Woi culun! Tugas gue udah lo kerjain belum?
Heh, kenapa lo natap gue kayak gitu? Berani lo sama gue?
Awas lo ngadu ke guru.
Udah gue bilang jangan caper ke Alvin! Ngerti nggak sih? Gatel banget jadi cewek.
Byur!
Haha, rasain tuh emang enak mandi air pel.
----
Tuk! Tuk! Tuk!
Bunyi benturan kepala dengan tembok menyatu dengan bising jalan yang bersebelahan dengan tembok sekolah. Jika saja ada cara alternatif yang lebih mudah untuk menghilangkan memori ingatan tentang masalalu, mungkin sudah sejak lama Laura lakukan.
Tetesan keringat di pelipis keluar menemani air mata yang ikut terjun bebas ke pipi, isakan tak terbendungi tatkala rasa sesak di dada semakin mendera.
Menurut Laura, Masalalu bagaikan neraka yang memenjarakannya di bawah tekanan rasa sakit, yang menggerogoti kebahagiaannya dan mengubah hidupnya menjadi buruk.
Tuk!
Tuk!
Benturan itu semakin kuat, Laura ingin sekali melupakan semuanya, ingin semua yang pernah terjadi dulu tidak pernah menjadi bayang-bayangnya saat ini.
Lelah.
Ya, Laura bukan orang kuat yang bisa terus-terusan memaklumi perlakuan orang-orang terhadapnya. Laura bukanlah orang yang kuat sehingga bisa tetap tersenyum meski diperlakukan tidak enak.
"Gue mau ikut lo Adelia." Tangis Laura semakin pecah.
Hap!
Mata Laura terbuka ketika tiba-tiba ada telapak tangan yang menahan kepalanya supaya tidak lagi membentur tembok.
Keduanya saling tatap satu sama lain, Laura meneguk ludahnya susah payah ketika tangan itu berpindah ke pipinya.
"Kenapa? Gue bukan setan jangan liat gue begitu."
"Kak Delon." Laura terkesiap, ia berusaha melepas tangan Delon dari pipinya tetapi Delon tetap tidak mau lepas.
"Kemana Laura yang dulu, hm? Laura yang tengil, Luara yang sok berani, Laura yang akan melawan kalau gue bully, dimana Laura yang berdiri sok kuat di depan semua orang?" Delon memandangi Laura dalam, perlahan jemarinya menghapus sisa air mata di pipi Laura. "Lo sekarang jadi lemah dan cengeng."
Laura menggeleng, ujung matanya bergetar menahan tangis agar tidak keluar lagi. Kemunculan Delon sekarang bukanlah sesuatu yang baik untuk Laura. Delon itu, bagai alarm pengingat kejadian buruk yang Laura alami, karena kemunculan Delon di dekatnya hanya menjadi bumerang yang terus mengoarkan tentang masalalu Laura. Lelaki itu terus-terusan mengungkit apa yang dulu Laura lakukan, selalu mengatakan Laura pembully yang membuat Laura semakin merasa terpuruk.
"Jangan pura-pura lagi Kak, jangan buat wajah iba padahal sebenarnya lo tertawa mengejek. Dulu lo pernah bilang kata maaf, pernah menyatakan cinta, pernah menjadi lembut. Tapi ternyata gue hanya dibohongin." Laura menggigit pipi bagian dalamnya.
"Gue udah janji sama Anatasya kalau dugaan gue selama ini salah, maka gue akan minta maaf dengan lo." Delon menarik Laura untuk memeluknya. "Maafin gue ya, gue udah nuduh lo yang macam-macam. Padahal sebenarnya Anatasya yang udah nyakitin lo."
Delon menaruh dagunya di pundak Laura. "Maafin gue, gue yang salah, lo boleh kok marahin gue atau lo mau pukulim gue sekarang."
Laura menggeleng, ia memejamkan mata menghirup aroma wangi tubuh Delon. "Lo jahat Kak."
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Love Me
Teen Fiction⚠️PRIVATE ACAK FOLLOW SEBELUM MEMBACA⚠️ Laura Timur Bellatrix, murid pindahan yang harus merasakan pahit karena masalalu dan Kakak kelasnya yang bernama Delon. Arvin Sadelon Ganendra, murid kelas 12 yang mencari pacar melalui pengumuman sekolah den...