Sudah sejak lima belas menit yang lalu Delon duduk di parkiran sekolah seorang diri, matanya sesekali menelangsa ke arah lapangan melihat anak kelas sepuluh bermain bola. Lelaki berseragam putih abu itu duduk di atas motor vixsen dengan sebelah tangan memegang paper bag sedang.Hari ini langit memamerkan kegelapan yang membawa kesan dingin, awan hitam tercetak jelas di atas sana sebagai pertanda bahwa sebentar lagi akan turun tetesan dari langit yang akan membasahi segala yang ada di bawahnya. Delon merasakan terpaan dingin di kulit membawa manik hitam tertutup seakan menikmati setiap hembusan angin.
Bunyi motor terhenti tepat di sebelah Delon, membuatnya segera membuka mata. Delon memandang lurus dengan kening berkerut melihat motor beat merah yang tampak begitu kotor, sangat berbanding jauh dengan motor miliknya.
"Kenapa lo?" tanya Delon melihat Laura yang hanya bengong di atas motor.
Sedangkan Laura tidak mengindahkan Delon, gadis itu tetap diam tanpa menoleh dan bersuara. Tangan Laura memlilin ujung baju sambil sesekali menelan ludah.
"Sekali aja, Laura kangen."
Delon manggut-manggut di tempat ketika menyadari bahwa Laura sedang berteleponan dengan seseorang menggunakan earphone yang terpasang di telinga.
"Iya Laura ngerti mungkin ini belum waktunya." Sehabis mengatakan itu Laura melepaskan eaephonenya sambil menghela nafas berat.
"Apa?" tanya Laura melihat Delon dengan raut bertanya. "Terkesima ngeliat gue yang cantik?"
"Cantik?" Delon tertawa remeh. "Mimpi lo?"
Delon turun dari motor dan menghampiri Laura. "Hadiah buat lo." Delon menyerahkan paper bag coklat pada Laura.
"Nggak butuh," tepis Laura lalu berlalu dari hadapan Delon.
"Yakin? Daripada lo desak-desakan di depan mading mending liat langsung isi paper bagnya."
"Lo mau nunjukin pengumuman cari pacar? Atau dapet pacar baru?" tanya Laura tanpa menghentikan langkahnya. "Norak."
Delon tidak memusingkan Laura, jemarinya mengambil sesuatu dari paper bag yang digenggamnya. Senyum miring tercetak jelas, sebelum akhirnya memancarkan pandangan sinis. "Sebentar lagi habis lo."
••
Laura merasa risih di sepanjang melewati koridor ketika mendapat tatapan aneh dari orang di sana. Ia sebisa mungkin bersikap cuek tanpa mengindahkan orang-orang yang terus melihatnya.
"Pulang."
Langkah Laura langsung terhenti ketika Yudha tiba-tiba menghadang dirinya. Wajahnya nampak kentara heran, padahal ia baru saja tiba di sekolah mengapa di suruh pulang?
"Sekarang pulang!" ucap Yudha sekali lagi dengan tegas.
"Kenapa?" tanya Laura tidak mengerti.
"Lo kenapa pindah ke sini? Nggak ada sekolah lain?" kali ini Yudha sedikit membentak.
Karena ada lo Kak, batin Laura. Namun, bibir itu kelu untuk berucap di bibir sehingga Laura hanya berani menyuarakan di dalam hatinya.
Laura mengamati wajah Yudha dengan serius, terlihat sangat jelas bahwa pancaran tidak biasa Laura tunjukkan, gadis itu seperti memendam sesuatu di dalam dirinya.
Puk!
Beberapa lembar foto terhampar di lantai, membuat Laura dan Yudha sama-sama terperanjat atas kedatangan Delon yang tiba-tiba. Melihat itu, mengundang orang-orang di sana berkumpul mengelilingi mereka bertiga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Love Me
Teen Fiction⚠️PRIVATE ACAK FOLLOW SEBELUM MEMBACA⚠️ Laura Timur Bellatrix, murid pindahan yang harus merasakan pahit karena masalalu dan Kakak kelasnya yang bernama Delon. Arvin Sadelon Ganendra, murid kelas 12 yang mencari pacar melalui pengumuman sekolah den...