Happy Reading❤
****
Sudah dua minggu Zana pulang pergi ke rumah Bara. Tujuannya untuk menemani Al yang masih membutuhkan sosok ibu. Jika ditanya, kenapa mereka tidak rujuk saja. Maka jawabannya karena Zana yang masih memikirkan ajakan menikah Bara kembali.
Zana mengendarai mobilnya menuju sekolah Al. Anak berusia 4 tahun itu memang sudah memasuki Taman Kanak-kanak. Dan Zana senang bisa mengantar jemput Al, bukan lagi baby sister Al yang mengurus anak itu sekarang.
Turun dari mobil, Zana disungguhi keramaian di dekat pintu gerbang sekolah Al. Keningnya berkerut saat melihat anak yang mirip Al sedang di marahi oleh seorang ibu-ibu.
"Dasar anak haram. Kelakuannya memang seperti gak didik!"
Zana semakin berjalan cepat mendekati kerumunan itu, apalagi saat melihat ibu itu ingin melayangkan pukulan ke anak kecil itu.
"Jangan berani main tangan dengan anak kecil!" Tegas Zana, sambil mencengram kuat tangan wanita di depannya.
"Siapa kamu! Ini urusan saya sama anak haram ini. Beraninya dia pukul anak saya!"
Zana tersentak saat melihat Al di sebelahnya. Jadi sejak tadi wanita itu sedang memaki dan mengatai Al anak haram. Hati Zana berdenyut nyeri. Ia merasa sakit mendengar ucapan makian yang dilontarkan kepada Al.
"Mama" Lirih Al, menatap Zana sedih.
"Al, benar Al mukul anak ibu ini?" Tanya Zana lembut.
Al mengangguk jujur. "Tuh benarkan. Anak ini memang perlu dikasih pelajaran!" Ucap ibu itu.
"Kenapa Al mukul teman Al itu? Itu perbuatan gak baik sayang" Tanya Zana lembut.
"Dia ejek mama Sava. Dia bilang Al anak halam. Mama Sava pelempuan mulahan. Al malah dan gak telima, makanya Al pukul dia" Jelas Al. Bahkan anak berusia empat tahun itu menahan diri agar tidak menangis.
"Anda dengar sendiri bukan, jika anak anda yang memulai lebih dahulu. Saya tidak membenarkan kelakuan anak saya yang memukul anak anda. Tapi apa yang sudah anak anada katakan kepada anak saya bukan juga hal yang benar. Anak usia 4 tahun bisa mengatakan hal itu, artinya didikan anda perlu dipertanyakan!"
Wanita itu menjadi salah tingkah. "Tapi memang benar kalau dia anak haram. Satu indonesia tahu, bahwa artis Savana itu hamil diluar nikah" Bela ibu itu.
"Benar atau tidaknya berita itu, tidak sepatutnya anda mengajari anak anda untuk mencela orang lain. Saya akan mengajari anak saya dalam bertindak kedepannya, dan saya harap anda bisa mengajari dan mendidik anak anda dalam berbicara kedepannya!"
"Ayo Al, kita pulang sayang!" Ajak Zana lembut.
Ia menggendong tubuh kecil Al, kemudian pergi dari sana sesudah mengucapkan salam.
***
Al masih diam di sepanjang jalan. Ia takut Zana marah padanya dan tidak mau lagi bertemu dengan nya."Maafin Al mama" Cicit Al. Ia melirik takut kepada Zana yang sibuk menyetir mobil.
"Kenapa Al harus minta maaf?" Tanya Zana.
"Al udah bikin mama malu"
Zana menepikan mobilnya. Ia menatap lembut bocah itu. "Siapa bilang mama malu Al? Mama gak malu jadi mama Al. Mama bangga punya anak seperti Al. Anak pemberani" Ucap Zana, yang membuat mata Al berkaca-kaca.
"Sini sayang. Nangis aja kalau Al ingin menangis" Ucap Zana, menarik Al kepangkuannya. Tangis Al pecah saat itu juga.
"Al akut, mama Zana inggalin Al agi. Al gak mau cengeng. Al mau dipeluk mama Zana telus" Isak Al.
Zana ikut menagis melihat Al. "Mama gak akan ninggalin Al sayang"
"Meleka selalu bilang Al anak halam. Al gak punya ibu, Al anak beldosa" Isak Al.
"Al bukan anak haram sayang. Al anak papa Bara dan mama Sava. Mereka orang tua hebat. Al juga hebat. Al anak baik, jadi Al bukan anak haram. Siapa bilang Al gak punya ibu, Al punya dua ibu. Mama Sava dan mama Zana"
Hati Zana teriris saat mendapati Al diusianya yang masih 4 tahun ini justru mendapatkan cemooh dari orang sekitarnya. Dia hanya anak kecil yang tidak tahu apapun. Kenapa mereka tidak mengerti Al. Harusnya mereka tidak menyakiti anak ini terlepas seperti apa masalalu orang tuanya dulu.
"Al janji sama mama ya sayang. Jangan pernah lakukan kekerasan lagi jika Al di ejek. Biarkan saja mereka mengejek Al. Kenyataannya Al gak seperti itu, Al gak perlu marah. Ejekan mereka akan jadi ladang pahala untuk Al. Dan Al hanya perlu doakan mereka saja, agar bisa berubah jadi lebih baik. Jangan sakiti orang yang menyakiti Al, tapi doakan mereka"
"Al janji mama. Gak akan pukul teman Al lagi. Al mau dapat pahala, kata ustadz bial bisa masuk sulga"
"Anak pintar"
***
Bara berjalan cepat memasuki rumahnya. Ia tadi mendapat telpon dari Zana agar segera pulang. Bara tidak tahu apa yang terjadi, namun ia langsung pulang ke rumah setelah telpon itu terputus.
"Assalamu'alikum"
"Wa'alaikumussalam"
"Kenapa?" Tanya Bara, mengambil posisi duduk di meja makan.
Saat ini Zana sedang memasak untuk makan siang mereka.
"Aku mau bahas soal ajakan kamu rujuk mas" Zana mengambil posisi duduk disebrang Bara. Ia menyerahkan masakannya kepada asisten rumah tangga Bara.
"Aku mau rujuk sama kanu lagi mas. Aku mau jadi ibu sambung Al"
Bara tersenyum senang mendengar itu. Ia mengucap syukur berkali-kali. Akhirnya Zana mau menikah dengannya lagi.
"Aku akan segera menemui orang tua mu secepatnya. Agar kita bisa segera menikah lagi" Ucap Bara semangat.
Zana mengangguk bahagia. Ia rasa keputusannya tepat. Ia ingin menjadi ibu Al. Ia akan memastikan kejadian yang Al alami tadi tidak akan terjadi lagi. Ia akan menjaga Al dari hinaan orang-orang. Meskipun Al bukan anak kandungnya, tapi hatinya sakit melihat Al di hina. Dia menyanyangi Al seperti anaknya sendiri, dia menyanyangi Al sebagai anak suami dan sahabatnya.
Al butuh sosok ibu. Karena itu Zana akan memberikannya. Lagian Zana dan Bara dipertemukan dalam kondisi yang lebih baik. Tidak ada penghalang diantara mereka lagi sekarang.
To Be Countinued
KAMU SEDANG MEMBACA
Bait Cinta(END)/Tahap Revisi
JugendliteraturZana menatap laki-laki itu.Ia ingin menceritakan kisah baginda nabi Muhammad yang sering ia dengar dari bundanya.Tapi ia harus masuk ke dalam masjid lagi untuk mengaji. "Nanti akan aku ceritakan jika Allah mengizinkannya.Nama ku Zana Azuhra Ariendra...