7| Digrebek Warga (revisi)

1K 123 11
                                    

Assalmu'alaikum guys.

Happy Reading:)

Adzan magrib baru saja berkumandang dari masjid dekat rumah Savana. Dan mobil mereka baru saja memasuki rumah sederhana tanpa pagar.

"Rumah kamu masih disini aja. Kirain udah pindah ke perumahan elit loh" Ujar Zana.

"Gue suka rumah ini. Warga disini ramah-ramah. Kalau di perumahan elit biasanya penghuninya pada individualisme. Kalau disini kan masih mau nyapa kalau papasan" Ucap Savana.

Rumah ini terlihat sejuk. Banyak tanaman dan juga ada rumput jepang yang tumbuh di halaman rumah.

"Masih sama ternyata" Ucap Zana, saat memasuki rumah.

Tak ada yang berubah dari interior rumah. Sama seperti terakhir kali ia datang ke rumah Savana.

"Kita makan dulu yuk, terus nonton. Atau mau baca novel, aku punya stok novel banyak tuh. Pilih aja yang belum pernah lo baca"

"Sholat dulu dong. Kan udah dengar adzan tadi"

"Owhh, gue lagi haid nih. Lo aja ya" Ucap Savana tersenyum paksa.

"Owwh, yaudah pinjam mukena kalau gitu aku ya"

"Oke, wudhu di kamar mandi dalam kamar aja!"

Zana bergegas mengambil wudhu. Ia mengenakan mukena yang di sediakan Savana di ranjang nya.

"Masih baru, wanginya juga jarang di pakai. Kamu jarang sholat sekarang Va?"

"Gak sempet, jadwal aku padat"

"Ya Allah Va, pekerjaan gak boleh jadi alasan buat lupa menghadap Allah. Nanti kalau Allah juga lupa ngasih kamu rejeki gimana?"

"Iya besok gue sholat deh kalau udah selesai haid. Lo buruan sholat sebelum habis waktu" Ucap Savana.

Zana segera sholat. Tak perlu menanyakan kiblat, karena ia sudah sangat tahu ke arah mana kiblat di rumah ini.

"Aduh lo gimana sih, kan gue udah bilang kalau atur jadwal gue!"

"Di rumah gue ada temen gue. Masa iya gue tinggalin!"

"Batalin aja deh. Semalam aja masa gak bisa libur gue, kan lo sendiri yang bilang jadwal gue bakal aman!"

Zana yang baru selesai sholat, menatap Savana yang kini sedang telponan dengan seseorang.

"Yaudah gue kesana deh!" Ucap Savana kesal, kemudian mematikan sambungan panggilan itu.

"Kenapa?" Tanya Zana.

"Manajer gue telpon. Gue ada pemotretan malam ini, gak lama kok, jam sepuluh mungkin gue udah siap. Gue antar lo balik atau lo tungguin gue?" Tanya Savana tak enak.

"Aku tunggu kamu aja disini. Kan jam sepuluh kamu juga udah pulang. Aku bisa nunggu sambil baca novel lah"

"Beneran?"

"Iya, tenang aja. Kita tetap bisa quality time" Ucap Zana tersenyum lembut.

"Yaudah, gue pergi dulu kalau gitu. Sorry ya Na, harusnya gue libur malah lembur"

"Kalau mau pinjam novel ambil sendiri, lo mandi pakai baju tidur gue di lemari, ada daster juga kalau lo mau pakai, makanannya makan aja semua. Pulang nanti aku masakin seblak yang enak" Lanjut Savana.

"Siap bos" Kekeh Zana.

"Assalamu'alikumnya lupa!" Teriak Zana, saat Savana berlari keluar rumah.

"Owwh iya, Assalmu'alaikum!" Ucap Savana.

"Wa'alaikumussalam"

Zana hanya menatap kepergian mobil Savana. Zana segera masuk kembali ke dalam rumah dan mengunci pintu.

Ia membuka lemari pakaian Savana. Sudah mendapat izin pemiliknya. Malam ini Zana memilih meminjam daster yang panjangnya hanya selutut. Zana tak mandi karena tak baik mandi malam, dia hanya membersihkan diri seadanya dan mengganti baju.

"Duh aku laper ya" Ucap Zana.

Tak ada rasa khawatir berkeliaran tanpa hijab di sini. Karena hanya Savana yang tinggal sendiri.

Zana mencepol asal rambut panjangnya sambil berjalan menuju dapur. Makanan dalam bungkusan tadi belum ada mereka pindahkan. Jadi dengan lihat tangannya memindahkan makanan itu ke dalam mangkuk dan piring.

"Sayang, aku rindu"

Cup.

"Astagfirullah" Pekik Zana, saat seseorang memeluk dirinya dari belakang, bahkan mencium leher dan bahunya.

Zana berbalik dan mendapati Bara yang sama terkejutnya.

"Loh Zana?"

"Ba-Bara"

Bara sempat mengagumi wajah Zana yang cantik tanpa mengenakan hijab di depannya ini, namun rasa kagum itu harus lenyap ketika ada banyak orang yang memasuki rumah Savana.

"Nah bener kan pak, mereka pasangan mesum. Sudah lama saya curiga di rumah ini sering dijadikan tempat mesum!" Ucap salah seorang warga.

"Arggh"

Zana panik. Bagaimana ini, dia tak pakai hijab, pakaiannya juga tak mampu menutupi auratnya.

Bara yang paham secara refleks menutupi Zana di balik dadanya. Ia tak membiarkan para warga melihat Zana walau sehelai rambut pun.

"Keluar kalian!" Teriak Bara.

"Kalian harus ikut kami, kalian sudah ke grebek ingin berbuat mesum, harus segera di nikah kan!" Ucap salah satu ibu-ibu disana.

"Tidak sopan, masuk ke rumah orang sembarangan. Saya tuntut kalian semua!"

"Kamu yang tidak sopan, berbuat mesum disini, udah tarik aja langsung bawa ke KUA!"

Saat beberapa laki-laki itu hendak meringsek maju, Bara dengan cepat membuka jas nya dan menutupi kepala Zana.

"Kami akan ikut, asal kalian keluar terlebih dahulu, izinkan perempuan ini berganti baju!" Ucap Bara tegas.

Mau tak mau para warga itu menunggu di luar. Zana sudah menangis sejak tadi. Ia syok dan takut.

"Kamu ganti baju sekarang, aku tunggu di luar sama warga yang lain. Gak usah takut, aku akan jelasin ke warga" Ucap Bara.

Zama cepat-cepat memasuki kamar. Dia menutup pintu dan menguncinya. Siapa yang tidak syok jika menjadi dirinya. Baru saja dirinya di lecehkan walau tak sengaja. Auratnya yang ia jaga malah dilihat banyak orang. Zana takut dan sedih.

"Cepat ganti baju Zana, kita akan selesaikan ini bersama warga. Aku akan suruh Fajar datang juga ke sini!"

Suara Bara dari luar kamar, membuat Zana bergegas cepat berganti baju menjadi gamis dan memakai hijab serta kaos kaki.

Zana melangkah takut-takut keluar kamar. Ia malu pada Allah dan dirinya sendiri. Auratnya sudah terlihat banyak orang. Airmata masih mengalir deras di pipinya.

"Halah pakai hijab sama gamis segala,padahal aslinya tukang mesum!" Ucap ibu-ibu di sana julid.

"Mari kalian ikut kami!" Ajak bapak-bapak pakai peci dan sarung. Mungkin habis pulang dari masjid.

Zana dan Bara di tuntun menuju KUA tak jauh dari rumah Savana.

"Tenang ada aku" Bisik Bara disebelah Zana.

Bagaimana bisa tenang jika begini. Bahkan kejadian tadi masih Zana ingat dan tak bisa dia lupakan.

To Be Countinued

Bait Cinta(END)/Tahap RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang