4| Jakarta(Revisi)

1.4K 179 14
                                    

Assalamu'alikum. Gimana? Beda kan? Kalian hanya perlu baca ulang part yang aku tandai revisi, karena itu pasti berbeda.

***

Pesawat itu akhirnya lepas landas di Bandara Soekarno-Hatta.

Laki-laki tampan berwajah datar, berjalan angkuh dengan kaca mata hitam yang ia gunakan.

Matanya menelisik sekitar, begitu ia berada di luar bandara.

"Ck, kemana Fajar!" Decak Bara kesal.

Tangannya sibuk mengotak-atik ponsel dengan merk apel tergigit.

"Lo dimana Jar. Tiga detik lo gak ada di depan gue, gue pecat lo jadi asisten!" Ucap Bara kesal, begitu panggilannya diangkat oleh Fajar, asisten pribadinya.

Tanpa menunggu jawaban Fajar, Bara mematikan sambungan telpon begitu saja.

"Hoas...Hoas. Bos!" Panggil Fajar ngos-ngosan.

Bara menoleh kedepannya. Kurang satu detik lagi, hampir saja Fajar kehilangan pekerjaannya.

"Lama lo!" Ucap Bara ketus.

"Yang penting saya gak telat kan bos!" Ucap Fajar datar.

Bara langsung masuk ke dalam mobil Audi R8 v10 plus miliknya.

"Apa yang orang tua bangka itu inginkan?" Tanya Bara, sambil memejamkan matanya.

"Separuh saham di Georgino Group's" Jawab Fajar.

"Dia memang perlu dikasih pelajaran" Ucap Bara datar.

Fajar hanya diam tak menanggapi. Masalah keluarga Bara terbilang rumit. Perebutan kekuasaan dan harta.

"Langsung ke rumahnya saja Jar!"

"Baik bos!"

Mobil itu membelah jalanan padat kota Jakarta, menuju salah satu kompleks perumahan elit dimana paman Bara tinggal.

Masalah ini tidak bisa Bara biarkan, jika tidak om nya dari pihak sang ibu akan terus berulah dan merugikan perusahaan Georgino Group's.

***

"Bundaaa! Ada panggilan vidio dari om Langit!" Teriak Sagara, begitu melihat nama omnya tertera di layar ponsel bundanya.

"Angkat dulu Gara!" Balas Sea teriak dari dapur.

Sagara segera mengangkat panggilan vidio itu.

"Acalamulaikum"

(Assalamu'alaikum).

Sagara terkekeh begitu wajah dan suara riang sepupu kecilnya terpampang di layar handphone.

"Wa'alaikumussalam Bila" Jawab Sagara.

"Papa! Yang angkat Gala, bibi Ea ndak da" Adu nya saat melihat Sagara yang mengangkat panggilan vidio itu.

(Papa! Yang angkat Gara, bibi Sea gak ada).

Wajah Salsabila kini berganti dengan wajah Langit.

"Assalamu'alaikum. Bunda kamu mana Gar?" Tanya Langit.

"Bunda lagi masak om. Bentar lagi paling siap" Ucap Sagara.

"Nah itu bunda om" Ucap Sagara, mengubah kamera menjadi kamera belakang, yang menampakkan bundanya sedang berjalan ke arahnya.

"Assalamu'alaikum. Kenapa bang?" Tanya Sea.

"Wa'alaikumussalam. Abang mau undang kamu sama Dirga dan anak-anak, untuk datang ke nikahan nya Cahaya" Jawab Langit.

Sea terkejut, sekaligus senang mendengar Berita itu.

"Cahaya udah mau nikah bang? Cepet banget ya, gak terasa udah gadis keponakan Sea" Kekeh Sea.

"Cahaya udah umur 22 tahun loh tante, ya udah pas itu mau nikah" Sahut Cahaya.

"Zana nya ketinggalan ini sama sepupunya" Ucap Langit.

"Yah namanya jodoh gak ada yang tahu. Jodohkan kayak adzan, setiap daerah berkumandang, tapi waktunya gak bisa serentak. Sama kayak jodoh, setiap orang punya jodoh, tapi waktu kedatangannya gak bisa sama semua" Ucap Sea.

"Uh adek abang udah bijak sekarang ya" Ucap Langit, menggoda Sea.

"Udah jadi ibu dua anak ini loh bang" Balas Sea.

"Jadi bisa datang kan ke Jakarta? Tanggal dua november akad nya dan resepsinya" Tanya Langit.

"In syaa Allah kami datang bang. Ayah sama bunda udah di kabarin juga?" Tanya Sea yang dibalas anggukan oleh Langit.

"Papa, Bila mo omong ama bibi Ea!"Ucap Salsabila.

(Papa, Bila mau ngomong sama bibi Sea).

"Acalamulaikum bibi Ea. Nti umah Bila da pesta, bibi atang ya. awa ole-ole yang banak dari cana" Ucap Salsabila.

(Assalamu'alaikum bibi Sea. Nanti di rumah Bila ada pesta, bibi datang ya. Bawa oleh-oleh yang banyak dari sana).

Sea terkekeh gemas melihat anak ketiga abangnya itu. Usianya boleh masih dua tahun, tapi cerewetnya bisa ngalahin orang dewasa.

"Wa'alaikumussalam Bila. In syaa Allah, nanti bibi datang. Bila mau oleh-oleh apa?" Tanya Sea.

Gadis kecil itu berpikir sejenak.

"Ole-ole apa Pa?" Tanya Bila, menatap langit di belakangnya.

"Ya terserah Bila, kan Bila yang minta" Ucap Langit.

"Dadan ja yang banak" Putus Bila.

(Jajan aja yang banyak).

Sea mengangguk, menyetujui permintaan Bila.

"Bil, yang disuruh ke sana cuma bibi aja? Gara nggak?" Tanya Sagara, pura-pura cemberut.

"Bibi Ea, ama om Dilga, ama tata Zana. Gala ndak ucah, Gala tan jaat!"Jawab Bila, yang membuat Sea tertawa.

(Bibi Sea, sama om Dirga, sama kakak Zana. Gara gak usah, Gara kan jahat).

Zana yang baru datang pun ikut tertawa mendengar ucapan sepupu kecilnya itu.

"Anak kecil aja tahu kamu itu jahat" Ucap Zana, mengambil posisi duduk di sebelah kanan bundanya.

"Untung kamu bocil, kalau nggak udah aku ajak tawuran" Ucap Sagara, yang mendapat pukulan dari Sea.

"Kamu kapan nyusul nikah Zan?" Tanya Cahaya.

"In syaa Allah, kalau si A'a ngajak nikah, langsung ke KUA" Gurau Zana.

"A'a siapa? A'a Albi?" Goda Cahaya.

"Kak Zana mah lagi nunggu laki-laki ke empat yang dia cintai. Ntah siapa, gak mau kasih tahu ke kami dianya kak" Jawab Sagara.

"Rahasia dong. Nanti kalau si A'a lamar, kalian juga tahu" Ucap Zana.

"Semoga cepat deh ketemunya sama si doi, kasihan nanti kamu jadi perawan tua" Ejek Cahaya.

Zana tak tersinggung, justru ia tertawa mendengar ejekan Cahaya.

"Aamiin. Kalau gak di lamar doi ya pilihan ku cuma satu, dilamar malaikat maut" Ucap Zana.

Benarkan. Jodoh kita yang paling pasti itu adalah maut. Tapi terkadang kita lupa, terlalu menanti bertemu doi di pelaminan, sampai lalai menyiapkan diri bertemu malaikat Izrail.

To Be Countinued

Bait Cinta(END)/Tahap RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang