29.

12.9K 1K 49
                                    

Yibo dan Jian duduk di dalam ruangan yang telah di pesan. Keduanya hanya diam saja untuk beberapa saat, hingga Yibo membuka suara.

"Siapa anak itu?"

Jian mengangkat wajahnya, ia menatap Yibo sekilas, kemudian menyandarkan dirinya ke kursi empuk yang di sediakan.

"Entah, dia salah satu murid sekolah lamaku." Jawabnya santai.

"Oh, teman sekolah ya."

Jian menggeleng, "Tidak.. Aku tidak merasa berteman dengannya."

Yibo yang mendengar hal tersebut ingin tertawa, namun dia harus menahannya. Jian benar-benar tidak bisa berbohong. Padahal dia cukup jawab, "Mungkin" Tetapi dia lebih memilih menjawab sesuatu kenyataan. Jika anak itu ada disini, dia pasti benar-benar merasa tersakiti.

Tapi, Yibo menyadari.. Jian benar-benar memiliki temperamen yang buruk seperti dirinya. Jika mengingat bahwa dulu dia pernah bertanya tentang dari mana Jian mendapatkan sifat kurang ajar seperti ini, kini mengingatnya membuatnya malu, karena sifat Jian tak lain adalah dari dirinya sendiri.

Dasar aku ini..

"Ya sudalah, tidak usah pedulikan dia, lagipula kalian tidak saling kenal kan."

Jian mengangguk yakin, Yah.. Menurutnya mereka bukanlah orang yang penting. Jika di bilang egois, Jian memang egois karena dia hanya memikirkan dirinya sendiri dan juga Xiao Zhan yang merupakan ibunya.

Setelah menunggu beberapa saat, makanan yang di pesan pun tiba. Kedua ayah dan anak itu menikmati makanan dalam diam, tidak ada yang berbicara karena mereka sama-sama berpikir, saat makan, tidak boleh bicara.

Setelah selesai makan, Yibo terlihat senang. "Bagaimana? Kamu menyukainya?" tanya Yibo.

Jian mengangguk, "Pastanya enak, daddy pasti menyukainya."

"No.. No.." Yibo membatah dengan cepat, "Dia sama sekali tidak menyukainya. Dia bahkan akan langsung menbuangnya hanya dengan mencium baunya."

Mendengar itu, Jian melirik Wang Yibo, kemudian ia menyeringai nakal, "Paman seperti banyak tahu tentang Daddy, apa kalian memang teman dekat?"

"Ah.." Yibo seketika membisu, semberut merah mulai bermunculan di pipinya, bahkan telinganya pun terlihat memerah, membuat Jian sedikit terkekeh kecil.

"Kami memang cukup dekat, yah.. Begitulah." Jawab Yibo blak-blakkan.

Jian tersenyum, kemudian dia menatap Yibo dengan serius, "Paman, apa paman tahu apa yang paling aku inginkan?"

Alis Yibo terangkat, kini dia pun ikut menatap Jian dengan serius, "Apa itu?"

"Kebahagiaan Daddy." Jawabnya sambil tersenyum, "Aku tidak peduli tentang yang lain, tapi aku hanya berharap daddy bisa bahagia. Aku berharap dia bisa segera bertemu dengan orang yang selalu dia rindukan, lalu melepaskan beban berat yang selalu daddy pikul sendirian..."

Wajah Yibo mulai menyusut. Dia memasang ekspresi sedih yang terlihat jelas dari pancaran matanya, "Jian.. Kamu masih sangat kecil, bagaimana kamu bisa mengetahui banyak hal seperti ini?"

Jian tersenyum samar, dia menunduk lalu berkata, "Saat masih berada di Canada, Aku sering melihat.. Daddy yang menangis setiap malam.. Daddy terlihat kesakitan.."

Yibo mengeretakan giginya, dia mengepal erat tangannya. "Jian.. Maaf.." Ungkapnya dengan mata sayu.

Tatapan yang terlihat menyedihkan itu sedikit menyentuh hati Jian, anak lelaki itu tersenyum samar.

"Kenapa paman minta maaf?"

Yibo tersenyum kecil, "Untuk banyak hal, paman minta maaf padamu Jian.."

Please Love Me Again {YIZHAN/END🖤}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang