[127]

347 50 4
                                    

"Hei ... jangan rebutan, ya."

Siang hari itu matahari bersinar lebih terang dari biasanya. Ruang tengah rumah Young-Hoon terasa hangat dengan aksen angin yang bertiup lembut melalui jendela.

"Hee-Ra, itu mainan punya Hee-Sa ayo kembalikan ya, Cantik. Nanti adiknya nangis loh."

Young-Hoon melirik sekitarnya. Ia mencari-cari suara lembut yang sedari tadi ia dengar. Ada juga suara-suara balita yang tengah berceloteh dengan lucu walau Young-Hoon tidak tau apa artinya.

"Yayah ...."

"Hm? Ayah? Ayah masih kerja, Sayang. Nanti kalau sudah selesai pasti pulang."

Langkahnya berhenti di ambang pintu. Lagi, ia melihat seorang wanita dengan rambut panjang berwarna cokelat. Bersamanya, ada dua balita cantik yang sedang asyik bermain boneka.

"Yayah ... hueeeee Yayah ...."

"Iya, Hee-Sa. Sebentar lagi Ayah pulang."

Senyuman cantik yang tak pernah luput dari ingatan Young-Hoon itu terlihat sungguh menawan. Dengan sabar wanita itu mengurus keduanya, sesekali ikut tertawa melihat polah menggemaskan mereka.

"Yayah! Yayah!"

Salah satu balita berbaju biru, yang kalau tidak salah dengar bernama Hee-Sa, terlihat menunjuk-unjuk ke arahnya.

Si cantik, yang Young-Hoon asumsikan adalah ibu mereka, ikut menoleh ke arahnya berdiri.

"Hm? Ada apa, Cantik?"

"Yayah!!"

Senyuman itu terlihat sedikit luntur dari wajahnya. "Kalian rindu Ayah, ya?"

Sang ibu akhirnya mengabaikan celotehan anaknya tentang sang suami lalu beralih fokus pada suara melengking dari arah dapur. Sepertinya itu suara oven.

"Sebentar ya, Sayang."

"Hoon .... Young-Hoon ...?"

"Kak?!"

Bagai terisap pusaran yang kuat, Young-Hoon tersentak kaget lalu refleks melihat sekeliling. Ini kamar Ju-Yeon.

Young-Hoon bisa menangkap kehadiran Hyun-Jae dan Ju-Yeon yang menatapnya khawatir.

Oh, seingatnya baru saja selesai diskusi dengan Ju-Yeon lalu memeriksa keadaan Hyun-Jae. Adiknya itu telah terbangun lalu Young-Hoon menawarkan darahnya.

Ternyata Hyun-Jae baru saja selesai mengisap darahnya. Young-Hoon coba pegang sisi lehernya dan menutup luka dari sana.

"Kak? Lo ga apa-apa? Gue gigitnya terlalu kasar, ya? Lo sampai nangis gitu ...."

Young-Hoon menatap Hyun-Jae yang duduk di sampingnya, masih di atas tempat tidur.

Apa katanya tadi? Young-Hoon menangis?

"Lo tidur, Hoon."

Tidur. Lagi? Entah sudah berapa kali Young-Hoon tak sadarkan diri lalu melihat sesuatu yang aneh. Aneh namun familiar.

Ia selalu melihat Trisa di sana, dengan dua bayi. Dan kini pengelihatan itu lebih jelas. Bayi-bayi mungil itu sudah bisa mengoceh.

Ju-Yeon masih menatap Young-Hoon dalam diam. Ia sebenarnya tengah memeriksa kondisi Young-Hoon. Tapi sepertinya keadaan sahabatnya itu baik-baik saja.

Tangan Young-Hoon menepuk pelan kepala Hyun-Jae. "Ga sakit, kok. Gue cuma ga sadar aja tadi. Mungkin capek."

"Istirahat dulu di sini, jangan pergi dulu," balas Hyun-Jae. Ia tau kalau setelah ini Young-Hoon mau pergi ke tempat lain.

Thrilling Love (Book II) || The BoyzTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang