~EXTRA PART~

8.5K 793 216
                                    

Sebelum baca Vote dulu, ya.

HAPPY READING

.
.
.

Lima tahun kemudian

Jemari lentik memetik senar gitar, mengikuti irama lagu dari suara yang mengalun di bibirnya. Meski suaranya tidak merdu, tetapi gadis bersurai pendek tersebut sangat percaya diri.

Kupejamkan mata ini
Mencoba 'tuk melupakan
Segala kenangan indah
Tentang dirimu, tentang mimpiku

Semakin aku mencoba
Bayangmu semakin nyata
Merasuk hingga ke jiwa
Tuhan, tolonglah diriku

Entah di mana dirimu berada
Hampa terasa hidupku tanpa dirimu
Apakah di sana kau rindukan aku?
Seperti diriku yang selalu merindukanmu
Selalu merindukanmu

Tak bisa aku ingkari
Engkaulah satu-satunya
Yang bisa membuat jiwaku
Yang pernah mati menjadi berarti

Sebelum menyelesaikan lagu, Laura terlebih dahulu terisak. Makna lagu dari Ari Lasso berjudul Hampa tersebut begitu menyulut emosi di dalam diri Laura, mengaduk-aduk perasaannya, hingga menggetarkan perasaan tersedih dari jiwa.

Hampa, seperti hati Laura semenjak ditinggal seseorang. Lima tahun berlalu, selama itu pula Laura tidak bisa menerima kenangan buruk yang menimpanya.

Sosok itu telah lama pergi, telah lama menghilang, dan mungkin saja tidak akan kembali.

Laura menatap danau di depannya, melihat air tenang dengan linangan air mata.

Namun kini kau menghilang
Bagaikan ditelan bumi
Tak pernahkah kau sadari
Arti cintamu untukku?

Laura tidak kuat untuk melanjutkan lagu itu lagi, ia menaruh gitar di sampingnya dan membenamkan kepala di atas lutut yang tertekuk.

"Apa kita masih satu dunia, Kak?"

Laura sudah menduga, saat satu tahun kepergian Delon, Dika menyusul pergi ke Singapura setelah ada yang menjemput. Pasti akan lama untuk Delon kembali.

Tidak ada kabar dari Delon. Laura tidak tau apa Delon sudah sembuh atau malah telah pergi meninggalkannya untuk selama-lamanya.

"Laura Timur Bellatrix."

"Menangis, menangis, dan menangis."

"Nggak capek lo nangis terus?"

Abit duduk di sebelah Laura, ia menyeruput jus alpukat seraya memandang lurus ke depan. "Udah lupain aja, semua udah berlalu."

"Hubungan lo dan dia udah nggak bisa diperbaiki. Dulu dia musuh terbesar lo, kalian berdua saling membenci. Apalagi sekarang terhalang restu orang tua."

Laura tetap tidak bergerak, ia masih dalam posisi sama tanpa menghiraukan Abit.

"Mungkin aja dia udah meninggal," ujar Abit seraya tersenyum kecut.

"Dia udah pergi ke pangkuan Tuhan." Abit memanjangkan kaki dan menaruh jus dalam kemasan itu tepat di sebelahnya.

"Lo bisa ngertiin perasaan gue nggak?" Laura menatap nyalang Abit.

Abit tertawa, "nggak bisa. Emang lo siapa sampai nyuruh gue buat mengerti perasaan lo? Gue ngomong sesuai fakta, dia pergi dalam keadaan kritis, kemungkinan hidup itu mustahil. Selama lima tahun terakhir ini, apa lo pernah mendengar kabar dia?"

"Dia sahabat lo! Lo nggak sedih atas apa yang menimpa Kak Delon? Bisa-bisanya lo bilang dia sudah meninggal."

Manik Abit menatap Laura tanpa berkedip, ia bangkit dari sana dan pergi tanpa menjawab Laura.

Don't Love MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang