Definisi sabar yang sebenarnya
❝Just because you are a rock,
it doesn't mean you have to
be hard all the time!❞
_________________________Uh ya seperti yang sudah kalian tahu sedikit, itu kebiasaan jelek (name) yang sudah mendarah daging bahkan sekarang malah bertambah satu yaitu Venti(lasi).
Bisa dibilang sifat itu sudah menjadi peristiwa tersendiri bagi Zhongli atau Morax ehe. Yah selama 3000 tahun lebih berkelana bersama dengan presentase 75% membuat Morax naik darah dan 25% nya bantai musuh serta mencari inovasi baru.
👌🏻✨
Kalian tidak percaya? Dewi kecil seperti Lien mampu membuat kesabaran seorang Almighty Morax jebol kapan saja.
Dan itu terjadi setiap harinya. Coba bayangkan saja apalagi waktu itu Barbatos masihlah sebuah spirit kecil yang rapuh.
Morax dulunya memang seorang pembunuh yang kejam dan semuanya perlahan mulai berubah semenjak kehadiran Lien di hari-harinya.
Walaupun terdengar membaik tetapi sebenarnya malah menguji emosi dan mental Morax sendiri. Tak jarang dewi memori itu mendapati dirinya dihukum selama seminggu tidak boleh kemana-mana atas perintah dewa kontrak.
Awalnya hanya kejahilan kecil yang dibuat namun lama kelamaan tambah menjadi. Sudah tidak ada permisinya lagi. Atau dipikirkan dulu lagi bagaimana perasaan orang yang akan dia jahili. Takut? Tidak ada kata itu dalam kamus Lien mengenai berhadapan dengan batu berjalan itu.
Salah satu contohnya ketika Lien dengan sengaja mengganti tinta kuas Morax dengan warna merah. Padahal kuas itu mau ia gunakan untuk menulis sebuah gulungan penting.
"Pfftt...aku ingin tahu apa reaksinya" batin Lien berdiri di belakang Morax
Morax yang tidak terlalu memperhatikan langsung mengambil kuas itu dan menggunakannya untuk menulis. Setelah menulis beberapa kata ia baru sadar kalau warna tulisan yang ia tulis bukanlah hitam lagi melainkan merah gelap.
Secepat mungkin Morax meletakkan kuasnya sehingga menghasilkan suara yang agak nyaring. Ia menoleh kesal ke belakang tepat ke arah rekannya yang tengah senyum-senyum sendiri.
"Lien..." desisnya
Sayang sekali dewi itu hanya bisa menahan tawanya di kala kesabaran Morax semakin menipis. Diangkatnya kuas yang asli lalu mulai mengatakan sesuatu yang konyol.
"Mencari ini~?" tanya Lien tersenyum jahil
Morax menatapnya datar. Nafas kasar dia buat.
"Kembalikan itu padaku" ucapnya ketus
Lien akhirnya bisa tertawa walau sebenarnya hanya sebuah kekehan kecil yang keluar. Karena suasananya yang mulai menegang di antara mereka berdua.
"Well...( ͡° ͜ʖ ͡°)"
Satu jari dia angkat lalu di goyangkan cepat.
"Tidak saat ada musuh yang mengunjungi kita.." katanya tersenyum penuh arti, kepala Morax bertambah stress
"Apa maksudmu..?" tanyanya lelah
"Kau lihat saja sendiri" jawab itu menunjukkan ke depan
Yang mana sudah ada sejumlah monster yang mendatangi teritori mereka. Morax hanya bisa menatap polos sesuatu yang dimaksud oleh Lien.
"Jadi?" sahutnya menaikkan alis
Lien menoleh pelan.
"Kau ingin aku selesaikan mereka....lagi?"
Lien menyengir miring.
"Yah karena kau tengah err.....sibuk jadi....kali ini serahkan padaku!" ujarnya percaya diri
"Uh....oke?" balas Morax mengangkat alis
Dengan rasa semangat yang tinggi Lien mulai berjalan mendahului Morax seolah yakin dia akan berhasil....kali ini.
"Hahhh....karena aku tidak suka membuang waktu jadi....mari kita bermain permainan kecil saja ya?" kata Lien tersenyum seram di balik wajah khawatir + stress Morax yang ada tepat di belakangnya
Monster itu mulai perlahan tapi pasti mundur akibat perubahan bola mata Lien yang membuatnya menjadi berubah menakutkan karena kuning menyala disertai dengan senyuman miring.
Drapdrapdrap
"Eh??"
Yap mereka melarikan diri.
"Hei jangan lari kalian!" teriak Lien menyusul monster-monster yang kabur
Sedangkan Morax menatap kepergian Lien dengan tidak mengerti apa yang terjadi juga kondisi mental yang sudah terlanjur lelah untuk meladeni. Jadi dia lebih memilih untuk mengambil kembali kuasnya dan melanjutkan kegiatannya yang terjeda.
Suasana kembali tenang tapi tidak bertahan lama saat semenit kemudian terdapat sebuah ledakan api biru yang cukup besar hingga menghancurkan sisi kanan gunung kecil. Alhasil terjadilah longsor batu.
Lien kembali dengan keadaan yang berjalan lesu sambil bergumam sendiri.
"Kenapa mereka bisa ke sini? Apa itu karena efek dari energiku? Tidak mungkin seperti itu....lalu untunglah mereka tidak dirusak oleh energi negatif itu, tunggu dari mana mereka berasal? Kenapa mereka kabu-"
Dirinya terkejut akan aura kemurkaan yang sudah menutupi seluruh tubuh Morax. Pertanda kalau kesabarannya sudah tidak dapat ditampung lagi. Bahkan matanya sudah berubah menjadi pupil naga(´ω')
"Sepertinya aku terlalu berlebihan tadi...."
Ia menelan ludah kering.
"M-morax bisa aku jelaskan...!"
Morax menggulung kertasnya dan beranjak berdiri. Lien semakin panik.
"Tidak perlu. Aku sudah melihat semuanya..."
"Dan sebaiknya kau jangan harap bisa lari lagi dari ini...Lien" peringatnya dengan suara berat
Tamatlah sudah riwayatnya. Tidak akan ada cara lagi untuk bisa melarikan diri dari cengkeraman seekor naga yang murka.
Hari itu Lien menjadi tahu bahwa dia harus berpikir 2× lebih cerdas sebelum ingin menguji kesabaran seorang Morax lagi.
Terutama saat ia sedang sibuk atau konsentrasi dengan kertasnya. Baru setelah dia selesai boleh kembali melancarkan hal itu. Pengecualian hanya jika kalian bisa menghindar dari pengawasannya.
"Setidaknya aku tidak dikurung dalam sangkar..."
End
Note : gunung tadi adalah bagian timur teritori Morax, jadi sudah pasti itu kepunyaannya
"Siapa bilang aku akan berhenti( ᐛ )?"Obviously not me - korban
Shut up you dumb-rock - pelaku
KAMU SEDANG MEMBACA
蚀 𝐒𝐜𝐢𝐧𝐭𝐢𝐥𝐥𝐚 - 𝐙𝐡𝐨𝐧𝐠𝐥𝐢
Fanfiction「𝐙𝐡𝐨𝐧𝐠𝐥𝐢 𝐱 𝐑𝐞𝐚𝐝𝐞𝐫」 𝐷𝑒𝑤𝑎? 𝐽𝑖𝑘𝑎 𝑠𝑎𝑗𝑎 𝑎𝑘𝑢 𝑏𝑢𝑘𝑎𝑛 𝑑𝑒𝑤𝑎... 𝗔 𝗴𝗼𝗱 𝘄𝗵𝗼 𝗵𝗶𝗱𝗲𝘀 𝗵𝗲𝗿 𝗳𝗲𝗲𝗹𝗶𝗻𝗴𝘀, 𝗯𝗲𝗰𝗮𝘂𝘀𝗲 𝘀𝗵𝗲 𝗸𝗻𝗲𝘄 𝗵𝗲 𝗱𝗲𝘀𝗲𝗿𝘃𝗲 𝙝𝙚𝙧 𝘉𝘩𝘴, 𝘐𝘯𝘥𝘰𝘯𝘦𝘴𝘪𝘢/𝘐𝘯𝘨𝘨𝘳𝘪𝘴 › ɢ...