10| Pernikahan Rahasia(revisi)

964 119 2
                                    

Assalamu'alikum guys.

Happy Reading:)

Zana baru membuka matanya saat mendengar suara adzan dari alarm ponselnya. Ia mengedarkan pandangan ke seluruh interior kamar. Dia baru ingat jika semalam sudah menikah dengan Bara.

Kakinya menapaki lantai keramik dingin akibat semalaman menggunakan AC saat tidur. Perlahan Zana mendekati lemari kaca yang ada di dalam kamar itu.

"Gak ada baju perempuan. Gimana aku mandinya nanti, masa gak ganti" Monolognya.

Di dalam lemari itu hanya ada baju kemeja laki-laki dan kaos laki-laki. Tak mungkin rasanya Zana menggunakan itu.

Kini ia melangkah menuju kamar Bara yang ada di sebelah kamarnya. Mungkin dia akan meminta tolong pada Bara agar mau meminjamkannya mukena dan mencarikan baju gamis.

"Kenapa?"

Zana terpaku di depan pintu kamar itu. Penampilan acak-acak Bara dengan wajah baru bangun tidur malah terkesan santai dari biasanya.

"Zana?" Ulang Bara.

"Ah i-itu. Aku gak punya baju ganti dan mukena untuk sholat" Ucap Zana kikuk.

"Owwh. Sebentar ya, kamu mandi saja dulu nanti aku suruh orang antarkan mukena dan baju gamis"

Zana mengangguk pelan."Makasih" Ucap nya.

"Ya sudah gih bersih-bersih" Ucap Bara, mengelus puncak kepala Zana yang terbalut hijab.

"O-oke"

Tak ingin berlama-lama. Gadis itu segera berlalu memasuki kamarnya. Bisa bahaya jika ia terus bersama Bara, kondisi jantungnya tak aman.

Zana segera mandi dan mengambil wudhu, dia hanya menggunakan bathrobe yang tersedia dalam kamar mandi itu.

Matanya bisa menemukan tumpukan sajadah dan mukena di tempat tidur saat keluar dari kamar mandi. Orang yang mengantarkan mukena dan sajadah sudah tak ada di dalam kamarnya.

Zana terpaksa mengenakan kaos over size yang ada dalam lemari pakaian terlebih dahulu. Gamis nya belum datang, mungkin baru akan di beli. Lagian toko mana yang buka saat subuh begini.

Tak ingin membuang waktu, Zana segera menunaikan kewajiban dirinya sebagai seorang muslim. Melakukan sholat subuh yang hanya berjumlah dua rakaat.

"Ya Allah, hamba tidak tahu apa rencana yang telah engkau tuliskan untuk hamba mu. Hamba percaya ada hikmah dibalik apapun yang terjadi. Hamba akan berusaha menerima pernikahan ini ya Allah. Bantu hamba dan suami hamba melewati apapun masalah dalam pernikahan kami.Aamiin" Gumam Zana pelan.

Ia berdiri dan terkejut saat mendapati Bara yang sudah duduk tenang di ranjang nya. Laki-laki berstatus suaminya itu menatap lembut ke arahnya.

"Sudah selesaikan? Kita bisa ngobrol sebentar?" Tanya Bara.

Tanpa melepas mukena, kini Zana sudah duduk di sebelah Bara. Mereka hanya memberi jarak satu meter.

"Soal Savana_" Bara menggantungkan ucapannya.

"Huh. Mas Bara sudah berapa lama pacaran dengan Savana?" Tanya Zana,saat Bara tak segera bicara lagi.

"Hampir tiga tahun mungkin. Intinya kami sudah lama menjalani hubungan. Aku menerima pernikahan ini karena sudah mengenal siapa kamu Zana. Aku akan berusaha menerima kamu juga. Tapi Savana bagaimana?"

"Aku gak enak sama Savana mas. Dia sahabat aku, dan sekarang aku jahat malah nikah sama pacar nya" Kekeh Zana miris.

"Kamu mau aku tetap jalin hubungan dengan Savana atau aku tinggalkan dia?"

"Kalau aku minta mas ninggalin Savana, apa mas akan lakuin?" Tanya Zana balik. Terkesan egois memang. Tapi jika Zana tetap membiarkan suami nya selingkuh, apa dia tak mendapatkan dosa juga, karena tak mengingatkan suaminya.

"Aku akan ninggalin Savana. Tapi aku butuh waktu. Aku gak mungkin bisa ninggalin Savana gitu saja tanpa alasan. Jika mengatakan kita menikah, Savana akan membenci kamu juga sebagai sahabat nya"

Zana bimbang. Itu artinya Bara tak bisa meninggalkan hubungannya dengan Savana dalam waktu dekat ini. Artinya Bara harus tetap menjadi kekasih Savana. Zana sangat ingin Bara hanya menjadi miliknya. Tapi ia juga tak boleh egois dengan perasaan Bara dan Savana. Mereka pasti saling mencintai, apalagi hubungan mereka terjalin lama. Sekarang Zana merasa menjadi orang paling jahat untuk sahabatnya.

"Mas mencintai Savana?" Tanya Zana.

"Aku tidak mungkin memacari nya jika tak ada cinta bukan"

Jawaban Bara membawa rasa sesak pada dada Zana.

"Maaf. Karena aku hubungan mas dan Savana akan menjadi runyam. Jika mas keberatan, mas boleh menceraikan aku" Lirih Zana.

"Kita baru menikah Zana. Aku tidak akan tega melukai perasaan orang tua mu dengan menceraikan kamu sekarang. Lagian itu bukan salah kamu, ini hanya kesalah pahaman karena aku mengira kamu Savana"

"Lalu bagaimana?"

"Kita sembunyikan pernikahan ini dari Savana. Izinkan aku tetap menjalani hubungan dengan Savana. Aku tidak akan menyentuh kamu selama aku menjalani hubungan dengan Savana"

"Ta-tapi. Boleh aku minta satu hal?" Tanya Zana ragu.

"Apa?"

"Tolong jangan lakukan kontak fisik dengan Savana. Terdengar tidak tahu diri memang. Tapi aku tidak ingin suami ku menyentuh wanita yang bukan mahramnya" Lirih Zana.

"Aku gak bisa janji. Tapi akan aku usahakan"

Mana mungkin Bara tidak menyentuh Savana. Mereka sudah terbiasa tidur bersama, memadu kasih. Akan aneh rasanya jika dia tak menyentuh Savana. Wanita itu akan curiga.

"Terimakasih mas"

"Jika kamu tak bahagia menikah dengan ku. Aku akan melepas kamu nanti mungkin setelah 6 bulan pernikahan kita. Itu waktu yang cukup lama bukan?"

Cerai? Satu kata yang tak pernah terpikir oleh Zana. Ia hanya ingin menikah sekali seumur hidup. Bukankah tadi Bara meminta waktu agar bisa meninggalkan Savana? Tapi kenapa sekarang Bara malah mengatakan akan menceraikan nya setelah 6 bulan pernikahan mereka. Sekarang Zana sadar, jika sebenarnya Bara tak benar-benar ingin melepaskan Savana. Namun Bara juga tak bisa melepaskannya secepat itu karena tak ingin melukai nama baik Zana yang harus menjadi janda padahal baru menikah semalam. Miris sekali. Hanya Zana yang sudah mencintai Bara sejak lama. Laki-laki itu meski sudah menjadi suaminya,tetapi hatinya milik Savana. Apa yang Zana harapkan. Disini dia adalah pengrusak hubungan orang lain, dia yang jahat disini.

"Kalau itu yang terbaik. Aku tidak masalah. Sama seperti yang aku katakan, jika mas keberatan dengan pernikahan ini mas boleh menceraikan aku kapanpun, tanpa menunggu 6 bulan pernikahan ini"

"Jadi keputusan final nya. Kita akan sembunyikan pernikahan ini ya" Ucap Bara, yang dijawab anggukan Zana.

Tangan Bara mengacak puncak kepala Zana yang terbalut mukena. Laki-laki itu tak berniat menyakiti wanita sebaik Zana. Namun ia juga tidak bisa meninggalkan Savana. Katakan Bara egois. Bara belum mencintai Zana. Tertarik? Mungkin iya. Sejak pertemuan kedua mereka, Bara sudah cukup tertarik dengan Zana.



To Be Countinued

Bait Cinta(END)/Tahap RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang