ᴬᶜᵗ ᶦᶦ「ʀᴇᴍᴇᴍʙᴇʀ」

705 72 5
                                    

𝐀𝐂𝐓 𝐈𝐈/𝐂𝐡𝐚𝐩𝐭𝐞𝐫 𝟏𝟎
𝐑𝐞𝐦𝐞𝐦𝐛𝐞𝐫

━━━━━━━━━━━━ ◈ ━━━━━━━━━━━━

Malam menyingsing. Bukannya fajar ya. Walau langit bertukar gelap festival Windblume masihlah belum mencapai endingnya. Masih ada hari esok di mana akan ada lomba puisi. Bukan Venti namanya kalau tidak cari korban.

Cis dulu yang ngerasa korban. Yep, (name) salah satunya. Kata Pak Guru Venti ada kelas puisi teruntuk siapa saja yang berminat. Soal bakat urusan belakang.

Terpaksa (name) menginap semalam di Mondstadt karna tidak mungkin buat tetap melek dengan kebiasaannya yang sudah bukan dewa lagi ini. Iyes turu

Maka daripada itu (name) menyewa sebuah kamar hotel sederhana. Yakin mau menumpang kamar rumah orang lain? Lagipula tidak ada yang dikenal selain Venti. Gak mungkin juga ngerepotin Aether yang sudah punya beban sendiri.

Urusan biaya ya itu..itu. Ada uang jajan dari seseorang. Meski banyak tapi harus berhemat. Single bed nego lah ya.

Termangu mangu alias bengong di jendela kamar yang terbuka. Bertopang dagu. Memperhatikan suasana malam Mondstadt yang tenang. Ah bulannya masih tetap saja indahnya. Bulat terus. Ajaib ya

Suatu kebiasaan kecil (name) dari lahir yaitu menatap bulan. Sedikit aneh. Tapi itu membuatnya tenang kala sendirian atau tidak bisa tidur. Kepribadiannya yang tenang nan misterius cocok dengan cahaya bulan. It only will shine at night

Sesekali suara desahan halus keluar dari tenggorokannya. Mata dan hati tenang bersama bulan tetapi pikirannya tidak. Perasaan dirinya merasa di awasi sebelumnya sejujurnya mengganggu ketenangan liburannya di Mondstadt.

Mereka mau apa lagi?

Aku harus bagaimana?

Mustahil menghindarinya.

Although she was alone. That's all just in the past. You're not coming here all alone, have you? He's also here with you

"Tidak bisa tidur?"

Ah suara itu. Ah masih ingat betapa kasar, acuhnya suara itu dulu sekarang berubah se halus pantaqnya-maksudnya sutra.

(Name) hanya perlu sedikit menggerakkan kepalanya ke samping. Memberikan tatapan kalem, senyuman lembut. Lalu menyapanya tenang.

"Hei.."

Zhongli tersenyum mengambil posisi di sebelah kanan (name) yang menghadap jendela. Matanya tidak lepas dari wanita itu selama ia bergerak. Ikut duduk. Mengelus tangan halus kecil di tangannya.

"Aku hanya memikirkan beberapa hal..." kata (name) tetap tersenyum

"Mm sebenarnya ada sesuatu yang ingin aku katakan padamu..." dengan begitu menyandarkan kepalanya di bahu Zhongli dan mulai menceritakan semua yang dia curigai sebelumnya. Alis pria itu menukik ke bawah saat mendengarkan semua penjelasan yang tidak sepele tersebut. Sepele buat (name) tidak sepele teruntuk Zhongli. Berbicara lembut, "Aku tahu ada sesuatu yang aneh sebelumnya..." Zhongli beramsusi. "Aku hanya tidak mengira kamu akan memberitahukan sesuatu itu secara langsung denganku" helanya

(Name) menyengir polos menanggapi. Kemudian menatap lucu manik amber yang terkena pantulan cahaya bulan itu. Hmm permata yang menghipnotis jiwa.

"Aku tahu di kemudian hari-pada akhirnya aku tidak bisa lagi menyembunyikan sesuatu darimu.." ucapnya memainkan jari telunjuk di tangan besar yang memegangnya

Zhongli tidak banyak bereaksi, hanya diam. Namun itulah yang membuat (name) mengernyit bingung. Kenapa tidak sesuai ekspetasi? (Name) segera mengangkat kembali kepalanya lalu menatap Zhongli seakan tidak puas.

蚀 𝐒𝐜𝐢𝐧𝐭𝐢𝐥𝐥𝐚 - 𝐙𝐡𝐨𝐧𝐠𝐥𝐢Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang