone means you are ready to hurt them someday you have to leave. The Boyz with other idols. bxb