Ceklek!Pintu kamar terbuka, terlihatkan laki-laki paruh baya yang sedang terbaring di atas tempat tidur dengan pandangan kosong.
"Pa, makan dulu ya." Delon masuk dengan semangkuk bubur dan segelas air putih.
Delon tersenyum hangat, cowok itu duduk di kursi kayu yang tersedia di samping tempat tidur. Segelas air tadi ditaruhnya di atas meja dan mulai mengaduk bubur di genggamannya.
"Papa harus makan yang banyak biar cepat sembuh." Satu suapaan tidak penuh masuk ke dalam mulut Papanya.
"Papa jangan sedih, Delon yakin Papa sebentar lagi akan pulih."
Delon mengusap punggung tangan Papanya. Mata Delon memancarkan kesedihan tetapi ia harus tetap tegar. Delon tau ucapannya barusan adalah mustahil setelah dokter mendiagnosa jika Papanya lumpuh permanen dan sulit untuk kembali seperti semula.
Sudah setahun lebih Papanya hanya bisa berbaring dan duduk di kursi roda, beberapa bagian tubuhnya sulit untuk digerakkan, dan bagian pinggang ke bawah rasanya sudah mati rasa setelah kecelakaan yang dialami Dika, Papa Delon.
Terkadang Delon harus merasakan pahit ketika kondisi Dika kadang-kadang drop karena Papanya itu terlalu banyak pikiran. Delon tidak tega melihat Papanya yang lebih banyak tidur karena tidak kuat duduk terlalu lama, apalagi setelah Mamanya memilih pergi bersama laki-laki lain, hal itu membuat Dika jarang sekali untuk berbicara.
"Pa, Delon janji nggak akan meninggalkan Papa."
"Delon akan selalu ada di sisi Papa."
Delon janji nggak akan pergi seperti Mama, Delon membatin sedih.
Tidak ada satupun jawaban yang terlontar dari Dika, ia melirik Delon dengan mata tidak kalah sedihnya. Dika merasakan Delon meremas tangannya sangat erat, seolah menyalurkan rasa kuat.
Delon kembali menyuapkan sesendok bubur kepada Dika. "Delon sayang sama Papa."
"Papa harus cepat sembuh supaya kita bisa jalan-jalan berdua."
"Dan Papa harus yakin kalau semua akan baik-baik aja."
***
"Aww."
"Aduh kalau jalan liat-liat dong. Kotor nih," omel cewek itu seraya berdiri dan membersihkan rok abu-abunya yang kotor.
"Sorry, gue nggak sengaja," ucap Yasir memungut buku yang terjatuh ke tanah karena tidak sengaja menabrak Kenaya.
Kenaya berdecak melihat baju putihnya kotor padahal baru saja ia sampai ke sekolah. Walau begitu ia tetap menolong Yasir mengambil beberapa buku yang tergeletak di dekatnya. "Lain kali hati-hati."
"Nih buku lo."
Yasir tersenyum tipis menyambut bukunya. "Makasih."
Kenaya menyatukan jari telunjuk dan jempol membentuk bulatan. Kenaya melirik Yasir sekilas dan berlalu dari sana tanpa berkata lagi.
"Nay," panggil Yasir.
Kenaya berhenti dan memutar tubuhnya ke belakang. "Apa?"
Yasir melangkah mendekat. Sekilas Kenaya dapat melihat tatapan serius dari lelaki itu, hanya sebentar dan tidak lama tergantikan dengan senyum tipis. Kenaya senang-senang saja menanggapi Yasir, apalagi Yasir begitu ramah.
"Ada satu hal yang mau gue tanyakan," ucap Yasir kini berdiri di depan Kenaya.
"Cantik, pintar, dan putih. Gue akuin lo punya itu semua." Yasir memperhatikan penampilan Kenaya lekat-lekat. "Dan modis."
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Love Me
Teen Fiction⚠️PRIVATE ACAK FOLLOW SEBELUM MEMBACA⚠️ Laura Timur Bellatrix, murid pindahan yang harus merasakan pahit karena masalalu dan Kakak kelasnya yang bernama Delon. Arvin Sadelon Ganendra, murid kelas 12 yang mencari pacar melalui pengumuman sekolah den...