ᴬᶜᵗ ᶦᶦᶦ「ғᴏʀɢᴇᴛᴛɪɴɢ」

491 49 2
                                    

𝐀𝐂𝐓 𝐈𝐈𝐈/𝐂𝐡𝐚𝐩𝐭𝐞𝐫 𝟐
𝐅𝐨𝐫𝐠𝐞𝐭𝐭𝐢𝐧𝐠

━━━━━━━━━━━━ ◈ ━━━━━━━━━━━━

"Barang apa?" tanya (name) polos. Ia menduga pasti ada sesuatu yang dia tidak ketahui alias terlupakan tapi merasa ga ingat apalagi punya kepentingan.

Xiao menekuk keningnya bingung. Dia sendiri aja cuma liat dari jauh jadi gatau barang apa yang dimaksud.

"Itu... aku tidak tahu pasti" ragunya

"Haduh. Kalau seperti ini sih makin penasaran saya..." sentuh kening (name)

Di sini nem mulai non baku bhsnya 🙏🏻

Anggep aja beliau udah mulai terbiasa di dunia manusya, jadi no formal lage yak

Xiao diam gugup di tempatnya. Satu gugup kelas adeptus yang satunya mah santuy kelas dewa. Segala hormat dan respek bocah emo ini tujukan pada atasannya.

Atasan ga tu

Padahal sudah di bilangin berpuluh eh beratus kali jangan samakan dengan Zhongli.... tetep aja dibalenin.

Dibalenin = diulangin

"....ehem uh dia mungkin sudah kembali sekarang" batuk si adeptus memotong kesunyian. Awkward jujur dia.

"Iya kah?"

Di momen canggung nan santuy ala (name) tersebut, dirinya tetiba mendengar suara panggilan dari arah bawah. Hmm kaya kenal...

"Name! Bisakah kau lihat ke bawah?"

Naga sialan. Buat apa dia di sini. Tch tsun

"Seperti apa yang kukatakan barusan-"

Pedenya bercakap. Langsung dilirik misterius oleh si penerima panggilan.
"Kau memanggilnya?" sarkasku melototin

Dengan gelagapan ekstra panik Syaw menjawab, "A-apa? Tidak. Mana mungkin aku-" sebuah dosa besar kalo sampai memanggil atasannya sendiri layaknya bawahan. Mending mati aja deh.

(Name) menatap Xiao aneh. Lah kenapa tuh bocah? Salah makan?

"Kenapa panik begitu?"

"B-bukan apa-apa..."

Mendapatkan jawabannya yang menggantung (name) lantas mengendikkan bahunya terserah. Auk ah

Lalu beroleh menyapa siapa tadi yang memanggilnya. Pakai senyum riangnya.

"Oh hai Zhongli!"

Pria konsultan itu tersenyum membalas lambaian tangan (name). Tanpa dibilang pun (name) sudah tahu jika Zhongli bermaksud memanggilnya untuk turun.

Kek adegan rapunzel pertama kali ketemu cowonya di menaranya.

Dibalik interaksi sederhana itu Xiao mendengus sambil melipat tangannya di dada. Rasanya aneh ketika melihat masternya berubah menjadi sosok yang hangat dan lembut. That's ain't nothing for him. Human emotions really complicated..

"Tsk.. aku tidak mengerti mengapa kau masih menaruh perasaan padanya"

Mendengus ringan. (Name) spontan berbalik menanyakan hal yang sama kepada yaksha terakhir itu. Pertanyaan yang sama sekali tidak ia duga.

"Lalu... mengapa kau memilih untuk menuruti semua perkataannya dan mengikuti perintahnya?"

Mulut Xiao tiba-tiba terasa kalut seakan terjahit rapat oleh kenyataan. Menuruti semua perintahnya adalah sumpahnya sendiri terhadap kontrak yang dia buat demi membalas kebaikan Zhongli kepadanya.

蚀 𝐒𝐜𝐢𝐧𝐭𝐢𝐥𝐥𝐚 - 𝐙𝐡𝐨𝐧𝐠𝐥𝐢Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang