Langkahnya terburu-buru menaiki tangga. Young-Hoon ga tau lagi harus merespon seperti apa. Kabar Chang-Min yang sadar ... semua itu di luar rencana Young-Hoon.
Di satu sisi dia senang, di satu sisi dia khawatir. Kenapa Eun-Ha berhenti? Pasti ada sesuatu yang dia rencanakan.
Saat Young-Hoon buka pintunya, dia bisa lihat ada Je-No dan Kevin di sana. Kevin terlihat lagi suapin Chang-Min sementara Je-No duduk diam di sampingnya.
"Kak? Akhirnya datang juga."
Yang sadar duluan adalah Kevin. Dia taruh mangkuk makan Chang-Min di atas nakas lalu berdiri dari kursinya. "Ini Chang-Min nanyain lo terus," lanjut Kevin.
Je-No tanpa bilang apa-apa juga langsung ikut Kevin keluar kamar. Mungkin mau kasih space ke bundanya untuk ngobrol dengan Young-Hoon.
Suasana hening. Young-Hoon dan Chang-Min saling tatap. Tapi ada yang aneh dengan Chang-Min. Dia terlihat sedih dan marah.
Plak!
Puncaknya, saat Young-Hoon coba genggam tangannya, sang partner menolak dan justru menampar satu pipi Young-Hoon.
Air mata akhirnya mengalir di pipi Chang-Min. Matanya memerah karena sedari tadi dia menahan tangis. Young-Hoon ga nanya apa-apa. Dia terima tamparan Chang-Min karena dia tau dia salah.
"Kenapa Kakak ga tolong aku .... Aku ketakutan sendirian, Kak ... hiks .... Aku ga mau mati ... ga mau ninggalin Kakak dan yang lain ...."
Kedua tangan Chang-Min mengepal dan gemetar. Dia masih ingat rasa takutnya sendirian menunggu ajal. Dingin, mencekam, rasanya sakit menusuk jantungnya.
"Aku emang ga pernah jadi prioritas Kakak ...."
Nyatanya iya. Young-Hoon selalu mengutamakan Chang-Min. Tapi sampai kapan pun, Chang-Min ga bisa sepenuhnya jadi prioritasnya.
Young-Hoon ga bisa.
Sekali lagi Young-Hoon coba genggam tangan Chang-Min. Dan berhasil, Chang-Min ga menolak kali ini. Dia coba buka kepalan tangan Chang-Min perlahan karena kulitnya sudah terlihat merah akibat dikepal kuat. Takutnya timbul luka.
"Sayang?"
Masih dengan air mata yang mengalir di pipi, Chang-Min turun dari tempat tidur. Dia berdiri tepat di hadapan Young-Hoon yang duduk di kursi. Mata mereka saling tatap. Emosi Young-Hoon campur aduk saat Chang-Min semakin mendekat lalu memeluknya.
Wajah Young-Hoon tenggelam di perut Chang-Min. Hangat, dengan irama detak jantung yang selalu Young-Hoon suka terdengar pelan.
"Aku harus gimana supaya bisa tetap hidup, Kak ...?"
Jemari Chang-Min mengusap belakang kepala Young-Hoon. Bibirnya mencium puncak kepala sang vampir dalam diam. Masih menangis, Chang-Min putus asa sekarang.
Seolah Young-Hoon pasrah dengan keadaan.
Apa Young-Hoon tak pernah mencintainya?
"Kak—"
Chang-Min kaget. Karena saat ia buka matanya, mereka bukan lagi ada di rumah Hwi-Young. Ini tempat lain, tapi Chang-Min merasa familiar dengan kamar ini.
Ini rumah Young-Hoon dan Trisa dulu.
Young-Hoon melepas pelukan Chang-Min. Mata mereka kembali bertatapan. Jemari Young-Hoon mengusap seluruh air mata Chang-Min.
"Dear, you will not go anywhere. You will be always with me, okay?
"I'm sorry, I'm not good enough. You've been through all of these painful things. Maaf ya, Sayang?"
![](https://img.wattpad.com/cover/215786619-288-k891299.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Thrilling Love (Book II) || The Boyz
FanficLoving someone means you are ready to hurt them someday you have to leave. The Boyz with other idols. bxb