[129]

363 49 4
                                    

Kediaman Chan-Yeol yang tadinya ditinggalkan menjadi ramai kembali setelah Young-Hoon meminta anak-anak untuk dibawa ke sini.

Setelah kekacauan yang terjadi tadi, Hak-Nyeon dan Young-Hoon seperti biasa memanggil phoenix air untuk menumbuhkan semua yang telah terbakar.

Eric dan Hyun-Joon dalam keadaan baik-baik saja, hanya luka ringan di beberapa tempat. Seung-Cheol masih terdiam, mencoba memulihkan luka tusukan pedang di dadanya.

"Anak-anak lo brutal," begitu katanya tadi saat Young-Hoon dan yang lain menyusul ke dalam hutan.

Ayah dari dua anak yang dibilang brutal itu cuma tertawa pelan. "Setelan pabriknya begitu," balasnya.

"Ibu-ibu mereka lemah lembut, ya."

"Setelan dari bapaknya itu mah," Ju-Yeon menimpali obrolan keduanya sambil ikut tertawa.

Sementara Hak-Nyeon sempat pingsan tadi. Seung-Cheol dengan sigap menangkapnya saat ia jatuh. Seok-Jin yang ikut masuk ke dalam hutan mencoba memeriksa lukanya.

"Hak-Nyeon udah sadar, kan?" tanya Hyun-Jae yang baru keluar dari kamarnya dan Ju-Yeon.

Bo-Min pingsan setelah berhenti menangis di pelukan ayahnya. Hyun-Jae heran sihir apa yang Ju-Yeon berikan pada anak-anak, kenapa semuanya jadi linglung seperti itu.

"Hak-Nyeon udah sadar, lagi di kamarnya ditemani Sun-Woo," Young-Hoon menenangkan adiknya itu.

"Sun-Woo marah banget tadi," Ju-Yeon menatap Seok-Jin kali ini.

Ayah dari Sun-Woo itu hanya mengangguk. "Tadi dia masuk hutan sambil lari lalu mengamuk saat lihat Hak-Nyeon pingsan di pangkuan Seung-Cheol."

Hyun-Joon terlihat menuruni tangga menghampiri yang lain di ruang tengah.

"San-Ha masih belum sadar tapi kondisinya baik-baik aja. Soo-Bin baru aja tidur," lapornya.

Tadi Young-Hoon minta tolong Hyun-Joon untuk mengawasi anaknya setelah Young-Hoon cek kondisi mereka berdua. Kedua anaknya tengah istirahat di kamarnya dan Chang-Min.

"Kak Hoshi belum turun?" tanya Hyun-Jae.

Hyun-Joon yang baru duduk di samping Ju-Yeon langsung menatap Hyun-Jae. "Masih di kamar Kak Chan-Hee, Je-No baru aja tidur kayaknya. Kak Min-Gyu juga masih di kamar lo, Kak."

"Eric?" lanjut Hyun-Jae.

Entah mengapa Hyun-Joon tak langsung menjawab pertanyaan itu. Ia hanya diam, mengedarkan pandangan random sampai akhirnya bertatapan dengan Young-Hoon.

"Eric lagi istirahat di kamarnya."

"Dia ngga luka, kan?"

Hyun-Jae benar-benar jadi sensitif belakangan ini. Latihan terakhir ini sungguh membuatnya stres. Ini baru simulasi, entah akan jadi seperti apa kondisi perang yang sebenarnya nanti.

"Engga, Kak. Tenang aja. Tau sendiri kan Eric pernah sakit parah. Dia harus banyak istirahat setelah habisin energinya."

"Kak Chan-Yeol nanti ke sini, Jae."

Ucapan Young-Hoon itu untungnya bisa membuat Hyun-Jae lebih tenang.

Jadi, apa yang sebenarnya terjadi?

Kemarin malam Young-Hoon mengumumkan pada anak-anak bahwa mereka akan simulasi. Anak-anak hanya diberitahu begitu, tidak ada detil yang lain akan seperti apa latihannya.

Sementara para darah murni, para ayah, bersama Seung-Cheol rapat tentang teknis latihannya.

Latihan kali ini difungsikan untuk mengontrol energi dan emosi mereka.

Tahap satu adalah membuat mereka masuk hutan dan menghadapi semua serangan juga makhluk-makhluk sihir dari Seung-Cheol dan Hak-Nyeon. Hal itu untuk melatih kontrol energi mereka.

Tahap dua adalah melawan manipulasi sihir. Seperti yang sudah dijelaskan, barrier milik kantor dewan tinggi sangat kuat dan berbahaya karena bisa memanipulasi pikiran orang-orang yang hendak menghancurkannya.

Sejak awal anak-anak dikumpulkan di tengah padang rumput, Ju-Yeon sudah merapalkan mantranya. Ia menyadari hampir semua anak sudah mulai menatap aneh pada ayah mereka masing-masing.

Lalu saat masing-masing dari mereka dibisiki nama satu orang untuk dibunuh, yang ternyata nama ayah dan bunda mereka sendiri, di situlah emosi mereka diuji.

Walaupun wujud luar adalah orangtua mereka, tapi itu adalah musuh dalam simulasi ini.

Saat anak-anak membunuh orangtua mereka, ada gejolak batin yang mereka rasakan. Mereka tau itu bukan orangtua asli mereka dan hanya sihir peniru wujud, tapi perasaan mereka tetap sakit saat melakukannya.

Terutama Bo-Min. Ia benar-benar syok saat tau harus membunuh bundanya.

"Mereka memang harus dilatih seperti itu. Manipulasi di sana jauh lebih kuat dari sihir Ju-Yeon tadi," Young-Hoon menutup kekhawatiran yang lain, terutama Hyun-Jae.

Lalu mereka semua terdiam. Entahlah, sepertinya tak ada hal lain yang perlu dibicarakan saat ini. Mereka sibuk mengistirahatkan tubuh dan memulihkan energi.

Sekitar beberapa menit dalam keheningan, perhatian mereka beralih pada seseorang yang menuruni tangga. Ternyata Chan-Yeol. Seperti yang Young-Hoon bilang tadi, Chan-Yeol memang akan ke sini.

"Ayah."

Hyun-Jae adalah yang pertama menghampiri ayahnya itu. Ia menanyakan kabar Eric lagi. Hyun-Jae benar-benar jadi lebih sensitif.

"Eric lagi istirahat."

"Jangan biarin Eric ikut perang, Ayah. Kondisinya—"

Semua yang ada di sana, terutama Hyun-Jae, agak heran saat Chan-Yeol malah memeluk Hyun-Jae tiba-tiba.

Hyun-Jae bisa merasakan sesuatu yang menyedihkan dari diri ayahnya.

"Dia punya tugasnya sendiri. Jadi biarkan saja, ya?" ucap sang ayah kemudian.

Chan-Yeol menggandeng Hyun-Jae untuk kembali ke sofa dan duduk di tempatnya semula. Sementara Chan-Yeol duduk di samping Young-Hoon.

"Kalian nanti hati-hati, ya? Daerah luar gedung, terutama luar barrier, sangat berbahaya. Akses di dalam kantor juga mulai diperketat."

Semuanya mengangguk.

"Lalu, sepertinya Pak Kim sedang memindahkan pohon kehidupan yang satunya."

Oh, ini merupakan hal yang baru bagi Young-Hoon. Ia belum mendengar hal ini dari Hoshi.

"Pindah ke mana?" tanya Ju-Yeon. "Apa masih di dalam gedung?"

"Masih," Chan-Yeol mengangguk pelan. "Tapi kalian akan kebingungan saat mencarinya. Beliau menggunakan sihir yang membuat orang-orang tak bisa menemukan ruangan barunya."

"Seperti mengecoh," komentar Young-Hoon. "Jika kita memikirkan ruangan itu, semakin sulit untuk menemukannya."

"Waktu kita akan habis jika digunakan untuk mencari ruangan itu," Ju-Yeon terlihat sedikit emosi.

Rencana sebelumnya dengan Young-Hoon terpaksa harus diubah lagi kalau begini keadaannya.

"Gue bisa bantu."

Hoshi dan Min-Gyu menuruni tangga bersama. Yang tadi menjawab adalah Hoshi.

"Lo tau tempatnya, Kak?" tanya Ju-Yeon.

"Engga." Hoshi berjalan semakin mendekat. Ia lalu berdiri di belakang Young-Hoon. "Tapi gue tau cara untuk menemukan ruangannya."

Waktu mereka tidak banyak. Jangan sampai mereka melewatkan sekecil apa pun detil yang kemungkinan bisa memengaruhi hasil dan takdir mereka nanti.

Thrilling Love (Book II) || The BoyzTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang