Selesai mandi Laura langsung bersiap-siap mengenakan baju santai ala rumahan, mumpung ini hari minggu jadi tidak banyak yang dilakukan Laura prihal masalah sekolah.
Baju kaos ping berlengan panjang dipadu dengan celana kulot yang membuatnya bebas melangkah. Laura duduk menghadap meja rias, tampak kacanya sudah tidak utuh dan hanya tersisa setengahnya lagi.
Jemari putihnya terulur mengambil lip gloss dan mengaplikasikan pada bibir tipis. Laura tersenyum tipis melihat penampilannya kini yang cukup fresh.
"Laura!" panggil seseorang meninggikan suaranya dari luar kamar Laura.
"Iya, Ma," sahut Laura melongok ke arah pintu.
"Ke sini sebentar."
Rambut yang belum kering sepenuhnya itu hanya tergerai di belakang punggung, decitan kursi karena sang empunya beranjak dari sana membuat bunyi. Laura bergegas menuju panggilan yang meneriaki namanya.
Ketika melewati kamar yang terletak di sebelah kamarnya, langkah kaki Laura sejenak terhenti. Kamar itu memiliki perbedaan sedikit dari kamar dan ruangan lain yang ada di rumah minimalis bertingkat tempat Laura tinggal. Ketika semua pintu mendominasi berwarna coklat tua, kamar itu memiliki pintu yang sengaja diberi cat warna putih. Dan lagi ketika rumah Laura bernuansa putih bercampur krim, kamar yang di depan pintunya bertulisan 'kamar orang cantik' itu memiliki nuansa biru laut di dalamnya.
"Laura!"
Teriakan sekali lagi menggema menyadarkan Laura, buru-buru gadis itu beranjak dari sana, kaki jenjangnya mulai menuruni anak tangga satu-persatu yang akan membawanya ke ruang tamu. Sayub-sayub terdengar suara orang tertawa, Laura bisa menebak jika rumahnya sedang kedatangan tamu.
"Iya," ucap Laura, manik hitamnya memandang siapa yang sedang duduk di hadapan Mamanya sekarang.
"Ayo sini." Gita menepuk sofa di sebelahnya menyuruh Laura untuk duduk.
Laura hanya mengikuti perintah itu tanpa bantahan, di depannya kini duduk seorang laki-laki yang membuat pandangannya menajam. Dalam hati kecil Laura telah menduga maksud kedatangan lelaki itu untuk apa, membuat Laura memutar bola matanya.
"Hari ini gue ada tugas kelompok," ucap Laura cepat.
"Aduh Alvin ganteng banget ya, kayak aktor korea," puji Gita, Mama Laura, tanpa mengindahkan ucapan Laura. Perempuan paruh baya itu tersenyum senang memegang tangan Alvin yang usianya sama dengan Laura. "Kamu kalau pergi sama Laura harus extra sabar ya, anaknya emang gitu rada nyebelin." Gita tertawa yang dibalas Alvin dengan senyum manis.
Laura berdecak malas. Padahal sudah sangat jelas jika Laura menolak, raut wajah tidak mengenakan Laura bahkan sampai beralibi kalau ada tugas kelompok.
"Yaudah yuk, sekarang aja kalau gitu," kata Alvin langsung berdiri.
"Gue 'kan bilang ada tugas kelompok."
"Yaudah sih, bagian lo tinggal dikerjain nanti malem aja," kata Alvin enteng.
"Gue juga belum siap-siap." Laura berdecak kesal.
Alvin tertawa mendengar respon Laura dengan suara ketusnya. Mata Alvin memandangi penampilan Laura dari atas sampai bawah. "Udah bagus itu, lagian cuma keluar sebentar."
"Sebentar bagi lo itu lama bagi gue."
"Kamu udah cantik kok, udah sana pergi jangan buat Alvin nunggu lama. Harusnya kamu senang kalau Alvin ngajak kamu keluar, jadi kamu nggak keliatan jomblo," ujar Gita tersenyum.
Jika harus memilih Laura lebih baik diam di rumah seharian daripada ikut Alvin. Dan jika ditanya siapa salah satu orang yang masuk dalam daftar list orang yang Laura hindari untuk diajak jalan jawabannya adalah Alvin. Karena tetangga sebelah rumahnya itu selalu saja meropotkan Laura, tentunya bukan Alvin yang harus extra sabar melainkan Laura.
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Love Me
Teen Fiction⚠️PRIVATE ACAK FOLLOW SEBELUM MEMBACA⚠️ Laura Timur Bellatrix, murid pindahan yang harus merasakan pahit karena masalalu dan Kakak kelasnya yang bernama Delon. Arvin Sadelon Ganendra, murid kelas 12 yang mencari pacar melalui pengumuman sekolah den...