Satu

17.2K 1.4K 105
                                    

Laki-laki berjaket hitam dengan surai hitam yang sama persis dengan kedua bola matanya menatap barisan di depannya yang berisi kumpulan cewek-cewek yang datang ke aula dengan pandangan mengintimidasi. Bibir tipisnya tertutup rapat-rapat selama beberapa menit sebelum akhirnya mengeluarkan suara.

"Gue saranin sekali lagi yang tidak memenuhi syarat silahkan pergi!"

Laura yang berdiri tidak jauh dari barisan menaikkan sebelah alisnya memandang empat laki-laki di depan sana yang mengisi meja panjang dengan empat kursi kayu milik sekolah.

"Lo," tunjuk lelaki yang memakai anting di sebelah telinga pada cewek hitam manis berkuncir satu. "Kaca lo dimana, heh? Pergi dari sini!" usirnya membuat atensi semua orang yang ada di sana menatap cewek itu.

Wajah cewek berkuncir satu itu memerah menahan malu, ia menggigit bibir bagian bawah masih belum bergeming pada tempatnya.

"Pergi woy, udah di usir juga."

"Kalau jelek nggak usah dateng."

Laura meringis mendengar umpatan orang di sana, ia memandang kasihan pada cewek itu yang pergi dengan mata berkaca-kaca.

Laura memutar bola matanya kesal, ia kembali memandang keempat laki-laki di sana, menimang-nimang mencari siapa yang bernama Delon diantara mereka. Namun, bola mata Laura membulat tatkala menyadari jika ada seseorang yang ia kenal bergabung di sana.

Laki-laki yang mengikat dasi sekolah di kepala tampak begitu acuh dengan sekelilingnya, tangan dilipat di dada menjadi sebuah objek yang mengunci pandangan Laura. "Dia ngapain di sana? Bikin malu gue aja." Laura menepuk jidatnya.

"Ah bodo amat." Laura mengeluarkan telur dan tepung pada pelastik hitam yang sejak tadi berada di genggaman. Semua itu sudah ia siapkan sehabis membaca pengumuman aneh di mading tadi pagi.

"Yang mana yang namanya Delon ya?" gumam Laura. "Lagian siapa suruh alay, ngerusak pemandangan aja."

Satu

Dua

Tiga

Puk!

Dengan gerakan pelan tapi pasti tangan Laura mengayun ke udara dan melempar telur serta tepung yang ia beli. Wajah penuh keceriaan Laura melancarkan aksinya. Telur dan tepung itu, menghantam keempat laki-laki di depan sana hingga membuat cewek-cewek yang berbaris syok melihat apa yang Laura lakukan.

"Bangsat," umpat lelaki yang bagian poninya mencuat ke atas karena diikat menggunakan karet gelang. "Siapa anjing yang ngelempar?" lanjut Abit berteriak marah seraya mengedarkan pandangannya.

"Kegantengan gue luntur, woilah di depan cewek pula," histeris Yasir yang memakai anting di sebelah telinganya, tangannya buru-buru menghapus tepung yang bersarang di seragam putih yang berlogo SMA Adiwijaya.

"Woy cewek sialan diem di sana jangan lari lo!" seru Hizkia yang mengenakan jaket hitam berjalan cepat ke arah Laura, tatapan marah ia pancarkan membuat auranya menggelap.

Sedangkan Yudha, lelaki itu hanya berdiam diri di tempat, bibirnya masih terkunci rapat saat mengetahui siapa pelaku pelemparan tepung dan telur.

Don't Love MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang