Saat Young-Hoon kembali ke kantor dewan tinggi, ia hampir tak melihat pegawainya di sepanjang lorong. Hanya ada sang resepsionis di meja depan seperti biasa.
Well, memang biasanya juga tak banyak yang berlalu-lalang. Tapi ia rasa semakin sepi di setiap langkahnya.
Ia akhirnya datang sendiri. Setelah menenangkan diri di rumah, ia langsung pergi ke sini. Ia rasa tak perlu ditemani oleh Ju-Yeon. Hyun-Jae lebih membutuhkannya.
Oh iya, ingatkan Young-Hoon untuk memeriksa keadaan Hyun-Jae nanti.
Saat langkahnya terhenti di depan pintu ruang serba guna, Young-Hoon baru paham mengapa keadaan di kantor sangat sepi. Hampir seluruh pegawai telah berkumpul di sini.
Belum sempat ia membuka pintu, sudah ada seseorang yang membukakan untuknya dari dalam.
"Ayo masuk."
Hoshi tersenyum menyambutnya. Pakaiannya formal dan serba hitam. Saat Young-Hoon melihat ke dalam, semua orang berpakaian serupa.
Mereka berdua berjalan menuju altar di depan. Di sana, ada sebuah peti mati berwarna putih berhiaskan beberapa bunga cantik.
"Sudah siap berangkat," ucap Hoshi. Ia terlihat menatap Pak Kim beberapa saat.
Young-Hoon jadi ikut memerhatikan. Bagian penutupnya terbuat dari kaca buram. Tak terlalu tembus pandang, tapi masih bisa ia lihat tubuh pucat Pak Kim di dalam sana.
Mereka semua sudah melakukan perpisahan dan pemutusan masa kerja sebelum Young-Hoon datang. Jadi benar-benar tinggal pergi.
Hoshi mengambil alih ruangan lagi. Ia berdiri di depan peti mati lalu mengajak seluruh rekan melakukan penghormatan terakhir.
Young-Hoon minggir sejenak, memerhatikan semua vampir yang membungkuk 45 derajat dengan tangan kiri mereka di depan dada, gestur khas pemerintahan.
Setelah semua pegawai keluar ruangan satu per satu, Hoshi kembali menghampiri Young-Hoon.
"Pesan Pak Kim, cuma boleh lo yang antar beliau, jadi gue ngga ikut, ya."
Iya, sudah sejak lama mungkin Su-Ho memiliki feeling akan kejadian ini. Jadi ia sempat berpesan pada Hoshi untuk disampaikan pada Young-Hoon nantinya.
Young-Hoon hanya mengangguk.
"Di sana mungkin ada Kak Seung-Cheol, tapi gue ga tau pasti. Yang jelas, ada anaknya Raja Kim di sana."
Sebentar, apa katanya tadi?
"Anaknya?" ulang Young-Hoon.
Hoshi mengangguk. "Iya, anaknya yang perempuan. Beliau masih hidup ternyata. Well ... kita memang ga pernah tau kan dia masih hidup atau udah ngga ada. Pemakaman Raja Kim dulu diurus Pak Su-Ho."
Bukan, bukan itu yang ada di pikiran Young-Hoon.
Anaknya Raja Kim kan perempuan. Waktu pohon kehidupan yang satu dimatikan, apakah ada efek untuknya? Atau tidak? Karena dia adalah lost child, mungkin tidak berpengaruh?
Young-Hoon akan tanya nanti.
Akhirnya Hoshi menepuk bahunya dan pamit keluar.
Saat Young-Hoon telah benar-benar sendiri, ia kembali melihat ke arah peti. Kali ini benar-benar dekat. Ia sentuh pinggir peti itu dengan satu tangannya.
Kematian, ya?
Untuk makhluk yang bisa hidup sangat lama sepertinya, bahkan abadi jika mereka mau, kata kematian tentu tidak terlalu mengerikan. Untuk beberapa vampir, terutama darah murni, mereka justru ingin mengakhiri hidup setelah berkelana ratusan hingga ribuan tahun.

KAMU SEDANG MEMBACA
Thrilling Love (Book II) || The Boyz
FanfictionLoving someone means you are ready to hurt them someday you have to leave. The Boyz with other idols. bxb