Dua Puluh Empat

6.6K 645 42
                                    

Seorang gadis tengah fokus pada laptop yang berada di pangkuannya, sesekali ia mengerutkan kening bingung melihat tulisan berwarna yang tertera di layar. Power point merupakan tugas yang cukup dihindari karena dituntut menggunakan kreativitas yang baik sehingga pada saat presentasi akan terlihat menarik baik isi, tampilan, dan yang paling penting pembawaan pada saat menyampaikan poin-poin materi.

"Jauhin Wisnu."

Suara itu mengintrupsi Diandra untuk melihat Kakak laki-lakinya yang baru saja duduk di sofa sebelahnya. Untuk sesaat Diandra tidak fokus pada keyboard, Diandra memperhatikan Yudha yang tengah asyik pada ponsel seraya mengunyah makaroni dari toples bening.

"Kenapa?" tanya Yudha membalas tatapan Diandra.

"Nggak ada alasan buat aku jauhin Kak Wisnu."

"Lo punya hubungan apa sama dia?" Yudha kembali bertanya penuh selidik.

Bibir Diandra mengerut, ia memilih kembali fokus mengerjakan tugas sekolah yang belum selesai tanpa menjawab pertanyaan Yudha.

Sejujurnya Diandra mengetik asal, ia sengaja menyibukkan diri menghindari Yudha yang terlihat geram karena dicueki.

"Lo dengerin gue nggak?"

"Hm," Diandra hanya bergumam.

Yudha yang kesal langsung merampas paksa laptop Diandra. Mata Yudha tidak luput dari Adiknya yang hanya menatap lurus ke depan, sangat kentara menghindarinya. "Gue tanya sekali lagi, lo punya hubungan apa sama dia?"

Sikap tegas Yudha membuat Diandra hanya diam. Di balik rasa takut Diandra, Yudha sebenarnya tidak bermaksud bersikap galak, Yudha tidak mau jika Diandra nantinya akan sakit.

"Jawab!"

Diandra menghembuskan nafas berat. "Kami pacaran."

"Putusin dia."

"Kak." Diandra menatap Yudha tidak percaya.

Diandra meraih laptopnya dari Yudha dan menaruhnya ke meja kaca yang berada di ruang tamu tempat mereka saat ini. "Kakak mikirin perasaan aku nggak? Kemarin Kakak tiba-tiba datang lalu mukulin Kak Wisnu dan sekarang nyuruh kami untuk putus."

"Wisnu nggak baik untuk lo."

"Bukan aku tapi Laura. Laura yang punya masalah sama Kak Wisnu!"

Yudha mengambil sebelah tangan Diandra. "Tetap aja dia bukan cowok yang baik, dia nggak mungkin main fisik ke cewek kalau dia punya hati." Yudha memberi pengertian pada Diandra.

"Selama ini dia nggak pernah main fisik ke aku." Diandra melepas kasar tangan Yudha darinya, ia kini sedikit lebih berani. "Kalau dia punya masalah sama Laura bukan berati aku juga harus jauhin dia!"

"Laura sampai masuk Rumah Sakit, gue nggak mau lo juga bernasib sama kayak Laura."

Diandra mengusap rambut yang menutupi sebagian wajah. Deru nafasnya tidak beraturan. Diandra tidak suka ketika Yudha membahas ini dan menyuruhnya melakukan sesuatu yang tidak Diandra suka.

Gadis berambut panjang dan tirus itu sudah berkaca-kaca, ia menggigit lidahnya sendiri berusaha untuk tidak memancing air matanya tumpah.

"Kak Wisnu ada alasan melakukan itu," kata Diandra pelan. "Dia kehilangan Adiknya."

Jemari lentik Diandra meremas lutut yang terbalut celana abu-abu panjang. "Kakak juga kemarin mukulin Kak Wisnu karena merasa dia nyakitin Laura 'kan? Begitupun Kak Wisnu, dia seperti itu karena Laura udah nyakitin adiknya."

"Apapun alasannya gue tetap nggak setuju."

"Egois!"

Diandra langsung pergi menuju kamarnya. Mood mengerjakan tugas rasanya langsung lenyap sejak Yudha datang tadi. Diandra pergi menuju kamar dengan kaki dihentakkan ke anak tangga yang dinaikinya, membuat Yudha mau tak mau mendengar hentakkan itu.

Don't Love MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang