Enam Puluh

8.9K 699 1.1K
                                    

Andai bisa menentukan garis takdir, menulis alur cerita hidup sendiri seperti di dalam cerita novel. Akan kubuat lembar harianku berwarna seindah pelangi.

Lalu, hal yang sama akan ku lakukan kepada sahabatku.

Bak ratu tanpa bantahan, dia menghalalkan segala cara demi menutupi luka hati yang terngaga lebar.

Dia hidup dalam pandangan buruk orang-orang, sok berkuasa, dan sumber masalah.

Mungkin orang lain hanya melihat sisi buasnya saja, tetapi aku pernah melihat kerapuhan hidup sahabatku. Dimana dia menangis pilu meratapi nasib yang menurutnya tidak adil.

Bagi kalian kami memang tidak bersyukur atas kehidupan yang diberi Tuhan. Namun, bagi aku dan sahabatku kehidupan ini begitu menyiksa.

-Sahabatku Laura Timur Bellatrix-

***

Hari ini, ku melihat raut wajah sedih kawan-kawan di sekolah. Mereka menangis, berantakan, dan basah kuyub.

Biar kuberi tahu, di sekolahku bullying tidak bisa dihindari dan pelakunya hanya satu orang, yaitu...

Sahabatku.

Laura pernah berkata, "Gue menangis karena keadaan, setidaknya mereka menangis karena gue"

Entahlah, perlakuan Laura memang tidak dapat dibenarkan, dia hanya baik terhadapku.

***

Laura Timur Bellatrix...
Nama yang cukup unik.

Biar ku jelaskan sedikit tentangnya. Dia penindas, tidak takut melakukan sesuatu yang buruk, dia bahkan bersikap sok berkuasa di sekolah.

Jangan heran, aku saja tidak menyangka mengapa bisa bersahabat dengan pembully sekolah.

Hal yang paling parah dilakukannya, saat membuat Anatasya masuk Rumah Sakit.

***

Lambat laun semua berlalu begitu cepat. Detik, menit, hari, dan bulan telah berganti.

Dan perubahan itu makin terasa.

Sebut saja ini hari terburuk, tiba-tiba saja kekuasaan sahabatku runtuh.

Entah inisiatif siapa, saat tiba di sekolah mereka semua kompak melawan Laura.

Dia si pembully kini terbully.

Mereka bilang sudah muak dengan perlakuan Laura dan akan membalasnya.

Menyedihkan...

***

Hizkia membaca gumpalan kertas yang diberi Zizi, menciptakan senyum kecut di bibirnya. Benar kata Delon, ternyata Laura seorang pembully.

"Itu diary Adelia." Zizi menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Zizi robek dari bukunya, sih."

"Apa pendapat Kia?" tanya Zizi.

Don't Love MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang